Dr Ir Muchlish Adie: Urusan Kedelai? Mutu Kedelai Kita Menang Dari AS, Tapi Kesadaran Kita Belum Tumbuh
Sunday, 2nd October, 2016 | 693 Views

Ketinggalan? Indonesia ketinggalan? Kedelai Indonesia tidak bermutu? Kalah dibanding impor dari Amerika dan India? Oh, tidak. Kita tetap menang. Dari berbagai segi, kedelai kita di atas kedelai Amerika Serikat (AS). Kedelai AS dirancang (design), direkayasa (engineerized) untuk minyak. Bukan untuk makanan. Harga kedelai impor dari AS hanya 6.000 rupiah ada apa? Kenapa bisa? Adakah pihak yang menyoal itu? “Saya harus katakan. Sekali lagi saya harus tegaskan bahwa mutu kedelai (Glycine max) PETANI INDONESIA baik dan lebih baik.”

Hal tersebut diungkapkan secara berapi-api oleh Dr Ir Muchlish Adie, soybean breeder (pemulia kedelai) di Badan Penelitian Aneka Kacang dan Ubi (Akabi), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), kepada Majalah Lumbung Pangan dan Media Pertanian online www.sembadapangan.com, belum lama berselang.

Menurut Muchlish, kalau berbicara tentang gizi dari kedelai, kedelai yang masuk ke Indonesia sudah terjadi dari 900 tahun lalu. Oleh sebab itulah tidak ada alasan mempertentangkan kedelai dari daerah tropis dengan subtropics. Karena apa? Kalau suatau tanaman sudah cocok, pasti akan beradaptasi dengan kedelai dari manapun di Indonesia. Varietas pertama tanaman pangan itu adalah biji kedelai pada 1918, di mana waktu itu 1940 kedelai sudah banyak dihasilkan oleh petani Indonesia, namun pada waktu kualitasnya memang belum sebagus dari luar negeri atau tidak sebagus sekarang.

Muchlish menambahkan, pemerintah sekarang sudah bekerja keras  menghasilkan kedelai untuk berbagai daerah karena kebutuhan masyarakat pada kedelai sangat tinggi. Tetapi, perlu diingat bawa Indonesia bukanlah pengimpor kedelai terbesar di dunia terutama lima tahun terakhir ini. Saat ini Indonesia sudah mengadakan benih mandiri yang merupakan terobosan sangat bagus  untuk meningkatkan produktivitas kedelai secara nasional sekaligus meningkatkan minat petani pada komoditas kedelai.

Kalau demikian, berapa pilihan benih kedelai unggulan saat ini?

Dari sisi varietas, pemerintah sudah berupaya menyediakan banyak pilihan benih kedelai unggulan dilihat dari segi protein tinggi, kemampuan ditanam di bawah naungan dan penggunaan di berbagai lahan secara optimal. Kalau dari sisi Varietas pemerintah sudah banyak memberikan pilihan yang bermutu termasuk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian juga telah menyediakan benih sumber yang disebut dengan Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS).

Apa varietas lain yang dapat diandalkan untuk menampik anggapan bahwa kedelai petani Indonesia tidak mutu?

Kami di Balitkabi pun sudah menyediakan varietas biji besar yang biasa dipakai untuk pembuatan tahu dan tempe. Selain itu juga varietas untuk pembuatan kecap sudah ada, untuk pengembangan lahan pasang sudah ada varietas tersendiri. Jadi, dari sisi teknologi varietas orang Indonesia sudah maju dan itu sudah tersebar di lingkungan Kementerian Pertanian.

Cukupkah hanya diketahui di lingkungan Kementerian Pertanian? Bagaimana Dinas Pertanian di provinsi dan kabupaten?

Sesungguhnya di daerah sudah ada. Tinggal Pemerintah Kabupaten mau tidak mengembangkan pertanian di daerahnya? Menyangkut kebijakan atau keputusan bukan bidangnya para peneliti lagi. Bukan tugas kami.

Ataukah karena produktivitasnya belum memadai atau informasi tidak sampai kepada petani?

Untuk mendukung produktivitas kedelai atau sisi hasil, saya katakan produktivitas kita bagus. Namun, sebagai pengetahuan umum bahwa Negara penghasil kedelai bukan berarti protein dari kedelai mereka itu lebih baik dari kita. Bukan begitu. Dan itu tidak jaminan. Faktor pertama tentang hal itu hanya karena mereka mempunyai lahan yang sangat luas. Dari produser terbesar kedelai, di mana satu di antaranya adalah India memiliki 7,5 juta hektare (ha)  kedelai yang siap dipanen setiap tahun. Hal utama bagi produser kedelai adalah luasan areal tanam. Bukan karena potensi hasilnya. Urusan produktivitas adalah hal lain. Tanaman yang luas menghasilkan banyak. Inilah bagi mereka.

Dan bagi Indonesia yang luas lahan untuk kedelai masih rendah, kedelai kita sudah bisa penen dengan umur 82 hari atau 83 hari. Bahkan panen di bawah 80 hari. Dibandingkan dengan negara subtropis, masa tanam hingga panen sekitar mencapai 130 hari. Jadi, di mereka hasil dibagi dengan jumlah hari, sedangkan kita sekarang masa tanam sampai panen rata-rata 80 hari, sehingga kalau dibagi potensi per hari, sebenarnya produksi kita tidak kalah dengan Negara yang mempunyai lahan yang sangat luas itu.

Apa arti atau maknanya bagi petani atau bagi Indonesia?

Nah, kalau dilihat seperti itu kita bisa produksi kedelai secara massal. Bahkan sekarang ada varietas yang umurnya di bawah 80 hari. Sekarang dengan perluasan lahan apalagi ada peraturan daerah menyangkut alih fungsi lahan diharapkan ada bupati atau kepala daerah yang melakukan perluasan lahan secara memadai untuk petani di daerahnya. Kalau mau besar-besaran.

Faktanya? Adapakah kepala daerah yang perduli soal kedelai atau perluasan itu?

Nah belum. Belum ada, padahal soal itupun bukan tugas kami. Kami hanya sekadar menginformasikan bahwa benih kita bagus dan hebat. Sediakanlah tanah untuk bertanam kedelai itu. Dan tugas kami adalah meningkatkan produktivitas. Namun, kalau yang memanfaatkan hanya sedikit atau pertambahan luas lahan tidak ada dan Perda tentang alih fungsi tidak ada? Benih yang dihasilkan bisa mubazir. Jadi, memang hal ini terkait erat dengan political will atau kehendak politik pemerintah dari pusat hingga daerah? Misalnya, mau impor terus atau menyediakan dari dalam negeri. Kalau dari dalam negeri benih bagus, benih hebat bermutu sudah tersedia.

Kalau sampai mubazir atau sia-sia, bagaimana? Bukankah umur benih yang dihasilkan terbatas?

Betul. Memang umur benih terbatas. Bangsa kita ini bangsa yang tidak bersyukur atas berkat yang ada atau yang diterima. Kita bisa bayangkan contoh lain, padi dengan varietas unggul terbaru diserahkan  pemerintah kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas sekaligus hasil petani dengan harga yang murah. Bahkan gratis. Agar berkesinambungan antara penelitian mendapat varietas baru yang lebih unggul lebih hebat, adakah petani kita menambah harga beli benih untuk varietas baru tersebut? Tidak ada.

Mengapa demikian? Bukankah sesungguhnya petani kita diuntungkan?

Memang. Tetapi, karena belum pernah ada pertambahan harga untuk beli benih unggul itu. Dan pemerintah tidak pernah menaikkan harganya. Dan itu adalah pertanda bahwa petani kita yang tidak pernah memanjatkan syukur atas daya guna (efficiency) bertani. Untuk benih dengan varietas unggul dengan harga murah bahkan gratis dibagi-bagikan kepada para petani kita itu merupakan bonus yang diberikan oleh pemerintah kepada seluruh petani. Bukankah pemerintah sangat baik kepada para petani kita.

Maksudnya apa?

Jadi, dengan argumentasi apapun, sangat tidak logis membandingkan Negara subtropis dengan tropis dalam mengembangkan kedelai. Kita masih mengandalkan pola bertani, sedangkan Negara lain sudah skala industi atau farm estate. Misal, di AS ditanami kedelai pada lahan puluhan ribu hektare.  Tetapi, di sana hanya panen sekali setahun. Setelah itu tidak ditanami lagi. Dan Pemerintah AS melindungi petani kedelai karena sadar hanya kedelailah andalan utama petani mereka. Jadi, hal apa pun yang terjadi, pemerintah siap di sebelah petani. Pemerintah AS melindungi secara total. Kalau tidak demikian, petani mereka akan mati.

Ada kesimpulan? Seperti apa?

Jadi, sebenarnya salah kalau kedelai kita lebih mahal. Tetapi, ini faktanya. Sebenarnya kalau berhitung, pajak pengiriman dari Amerika ke Indonesia saja berapa dolar atau berapa juta rupiah? Aneh bukan kalau sampai di sini harga kedelai mereka murah? Berarti ada sesuatu yang terjadi. Mungkin saja ada muslihat atau kong kalikon di antara para pihak. Kenapa bisa harga sangat murah dengan jarak puluhan ribu mil atau kilometer dari Indonesia? Ada apa di balik ini? Sadar tidak kita melihat kondisi tidak masuk akal ini? Atau petani kita? Atau para pihak yang mengatakan bahwa kedelai kita tidak mutu? Kedelai impor bermutu bermutu? Saya dan kami para peneliti mengatakan tidak. Mutu dan kandungan kedelai kita lebih baik. Lebih tinggi. Lebih bagus dan…lebih segar. *

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang