Kampung Inovasi IPB Subang: Berbasis Pertanian Hamparan Luas Dari Olah Tanah Hingga Pasar (Hulu-Hilir)
Thursday, 5th October, 2023 | 796 Views

Pengantar Redaksi:

KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang sudah mulai adalah di Desa Kiarasari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang dinamai Kampung Inovasi IPB Subang karena yang hadir di ‘kampung’ itu adalah para insiniur pertanian alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yang rela dan tulus iklas pulang desa (kampung) menerapkan ilmu mereka. Ikhwal desa yang telah bernama Kampung Inovasi IPB Subang itu Dekan Fakultas Pertanian IPB Bogor  Profesor Dr Ir Suryo Wiyono bercerita kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Desa Kiarasari sebelum melakukan panen padi varietas unggul Inpari-32 belum lama berselang. Berikut tuturannya.

   Sesuai urutan bunyinya Kampung Inovasi itu adalah suatu tempat atau desa yang berbasis pertanian. Di situ diterapkan teknologi modern mulai dari hulu sampai ke hilir. Pengertian hulu adalah mulai dari persiapan tanah atau lahan persemaian, pindah tanam, pumupukan dan kemudian pengendalian hama penyakit, panen dan paska panen,  pengolahan dan berlanjut pada pemasaran.

   Intinya, pertama adalah hulu. Kedua adalah hilirnya diadakan dalam satu kawasan. Ketiga, pemupukan. Nah, ketiga kategori itu saja yang dilakukan dalam Kampung Inovasi IPB Subang oleh para sarjana pertanian lulusan dari IPB Bogor yang pulang ke kampong mereka masing-masing. Adapun luasan Kampung Inovasi IPB Subang ini mencapai 500 hektare (ha) yang dikerjakan bersama-sama dengan para petani pada beberapa kelompok tani yang telah bersatu dengan  gabungan kelompok tani (Gapoktan). Pihak perusahaan Sari Bumi Nusantara (SBN) mengambil peran paska panen, pengolahan dan pemasaran. Juga menyerap hasil panen dari sekitarnya.

   Dalam kaitan itu tugas pihak IPB Bogor adalah melakukan introduksi inovasi teknologi mulai dari pratanam, penyiapan lahan, persemaian secara modern, penanaman benih dengan alat mekanis sampai sampai ke mekanisasi saat panen. Nah, menyangkut alat dan mesin pertanian (alsintan) masih kami uji coba, tetapi sebagian kami sewa dan sebagian lagi didatangkan dari kampus IPB Bogor. Jadi, penerapan atau implementasi dari inovasi ini sudah dilakukan atau berlangsung selama 2 tahun.

Peningkatan dan Penghematan

     Kalau dilihat dari produktivitas tidak ada peningkatan yang signifikan karena profitas di kawasan ini sudah tinggi atau maksimal, yaitu 8 ton sampai 9 ton untuk 1 ha. Tetapi, hal yang meningkat efesiensi. Melalui Kampung Inovasi IPB Subang ini telah dihemat biaya produksi sebesar 4 juta rupiah per ha atau sekitar 30 persen. Angka itu terlihat dari biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar 12 juta rupiah per 1 ha berubah menjadi 8 juta rupiah per 1 ha.

    Peningkatan lainnya adalah rendemen sekitar 6 persen atau antara 6,1 persen hingga 6,7 persen. Kemudian juga serapan oleh pihak perusahaan SBN meningkat dari 30 persen menjadi 65 persen, dimana peranan para calo atau tengkulak telah berubah menggembirakan. Perolehan petani sudah lebih baik, sekitar 200 rupiah untuk setiap 1 kg sebagaimana keadaan sekarang harga gabah kering panen (GKP) mencapai 7.000 rupiah per kg untuk produksi dari varietas Ciherang dan Inpari-32 maupun untuk varietas ketan (pulut Grendel.

Peta Kesuburan Lahan

   Hingga kini di Indonesia Desa Kiarasari merupakan satu-satunya yang memiliki peta kesuburan lahan. Kami telah memetakan kesuburan lahan selama dua tahun yang mencakup lahan 500 ha yang dikelola petani bersama Alumni IPB tersebut. Contoh pemetaan kesuburan lahan itu adalah sebaran unsur posfat (P) sekian dan unsur nitrogen (N). Jadi sudah jelas lahan mana yang unsur P tinggi, atau sedang atau rendah, sehingga ketika diadakan pemupukan volume pupuk yang diberikan menjadi terukur secara tepat.

    Maksud saya, dari pengalaman di Desa Kiarasari ini, melalui penyediaan peta kesuburan lahan itu kita bisa hemat pemupukan sekitar 30 persennya. Memang ini belum baku karena kami belum melakukan penghitungan secara lengkap. Tetapi, efisiensi yang didapat seperti itu, kami simpulkan telah terjadi penghematan biaya produksi sekitar 4 juta untuk 1 ha. Kenapa bisa demikian? Sebab, kita bisa menurunkan biaya produksi dari sisi proses penanaman.

    Penghematan lainnya adalah terjadi di panen. Nah, jadi ke depan, harapan saya khusus untuk produksi padi mau tidak mau harus dilakukan moderenisasi usaha tani padi mulai dari pra tanam sampai  ke paska panen dan pemasaran. Modelnya yang bisa dirujuk adalah di Kampung Inovasi IPB Subang ini.

    Sekali lagi pihak kampus IPB Bogor memulai pertanaman di lahan seluas 500 ha di Desa Kiarasari ini sudah dua tahun. Sejak 2029 yang lalu. Keterlibatan kampus di sini dimulai dengan pemetaan wereng coklat pada 2017. Setelah itu pada 2020 kami menginisiasi kampung inovasi ini dengan langkah yang diambil oleh Dekan Fakultas Pertanian IPB Profesor Sidharta (almarhum). Waktu itu saya mendampingi beliau sebagai wakil dekan.

    Beragam teknologi inovasi telah dilibatkan di desa ini dari hulu ke hilir. Mulai penerapan teknologi pratanam, persemaian dan penanaman, pengamatan hama yang dimulai prapengamatan, pengendalian hama dan panen. Kemudian paska panen sampai pemasaran. Bahkan satu hal penting lainnya adalah penguatan kelembagaan petani.

    Bahkan ada teknologi yang diperkenalkan atau diterapkan di sini, yaitu imunisasi dan vaksinasi tanaman ketika di persemaian dengan berbagai mikroba cendawan. Dampak positifnya, tanaman menjadi kebal terhadap penyakit. Ya, itu seperti vaksinasi kepada manusia ketika terjadi serbuan virus korona 2019 atau Covid-19.

   Selama dua tahun di Desa Kiarasari dengan nama Kampung Inovasi IPB Subang itu didukung oleh Program Kedaireka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mudah-mudahan dengan kehadiran Kementerian Pertanian yang diwakili Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tanaman Pangan (PPHTP) bisa memberi bantuan yang tentu akan lebih meningkatkan daya guna di kawasan ini. Artinya, berbagai pihak diharapkan bergotong-royong memberi bantuan agar pola pertanian semacam ini bisa lebih besar dan menjadi  model untuk seluruh Indonesia. *sembada/henry/rori    

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang