Panen Raya Padi Wilayah Kab.Cirebon Sudah Capai 12 Ton Untuk Satu Hektare
Friday, 20th September, 2019 | 803 Views

PADA SEPTEMBER INI seluruh desa di wilayah Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat penen raya padi. Itu dilakukan sejak awal bulan dan akan diakhiri pada akhir September atau awal Oktober. Para pengurus kelompok tani akan melakukan pendekatan khusus kepada para anggota agar berusaha langsung olah tanah dengan sedikit air dan langsung tanam dengan beragam cara, seperti tabur benih langsung atau tabela  maupun tugal. Pola semai yang menyita waktu sekitar satu bulan di perbenihan atau persemaian berangsur akan mulai ditinggalkan, sehingga tingkat produktivitas yang makin tinggi bisa didapat untuk menggalang ketersediaan pangan beras.

      Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Dr Ir Ali Efendi,MM untuk musim tanam (MT) April-September 2019  realisasi tanam mencapai luasan 40.034 hektare (ha) atau hingga 93,15 persen dari sasaran atau target 42.980 ha. Adapun sisa sasaran MT 2019 seluas 2.946 ha akan diselesaikan pada September terutama di lahan sawah irigasi teknis.

      “Selain di lahan sawah irigasi teknis, kami juga akan melaksanakan penanaman pada sisa sasaran tanam MT 2019 dengan percepatan olah tanah yang hanya membutuhkan sedikit air yang kini sedang dipopulerkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian,” ungkap Ali Efendi kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com pada gelaran Gerakan Panen Raya Padi MT 2019 Wilayah Kabupaten Cirebon di Desa Jatianom, Kecamatan Susukan, baru-baru ini.

          Hadir pada kesempatan Gerakan Panen Raya MT 2019 Wilayah Kabupaten Cirebon di Desa Jatianom, Kecamtan Susukan itu adalah Bupati Cirebon Drs Imron,MAg, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Ir Hendi Jatmika, MM dan Koordinator Upaya Khusus (Upsus) Padi Jagung Kedelai Kementerian Wilayah Kab.Cirebon Dr Ir Maman Suherman. Selain itu juga ada dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Dinas PUPR Kab.Cirebon dan dari Markas Komando Distrik Militer (Makodim) 0602/Cirebon serta dari Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog).

         Ali Efendi mengatakan pula bahwa luas panen di wilayah Kabupaten Cirebon untuk MT 2019 adalah 17.181 ha dengan rata-rata yang telah dipanen pada awal September sebanyak 6,33 ton per ha untuk gabah kering giling (GKG) atau sekitar 8,5 ton per ha untuk gabah kering panen (GKP). Kendati demikian di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Klangenan produktivitasnya sudah mencapai 12 ton per ha untuk gabah kering panen (GKP). Pada panen raya di Desa Jatianom luasannya adalah 620 ha dan sawah milik Kelompok Tani (Koptan) Sri Ganggong di Desa Jatianom yang dipanen mencapai 43 ha.

        “Kini pada panen MT 2019 sangat mengembirakan karena di beberpa lokasi pertanaman, seperti di Desa Jemaras Lor, Kecamatan Klangenan produktivitasnya telah mencapai 10,87 ton per ha untuk GKG atau setara 12 ton per ha untuk GKP. Begitu juga di Desa Gujeg, Kecamatan Panguragan sudah mencapai 9,8 ton untuk GKG atau setara dengan 11,3 ton per ha,” ungkap Ali Efendi dengan tersenyum ke arah para petani yang berkumpul di tenda depan podium yang dibangun di tengah sawah di Desa Jatianom, Kecamatan Susukan.

Ingin Belajar Pakai Harvester Untuk Memanen

        Menurut Kepala Dinas Pertanian Ali Efendi, pada Gerakan Panen Raya Padi 2019 di Kecamatan Susukan itu para petani ingin belajar memakai mesin pertanian untuk panen padi. Selama bertahun-tahun hingga 2019 ini para petani belum pernah memakai mesin dan alat pertanian untuk memanen padi.

        “Jadi, untuk kali ini para petani ingin memakai mesin untuk memanen. Aspirasi atau harapan petani itu dikabulkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian dengan memberi bantuan mesin pemanen fungsi ganda atau combine harvester. Jumlah combine harvester ada empat unit dan sudah siap pakai untuk memanen. Dan waaah…kita bersyukur serta berterima kasih pemerintah membantu para petani di sini,” cerita Efendi sembari menunjuk mesin besar yang sudah menghadap lahan tanaman padi menguning di sebelah tenda para petani.

      Mesin pemanen tersebut akan dipakai secara bergantian oleh para anggota kelompok di Kecamatan Susukan sampai lahan padi mereka selesai dipanen. Kenyataannya mesin tersebut sangat membantu petani dari segi waktu di sawah, tenaga yang terkuras keringat dan dana untuk membiayai buruh tani untuk menyabit atau memotong batang pada dan kemudian membanting atau merontokkannya. Selain itu jerami bisa langsung diolah menjadi pupuk organik maupun dibakar di lahan pertanian. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang