“Sayooonara Ngerumpi Sia-sia: Kini 138 Perempuan Tiap Hari Asyik Bahas Susu Glycine Max Begitu UPH Hadir”
Monday, 23rd November, 2020 | 903 Views

UMUMNYA PARA PEREMPUAN Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat (Jabar)  sibuk di rumah masing-masing. Mereka hanya sekadar membantu suami bertani atau mengurus keluarga. Sebagian kecil membuka usaha di rumah, seperti kelontong dan warung. Tetapi, setahun terakhir para perempuan itu melakukan pekerjaan produktif, yaitu terlibat bertani terutama di hilir atau pengolahan. Komoditi yang diurus adalah kedelai (Glycine max) yang menjadi andalan desa itu. Bahkan kedelai digelorakan menjadi ikon desa dan ikon kecamatan sekaligus ikan kabupaten. Rumah kedelai telah berdiri di sana.

            Adalah Dian Mardiana (37) yang bertutur bahwa jauh hari desa yang gersang itu terbilang miskin. Mata pencarian utama adalah menambang pasir dan hal itu cenderung dilakukan para lelaki. Sebagian lelaki pergi ke kota menjadi buruh bangunan atau lainnya, sedangkan para perempuan tinggal di rumah menunggu rezeki yang dibawa para suami. Sebagian kecil membuka usaha kecil-kecilan. Dian adalah Ketua Penggerak Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan.

            Apa yang terjadi setelah kehadiran UPH? Menurut Dian hingga 2019 dia sendiri tidak tahu-menahu, apalagi perempuan lain di desanya. Kendati makin banyak kegiatan di Desa Cibulan terutama setelah galian tambang pasir ‘disulap’ menjadi daerah pertanian yang luas dan ditanami kedelai pada September 2019 urusan UPH belum dipahami karena belum terdengar.

            “Namun, seiring waktu berjalan, hasil kedelai dianggap warga melimpah karena juga belum pernah bertani, beragam kegiatan mulai sering diselenggarakan di desa kami. Itu setelah mulai panen kedelai. Kami semua heran bercampur sangat gembira karena bantuan benih memberi hasil yang baik. Ada juga bantuan traktor. Warga berebutan melakukan panen di bekas tambang pasir,” ungkap Dian sembari menambahkan bahwa seusai panen, kedelai dijual di pasar.

            Selanjutnya dikatakan bahwa hasil panen kedelai itu perlu dibuatkan menjadi tahu dan tempe, sehingga perlu pelatihan bagi warga untuk membuatnya. Sebab, lantaran tidak pernah bertani cara membuat tempe dan tahu tak seorang pun warga yang bisa. Memang hal itu sangat memprihatinkan, sehingga pihak desa dan kecamatan berinisiatif mengajukan pelatihan pengolahan cara membuat tahu dan tempe. Hal itu dimulai pada 2020.

            “Warga berduyun-duyun mengikutinya. Sangat bersemangat. Bersamaan dengan itulah kami mengenal UPH itu. Ternyata itu adalah singkatan dari unit pengolahan hasil yang diberikan oleh Kementerian Pertanian. Kebetulan di desa ini sudah berdiri Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan Cinta Asih yang bisa diajak berembug,” katanya.

            Hingga kini anggota PKK Desa Cibulan sudah 138 perempuan. Ada ibu rumah tangga dan ada juga remaja. Jumlah anggota itu terdiri dari kader inti dan kader umum. Dan di dalam organisasi itu dibentuk tiga kelompok kerja atau pokja, yaitu Pokja Kelembagaan Pendidikan Kecakapan Kewirausahaan yang diketuai Eka Apriani (21), Pokja Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga yang diketuai Susi Lestari (32) dan Pokja Pengolahan Pangan yang diketuai Ipah Yulifah (31). Teakhir adalah Pokja Keluarga Sejahtera yang diketuai Dian Mardiana sendiri.

      Menurut Dian, karena sudah disebut-sebut bahwa Desa Cibulan akan menjadi sentra kedelai, muncul pertanyaan menggelitik pikiran para perempuan di desa itu. Untuk apa ditanam kedelai? Hanya untuk benih lagi atau dijual ke pasar untuk campuran soto? Atau pangan lain? Berkecamuk pikiran dan perbincangan. Bersahut-sahutan untuk membuat tempe, membuat tahu atau membuat keripik.

    “Padahal para perempuan belum punya pengalaman sedikitpun untuk mengolah kedelai. Akhirnya terdengarlah UPH itu. Kami makin senang. Makin bersorak-sorai karena desa yang gersang akan memberi hasil dan perubahan yang puluhan tahun tak pernah terjadi. UPH muncul berupa bangunan permanen yang indah di desa kami sekaligus peralatan yang moderen untuk mengolah kedelai. Jadilah, impian mengubah taraf hidup warga desa jadi kenyataan,” seru Dian Mardiana berapi-api sambil bersyukur desanya mendapat bantuan yang luar biasa bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak di desanya dari pemerintah.

Ratusan Perempuan Dapat Lapangan Kerja

     Menurut Ipah Yulifah, Pokja Pengolahan Pangan yang dibinanya bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar telah mengurus hasil untuk pemanfaatan kedelai yang ada di Desa Cibulan. Untuk sementara hasil olahan berbahan baku kedelai yang sudah diproduksi dipasarkan lewat online sekaligus dipasarkan kepada masyarakat di sekitar desa.

      Setelah UPH hadir, pada minggu ketiga November ini para perempuan telah mampu mengolah 60 kilogram (kg) kacang kedelai untuk berbagai olahan. Contohnya, susu kedelai, dodol dan kacang goreng. Ruang lingkup penjualan secara online masih terbatas di sekitar Kabupaten Kuningan dan sebagian kecil dikirim ke Jakarta.

     “Tentu saja UPH bantuan Kementerian Pertanian membawa akibat sangat positif.  Kami kaum perempuan yang muda maupun tua terutama yang muda-muda mendapat lapangan kerja. Di samping itu faedah penting adalah pengetahuan penting cara mengolah kedelai menjadi olahan yang lain, seperti bentuk kue atau dodol maupun susu tepung,” demikian Yulifah.

       Disebutkan pula bahwa para perempuan desa bisa mendapatkan penghasilan tambahan di luar pendapatan suami dan kami juga mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat berorganisasi dan disiplin diri. Satu hal yang sulit dilakukan sebelum UPH ada. Hingga usia dewasa para perempuan di Desa Cibulan belum ada yang mampu membuat tempe, tahu dan dodol, tetapi kini semuanya telah terlalui setelah ada alat-alat moderen UPH.

    Selain sekarang sudah faham bahkan mulai mahir mengolah kedelai, Yulifah menambahkan, dengan bantuan UPH itu telah mampu mengubah pikiran dan perilaku kaum ibu-ibu muda yang tadinya kami tidak bisa apa-apa dan hanya menghabiskan waktu untuk ngobrol dengan tetangga. Namun, kedatangan bantuan dari Kementerian Pertanian kaum perempuan Desa Cibulan merasa lebih berguna dan bersemangat untuk selalu menambah ilmu lagi termasuk untuk bertani.

    “Jadi, sekarang kalau kami kumpul-kumpul bukan lagi ngerumpiin berbagai hal, tetapi kumpul-kumpulnya ibu-ibu yang ada di Desa Cibulan sekarang ini membahas produk olahan berbahan baku kedelai. Kami senang walau pendapatan belum seberapa besar. Sayoonara ngerumpiin hal sia-sia, kini kami asiyk mebahas susu, yaitu susu Glycine max alias susu kedelai,” Ifah Yulifah bertutur gembira ria  dengan senyum sangat senang.

Membangun Penghasilan Kaum Perempuan

    Menurut Susi Lestari, setelah dilatih beberapa waktu, para perempuan desa kini sudah bisa membuat tahu dan tempe. Jauh waktu sebelumnya pra perempuan hanya bisa membuat dodol. Itupun tidak banyak yang berminat. Sebeliknya sekarang hampir tidak ada perempuan yang tidak minat melibatkan diri di rumah UPH Desa Cibulan.

   “Tahu maupun tempe yang dibuat di sini mutunya jauh lebih baik daripada yang ada di warung.Sebab, proses pengolahan tahu dan tempe memakai alat yang jauh lebih bersih karena terbuat dari besi putih. Jadi, selain tambah pengalaman dan penghasilan, kami akan terus menambah wawasan cara berbisnis yang moderen,” ungkap Susi Lestari.

    Di tempat yang sama Eka Apriyani mengatakan bahwa kegembiraan yang tak bisa dinilai harganya oleh para perempuan muda dan terbatas penghasilan adalah ketersediaan tempat pelatihan yang baik dan bersih. Peralatan yang memang jarang atau belum pernah dilihat orang desa sangat lengkap untuk pengolahan kedelai.

    “Cara pengolahan produk berbahan baku kedelai sangat lengkap di sini. Tiap hari makin banyak yang berminat untuk berpartisipasi. Pelatihan tidak berbayar, tinggal datang saja dengan rajin dan konsekuen untuk terus bersama-sama akan mendapatkan penghasilan. Dan ibu-ibu muda telah menunjukkan minat yang sangat besar,” demikian Apriyani sembari melanjutkan bahwa jiwa kewirausahaan makin tertanam dalam pikiran para ibu-ibu muda. Pemasaran hasil dilakukan via media sosial (medsos), face-book dan toko sofie serta toko lazada dan sumber penghasilan pun makin beragam.

    Ketua PKK Desa Cibulan Dian Mardiana menambahkan bahwa sekarang untuk memproduksi susu kedelai masih mengunakan blender agar bisa halus sampai berbentuk tepung. Begitupun proses pengayakan tepung susu kedelai itu masih harus berulang-ulang diblender dan diayak sampai menemukan bentuk yang pas. Sekarang simpanan susu sudah habis, padahal permintaan susu meningkat terus. Alat pembuat susu masih manual atau sederhana.

    Ia bercerita bahwa pada pertengahan November yang lalu produksi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar laku semua. Kendati demikian, uang yang didapat dipakai lagi untuk modal, sehingga belum mampu menyisihkannya untuk kas atau tabungan kelompok. Ke depan, telah direncanakan akan menabung sebagian dari hasil penjualan untuk pengembangan usaha kedelai. Misalnya, membeli alat penepung agar kualitas dan kuantitas susu lebih baik dan lebih banyak.

    “Memang untuk pembuatan susu baru satu bulan ini berjalan secara terus-menerus sesuai permintaan. Kami akan promosikan lagi lebih luas agar produksi susu makin banyak. Dengan bantuan UPH itu kami berkeinginan untuk lebih menguasai fungsi dan kemampuannya. Nanti akan meminta bantuan bapak-bapak yang berpengalaman di desa ini,” tambah Dian.

    Anggota KWT Sinar yang telah lama berkiprah mengolah kedelai menjadi dodol, Rima Darmayanti (26) mengatakan pemasaran olahan kedelai, seperti susu, dodol, tahu dan tempe juga dilakukan pada pameran-pameran di berbagai tempat. Pemasaran semacam ini juga untuk saling menguatkan dengan pemasaran pola elektronik, seperti online atau medsos face-book, wahtsapp (WA) dan lainnya.

    “Pada gilirannya kami mendapat pemasukan yang cukup berarti karena berbagai kalangan telah mengenal buah tangan para perempuan Desa Cibulan. Dan yang menggembirakan pendapatan para perempuan telah ada, suatu hal yang mustahil tanpa keberadaan UPH yang banyak membantu kami,” Darmayanti berseru. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang