Kadistan Subang: Subang Harus Tetap Produsen Nasional, Kepala Bulog Subang: Mutu Gabah Harus Baik
Thursday, 8th April, 2021 | 1062 Views

PADA MASA PANEN raya 2021 terdapat seluas 20.000 hektare (ha) lahan panen terdampak banjir dan genangan. Faktor cuaca tersebut tentu mempengaruhi kaulitas gabah yang diproduksi petani. Untuk itu diperlukan dukungan semua pihak agar Kabupaten Subang ke depan tetap bertahan menjadi lumbung padi dan produsen beras nasional.

     Demikian penjelasan dan harapan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Ir Nenden pada saat membuka secara resmi Rapat Koordinasi Gerakan Serap Gabah pada empat kabupaten di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Kelima kabupaten itu adalah Bekasi, Karawang, Indramayu, Cirebon dan Kabupaten Subang sendiri yang sekaligus menjadi pusat Gerakan Serap Gabah (GSG) tersebut.

    Hadir dalam Rapat Koordinasi GSG itu antara lain pihak penggilingan atau Komando Strategis Penggilingan Padi (Kostraling), Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), perbankan, pimpinan Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian (UPTDP), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan pihak Cabang Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog.

     “Secara khusus kami dari Dinas Pertanian Kabupaten Subang meminta perhatian pihak Perum Bulog Cabang Subang bisa menyerap gabah petani sesuai harga penetapan pemerintah atau HPP. Kami telah berkoordinasi dengan para petani melalui kelompok atau Gapoktan agar diupayakan pengeringan gabah secara maksimal, sehingga gabahnya bisa sesuai dengan kategori penyerapan Bulog, ungkap Nenden.

    Ia menambahkan pula bahwa kondisi lahan pertanian di Kabupaten Subang saat ini telah banyak perubahan. Banyak areal persawahan yang dipakai untuk kawasan industri. Kendati demikian, dengan menerapkan teknologi cara bertani serta memanfaatkan varietas unggul baru atau VUB diharapkan produksi petani Subang bisa sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, Dinas Pertanian Subang telah merencanakan penambahan perluasan areal baru atau PATB supaya volume produksi bisa dipertahankan sebagai sentra gabah nasional.

     Menurut Nenden, Kabupaten Subang mendapat peringkat ketiga secara nasional untuk produksi beras dan sekaligus peringkat ketiga produsen gabah untuk tingkat Jawa Barat. Jadi, layaklah para petani Subang mendapat apresiasi yang menggembirakan atas kerja keras tanpa lelah, sehingga produksi gabah bisa dipertahankan. Selain itu perusahaan perbenihan dan pupuk juga dihargai secara positif atau dukungan untuk kesuksesan pertanaman dan pasca panen yang baik.

Mutu Gabah Harus Baik

    Menurut Kepala Cabang Perum Bulog Kabupaten Subang Deni Kurniawan, SSi, pihak Bulog sangat mendukung penyerapan gabah yang ada di Subang. Memang pihak Perum Bulog tidak bisa menyerap begitu saja gabah petani yang ada karena tunduk pada Peratuan Menteri Perdagangan No 24/2020 tentang Penerimaan Gabah dan Beras.

    Pada prinsipnya, demikian Deni, pihak Bulog akan menyerap semua gabah atau beras dari petani sesuai dengan kapasitas lima gudang yang tersedia  di Kabupaten Subang, yaitu sebanyak 29.500 ton. Terhitung pada 6 April 2021 sudah terserp sekitar 511 ton dari target serapan sekitar 29.500 ton itu. Syarat penerimaan untuk gabah adalah kalau rendemen atau kadar airnya maksimal 25 persen untuk gabah kering panen atau GKP, sedangkan untuk gabah kering giling atau GKG harus 14 persen.

    “Itu sudah syarat untuk mutu gabah. Untuk beras juga demikian, yaitu kadar air 14 persen. Sementara untuk hampa kotoran gabah maksimal tiga persen. Kami punya laboratorium pengujian mutu gabah dan beras. Jika  tidak lebih, para petani bisa langsung kirim padi atau berasnya ke gudang Bulog. Biasanya barang yang dibawa itu kami lakukan pengecekan lagi untuk menghindari perbedaan beras yang telah diuji dengan beras yang sedang masuk,” ungkap Deni.

    Menjawab pertanyaan atas keluhan petani bahwa kadar air gabah sudah mencapai 14 persen, tetapi oleh pihak Perum Bulog atau mitranya dikatakan masih di atas 14 persen, Deni menjelaskan bahwa tim penguji mutu gabah atau beras sudah ada di lingkungan Perum Bulog. Laboran atau penguji di laboratorium itu sudah melalui serangkaian pendidikan khusus.

     Jadi, tentu tidak mungkin pihak Perum Bulog menolak atau mempersulit barang-barang yang berkualitas dari petani itu. Sebab, kami pun bekerja berdasarkan sasaran atau target karena hal itu menjadi tanggungjawab kami secara nasional. Secara resmi pihak Perum Bulog tidak pernah melakukan kecurangan dengan mengatakan rendemen gabah petani di atas 14, misalnya 15 atau 16, padahal sudah 14 sesuai persyaratan. Kalau petani mengeluhkan itu dilakukan pihak Bulog, saya pastikan hal itu tidak pernah ada di Subang. Mungkin oknum saja. Bukan pihak Perum Bulog,” cerita Deni.

    Dia menambahkan bahwa serapan gabah atau beras untuk Kabupaten Subang adalah 29.500 ton itu dengan harga yang sesuai HPP untuk GKG di kisaran 5.00 rupiah per kilogram (kg) dan 4.200 rupiah per kg untuk GKP. Penerimaan gabah pada musim hujan seperti saat ini  tidak masalah bagi pihak Perum Bulog karena sudah tersedia peralatan dan mesin pengering yang memadai dengan kapasitas mesin 8 ton untuk sekali proses.

   Menyangkut ukuran tingkat keasaman beras atau potensial Hydrogen (pH) pihak Bulog telah memiliki alat itu di setiap cabang Perum Bulog. Penerapan alat pH yang merupakan teknologi baru itu memudahkan pemeriksaan mutu beras lama dan beras baru. Kalau berasnya sudah lama Tingkat pH beras lama akan berada di bawah 6,2 dan tingkat pH untuk beras fresh atau baru adalah di atas 6,2. Dengan demikian, pH beras yang diterima di gudang Perum Bulog adalah 6,2 dan itu tidak bisa ditawar-tawar.  *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang