Ketua Kelompok Tani SUKA HASIL, Pemalang: Turunan Sorgum Itu Ungguli Padi, Jagung dan Kedelai
Tuesday, 17th March, 2020 | 1241 Views

PARA PETANI TERTARIK menanam sorgum (Sorghum bicolor) karena dengar lalu tahu bahwa hasil atau turunan sorgum jauh lebih banyak dari padi atau beras, jagung maupun kedelai. Di bawah ini tuturan Agus Fauzin,43, Ketua Kelompok Tani Suka Hasil di Desa Suru, Kecamatan Bantar Bolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.

 

        Kami para petani di Kecamatan Bantar Bolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah yang meliputi beberapa desa sudah bertekad menjadi petani sorgum sepanjang tahun. Potensi hasilnya sangat besar melampaui tanaman pangan lainnya. Saya sendiri tertarik menjadi petani sorgum, karena produk makanan tersebut tidak satu jenis saja semisal padi dan jagung.

     Para petani melihat bahwa sorgum itu sebagai bahan baku penting pengganti beras dan jagung. Karena itulah budidaya apapun akan saya coba tanam di tanah warisan orangtua yang hanya sekitar setengah hektare saja atau di tanah pihak lain yang memungkinkan ditanami. Apalagi kalau tanaman itu mampu menghasilkan pendapatan yang lebih banyak. Dan menurut pengamatan dan pengalaman saya sorgum ini lebih banyak hasilnya dibanding tanaman lainnya.

        Keistimewaan sorgum itu walaupun ditanam di tanah yang kering masih bisa tumbuh dengan baik. Dan apabila sorgum itu ditanam pada tanah yang subur pasti semakin bagus hasilnya. Pada area lahan kelompok tani saya kebanyakan bentuk tanahnya miring dan kering. Dulunya itu tidak bisa kami manfaatkan jika  musim kemarau datang. Bahkan dahulunya yang tumbuh di sana cuma alang-alang dan rumput liar saja.

 

      Nah, sekarang ini dengan adanya tanaman sorgum yang ternyata mampu tumbuh dengan subur di tanah seperti itu. Ini merupakan berkah yang tak terkira bagi kami petani di desa ini, dimana lahan tidur yang tidak bisa menghasilkan uang sebelumnya bisa kami manfaatkan dan menghasilkan pendapatan yang besar. Kami mengupayakan penanaman sorgum di lahan para petani dan di tanah milik perusahaan Perhutani.

       Lahan kering milik perusahaan Perhutani lebih luas  dan dapat kami garap dengan izin dulu kepada pihak Perhutani. Hebatnya dan hal itu sangat menyenangkan  tanaman sorgum ini tidak dimakan kera dan celeng atau  babi hutan. Itu dia, sorgum sangat istimewa. Sebaliknya kalau ditanam jagung atau padi, di wilayah kami ini bisa musnah dimakan celeng atau babi hutan serta kera yang jumlahnya sangat banyak. Dan pastilah petani rugi lantaran gagal panen akibat lebih dulu dipanen binatang.

Sorgum Sangat Istimewa

          Di lahan saya yang setengah hektare tadi sorgumnya telah panen. Harga beras sorgum pada panen yang lalu itu saya jual 4.000 rupiah per kilogram (kg). Selanjutnya saya akan panen lagi untuk kedua kalinya karena sorgum itu bisa dipanen sampai tiga kali hanya sekali tanam. Setelah dibabat saat panen pertama tidak lama kemudian akan muncul beberapa tunas. Saya membiarkan dua tunas saja untuk tumbuh besar dan nantinya akan berbunga dan berbuah. Nantinya pada panen kedua batangnya ditebas dan akan muncul tunas baru calon tanaman yang akan menghasilkan sorgum. Nah, tanaman lain tidak ada yang seperti sorgum ini.

          Para petani tidak kesulitan menjual sorgumnya. Sebab, kami tidak perlu membawa ke pasar atau menawarkan kepada pihak lain. Di desa kami ada pak Wahyu yang menyediakan benih dan memperkenalkan budidaya sorgum kepada banyak petani. Pak Wahyu yang membeli tunai hasil panen sorgum dari semua petani dari enam kelompok atau sekitar 200 petani di kecamatan tempat kami tinggal.

       Selain itu memang di Kecamatan Bantar Bolang belum ada pedagang yang mau membeli sorgum karena penduduk di sini belum kenal tanaman sorgum dan hasilnya. Bahkan sampai kini para petani belum punya alat untuk merontokkan biji sorgum dari malainya. Ada alat perontok padi yang dimodifikasi, namun hasil rontokan tidak maksimal. Selain itu memakainya bergantian dan bahkan lebih mendahulukan untuk merontok padi. Karena itu para petani termasuk saya sendiri pemanen sorgum secara bertahap. Secara bertahap juga dijual kepada pak Wahyu.

         Biasanya lima malai sorgum itu beratnya lebih kurang  1 kg. Dan untuk 1 kg itulah kami jual kepada pak Wahyu seharga 4.000 rupiah. Memang saya dan para petani lainnya sudah beruntung dan harga demikian sudah cocok bagi saya. Petani lain juga mengatakan demikian karena memang pak Wahyu adalah petani sorgum juga di desa kami. Kita bayangkan saja bahwa tanaman sorgum itu tidak saya beri pupuk sama sekali masih menghasilkan dengan harga yang baik. Dan ke depannya tanaman sorgam milik saya akan saya pupuki dan lebih saya perhatikan lagi agar hasilmya melimpah.

Petani Mana Tak Senang?

        Semua anggota kelompok tani sangat mendukung pertanian sorgum di Kecamatan Bantar Bolang. Bahkan beberapa kelompok tani di kecamatan lain sudah menyatakan akan bertani sorgum dan akan bertekad mengurus atau memupukinya. Sebab, tanaman sorgum ditanam di lahan kering tetap bisa tumbuh dan menghasilkan. Selain itu menanam sorgum sangat menggembirakan karena tidak dimakan kera dan celeng.

        Kalau menanam singkong atau ubi kayu, padi atau jagung pastilah habis dimakan celeng atau kera setiap hari. Atau kalau setiap hari dirondai atau ditunggui barulah ada hasil padi, jagung atau ubi kayu itu. Namun, siapa yang bisa bertahan setiap hari menunggui tanaman di ladang? Kalau tanaman sorgum tidak perlu dijaga dan tahu-tahu sudah segera dipanen. Petani mana yang tidak senang? Pokoknya kami senang dan puas menanam sorgum itu.

     Sekarang ini petani sudah banyak yang membuka lahan untuk ditanami sorgum tinggal menunggu cuaca saja. Jika curah hujan sudah mulai berkurang atau tidak curah tinggi lagi seperti sekarang, kami akan segera bertanam sorgum lagi. Saya berharap persoalan kami yang kesulitan mengolah sorgum terutama saat panen bisa disampaikan kepada pemerintah terutama mesin perontok yang memadai dan pengering.

      Para petani mengalami kesulitan untuk merontok sorgum, sehingga terlambat dikeringkan. Akibatnya cepat berjamur, menghitam lalu membusuk walau masih tergantung pada malainya. Kalau dirontokkan dengan kaki, tetap kesulitan. Payah sekali dan lama karena biji sorgum kuat menempel pada malainya. Lebih kuat dari biji jagung pada bonggolnya. Biji sorgum yang menghitam harganya hanya 1.500 rupiah per kg. Nah, itulah sisi lain bertanam sorgum yang menyenangkan dan menggembirakan, yaitu terlambat merontokkannya atau menjemurnya. Kami butuh pertolongan untuk mendapat alat.  *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang