Walau Kemarau Panjang Semasih Ada Sumber Air Kita Harus Tanam Padi
Thursday, 12th September, 2019 | 894 Views

“KENDATI PANAS LUAR biasa karena terik matahari musim kemarau, ada cerita yang ingin saya bagi kepada kita semua. Pertama kali ke wilayah Desa Warga Mekar ini untuk monitoring khusus persawahan yang masih memungkinkan ditanami, begitu melihat hamparan yang kering kerontang, kemudian bersama kelompok tani kami berjalan menyusuri hamparan lahan sawah untuk melihat sumber airnya. Ternyata ada sumber air yang tidak kering dan bagus, yaitu Sungai Citarum. Meskipun debit air Sungai Citarum tidak banyak dan tidak terlalu tinggi, tetapi masih bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah. Itulah yang diupayakan di sini sekarang,” ungkap Ugi Sugiharto.

        Selanjutnya berikut ini tuturan Ugi Sugiharto, SIP,MSi kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di sela-sela acara Gerakan Percepatan Olah Tanah dan Tanam Padi (GPOT) Provinsi Jawa Barat di Desa Warga Mekar, Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung baru-baru ini. Ugi Sugiharto adalah Koordinator Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai Kementerian Pertanian untuk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

           Saya bertanya kepada petani di sini, apakah mau tanam padi pada musim kering begini? Para petani serentak mengatakan mau. Walaupun demikian, mereka juga menyebutkan tidak mempunyai pompa untuk menaikkan air ke hamparan yang sudah kering ini. Walaupun memiliki dua pompa, tetapi tidak sampai ke sawah ini. Dan memang saya sudah melihat faktanya demikian. Daerah yang dekat pinggiran sungai sawahnya bagus semua. Terlihat hijau karena petani masih terus menanaminya. “Sementara di sini kering kerontang dan tanahnya sudah pecah-pecah akibat kekeringan,” begitulah kata para petani di sini.

      Artinya apa? Untuk kondisi yang demikian perlu penanganan khusus baik dari instansi pemerintah mulai dari dinas pertanian kabupaten, provinsi dan pusat, yaitu bagaimana menangani pertanian  saat krisis air.  Satu jawabannya adalah melakukan gerakan percepatan tanam dengan mengupayakan dan mengoptimalkan potensi yang ada. Ada air walau jaraknya jauh. Ada petani. Ada lahan dan ada sarana pompa. Ya, sudah. Selanjutnya kami dari Kementerain Pertanian  dengan program Gerakan Percepatan Olah Tanah dan Tanam (GPOT) sesuai namanya langsung bergerak cepat.

Perintah Dirjen Untuk Satu Bulan Saja

         Program seperti ini tidak hanya di Kabupaten Bandung. Kegiatan serupa kami lakukan serentak di seluruh negeri kita yang dilanda kemarau. Ini instuksi Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian untuk mengembangkan budidaya padi saat kemarau pada tahap awal seluas 60.000 hektare (ha). Itu target termasuk yang di Kabupaten Bandung seluas 120 ha untuk program GPOT tersebut.

           Pelaksanaan program ini diberi waktu di dalam satu bulan untuk melakukan percepatan tanam. Artinya apa? Pengolahan tanah dan pertanaman umumnya belum dilakukan pada kondisi begini karena kemarau. Musim penghujan belum turun, padahal  musim seperti ini sudah biasa setiap tahun kita lalui. Memang pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan peramalan tentang cuaca. Ada sedikit perubahan, dimana musim kemarau tahun ini agak panjang waktunya. Musim hujan diramalkan baru curah pada November mendatang.

            Di sisi lain kebutuhan untuk makan nasi  dari beras harus ada setiap hari, sehingga untuk menyediakan produksi padi di November 2019 harus tanam pada September ini atau panen pada November. Makanya kami dari Kementerian Pertanian mengupayakan penanganan lahan-lahan yang kekeringan dan memanfaatkan sumber-sumber air terdekat. Semua pihak terkait dengan sektor pertanian ini harus melakukan percepatan tanam.

        Untuk itu Kementerian pertanian menyediakan dan memberikan bantuan agar gerakan percepatan olah tanah dan tanam ini sesegeramungkin dilakukan. Sebab, kalau tidak mendapatkan bantuan, para petani tidak bisa berbuat apa-apa sampai tiba musim hujan yang prakiraannya jatuh pada November.

      Semua bantuan yang diberikan seperti sekarang ini agar petani melakukan percepatan pengolahan tanah dan segera tanam. Sebab, kebutuhan kita pada produksi beras akan terus berjalan. Tidak akan sempat berhenti.  Pada musim kemarau datang masyarakat atau penduduk Indonesia secara keseluruhan tidak mungkin berhenti makan nasi yang bahan dasarnya dari beras. Karena itulah kita harus  tetap menanam padi dan harus panen untuk memenuhi kebutuhan tersebut sekaligus menjaga agar cadangan beras kita aman.

           Itu semua bisa didapat dengan mengoptimalkan semua sumber-sumber air yang ada  agar bisa kita manfaatkan seefisienmungkin. Dan program ini dilakukan juga sebagai upaya penanganan  kekeringan. Saya juga berharap sawah yang terkena puso telah diasuransikan atau mengikuti program asuransi yang diadakan oleh pemerintah yang berguna melindungi para petani apabila sewaktu-waktu terjadi hal yang tak diinginkan, seperti puso karena kekeringan atau karena hama atau akibat keadaan lainnya.

         Saya berharap juga program GPOT yang kita lakukan sekarang ini diasuransikan juga agar anggota kelompok tani mendapatkan jaminan pengamanan jika  ada hal yang tidak diinginkan yang diakibatkan faktor alam. Penjaminan bernama Asuransi Usaha Tani Petanian (AUTP)  dengan premi 36.000 rupiah dengan subsidi dari pemerintah  sekitar 120.000  apabila terjadi puso atau gagal panen akan mendapatkan penggantian sekitar 6 juta rupiah untuk satu hektar lahan sawah. Bayangkan hanya dengan harga 2 bungkus rokok petani memberikan uang untuk berasuransi  pemerintah akan ganti 6 juta rupiah seandainya terjadi puso atau gagal panen yang disebabkan oleh faktor alam.

          Tujuan kami untuk melakukan gerakan percepatan olah tanah dan tanam serta penanganan kekeringan di Kecamatan Bale Endah ini dengan membantu pompa  untuk menyedot air dari Sungai Citarum. Selang sepanjang 1.000 meter atau satu kilometer juga dibantu agar sawah di sini segera dibasahi untuk tanam. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang