Sutiono (50) Petani Timun, Cabai dan Tomat: Dengan Bio SAKA Tidak Keluar Tenaga dan Dana Bahkan Malah Untung Banyak
Sunday, 20th August, 2023 | 258 Views

TERSEBUTLAH PETANI DARI Dusun Pacuh Desa Panataran, Kecamatan Legok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Namanya Sutiono berumur 50 tahun. Dia sudah menjadi secara turun-tenurun dari leluhurnya hingga 2023 saat Indonesia sudah merdeka 78 tahun dari penguasa Belanda. Sutiono tidak memili tanah atau lahan sebagai warisan dari orangtuanya, tetapi menyewa dari orang lain di dekat tempat tinggalnya.

    “Saya menanam ketimun dan cabai keriting pada lahan bedengan seluas 300 ru atau sekitar 0,14 hektare (ha). Saya memakai nutrisi bio SAKA setiap 10 hari sekali pada kedua tanaman tersebut dan pada gilirannya setiap dua hari panen. Desa Pacuh berada di lereng Gunung Kelud yang berjarak sekitar enam kilometer,” katanya kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Blitar melalui telepon.

    Hasil pemberlakukan bio SAKA itu adalah bahwa  dalam satu minggu sudah terlihat ada perubahan, yaitu tunas cepat muncul dan warna daun hijau mengkilat. Umur timun dengan panen terus-menerus hingga 85 hari, di mana panen tiap hari dengan hasil sebanyak enam kuintal. Panen kedua lebih banyak lagi dan tidak dihitung karena begitu senangnya. Hasil ketimun dari lahan yang hanya 0,14 ha itu adalah 7 ton.

   Setelah tanaman ketimun selesai lalu menyusul cabai yang sedang bertunas. Memang tanaman ketimun tumbuh dan panennya terlalu lama lantaran pengaruh bio SAKA, sehingga harus dicabut kendati masih berbunga dan berbuah. Sebab, susulan tanaman cabai perlu juga dipanen setelah musimnya tiba.

   Nah, ada berlipat-lipat keuntungan dari tanaman ketimun untuk tanaman cabai yang berikutnya, yaitu palstik, pupuk yang tertinggal di tanah dan obat. Dengan demikian, tanaga tidak sampai keluar untuk mengolah tanah dan uang untuk membeli macam-macam.

Tanaman Penerima Bio SAKA Panennya Lama

   Dari pengalaman bertahun-tahun bertani, contohnya pada ketimun,  petik panennya 4 hingga 5 kali  sudah habis karena batangnya sudah kering dan menerima pupuk kimia dari pabrik. Sebaliknya, melalui pemakaian bio SAKA ternyata bisa panen 8-9 kali bahkan lebih dan terus berbunga. Jadi, pertumbuhan cabai mulai bagus setelah ketimun berakhir. Artinya, hasil cabe itu adalah bonus besar dari pertanaman ketimun karena untuk cabai itu hampir tidak ada urusan atau penanganan karena bagus daun sudah terlihat bagus, bunga dan buah bagus dan seterusnya panen.

    “Dari luasan hanya 0,14 ha atau sekitar 1.000 meter (10 x 100) itu pada panen pertama saya dapat 60 kilogram (kg), panen kedua 120 kg dan panen terus bisa selama 13 kali yang memang hasilnya tentu makin berkurang.  Puncak panen yang ke-13 kali itu ada 10 kg. Adapun harganya menetap, waktu itu adalah 23.000 rupiah per kg,” ungkap Sutiono.

   Menurut dia, lahan itu bukan miliknya saya, tetapi menyewa sebesar 10 juta rupiah per tahun. Lalu hasil yang menggembirakan itu sudah memberi untung uang sewa dan untuk keperluan keluarga. Jadi, terobosan pemakain bio SAKA sangat mengurangi biaya untuk pertanaman. Pada 2022 dia menanam tomat pada luasan 300 ru atau sekitar 1.000 meter itu dengan hasil pertama 12 ton dengan harga 2.000 rupiah per kg. Pemakian bio SAKA satu kali seminggu. Biaya yang dikeluarkan tidak banyak karena tanah masih produktif.

    Hal aneh sampai ke pendengaran Sutiono, yaitu bahwa  rasa tomat dengan perlakuan bio SAKA lebih manis atau tidak asam. Dan hal tersebut disampaikan para konsumen dari luar Blitar dan Madiun kepada pengepul yang mengambil tomat dari Sutiono. Sebab, tomat yang dihasilkan Tiono itu langsung dibawa toke atau pengepul ke daerah lain, sehingga konsumen-konsumen yang sudah mendapat tomat rasa manis tersebut mencari atau memesan tomat yang sama kepada toke. Itu memang luar biasa.

Berbagi Pengalaman Agar Maju Bersama

   Karena sudah banyak hal yang berbeda pada tanaman yang dihasilkan, para petani tetangga desa minta diajari cara membuat bio SAKA itu. Dan beberapa petani yang telah berhasil mengajari tetangga desa untuk membuat bio SAKA tanpa diberi bayaran. Para sesama petani di Blitar sudah sepakat berbagi pengalaman tentang bio SAKA agar sama-sama mendapat keuntungan dan kemajuan perekonomian. Kami harus gotong-royong, sehingga sama-sama maju.

   Toh setiap orang ketika mendapatkannya cara membuat bio SAKA juga tidak membayar apapun, kecuali mengikuti pelatihan. Nah, saat ini petani yang tidak menerima bayaran untuk melatih para petani lainnya sudah menjadi RELAWAN untuk  menyampaikan kehebatan bio SAKA. Jadi, pengalaman para petani dibagi kepada sesame. Biarlah bio SAKA itu sendiri yang menyatakan kehebatan kepada petani lain.

   Pada 2023 ini Sutiono mencoba menanam cabe keriting dengan benih 10.000 batang. Lahannya tidak bertambah dari 0,14 ha atau 1.000 meter itu karena hanya mampu menyewa. Bagaimana panennya? Menurut Sutiono, pada Agustus 2023 ini sudah yang ke-24. Pada panen pertama hasil yang didapat mencapai 5 ton. Harganya adalah 17.000 rupiah per kg di sawah atau lahan petani. Kalau harga beli oleh masyarakat tidak diketahui Sutiono karena sudah dibawa toke atau pengepul ke beberapa kota.

   Pada Juni 2023 yang baru lalu Sutiono menanam tomat pada luasan lahan 150 ru atau 0,21 ha di sebelah lahan 300 ru untuk ketimun-cabai dan tomat sebelumnya. Pada penen pertama awal Agustus didapat dua kuintal disusul seminggu kemudian pada panen ke-2 sebanyak  empat kuintal, panen ke-3 sebanyak 8 kuintal dan panen ke-4 sebanyak 12 kuintal atau 1,2 ton hanya untuk luasan sekitar 5.00 meter atau 10 x 50 meter atau 150 ru.

   Ketika panen menjelang 17 Agustus adalah panen yang ke-9, di mana diperkirakan akhir panen akan mencapai 11 kali. Biasanya penen tanpa perlakuan bio SAKA hanya 6 kali, tetapi tanaman tomat yang menerima bio SAKA akan diakhiri 11 kali saja walaupun tanamannya masih berbunga, tetap akan diakhiri untuk menanam komoditi lainnya. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang