SP3T Langkat Sumut: Kendati Panen Raya Harga Tetap Stabil Karena Mutu Beras Bagus
Wednesday, 12th February, 2020 | 949 Views

DAMPAK POSITIF KEBERADAAN Sentra Pelayanan Pertanan Padi Terpadu atau SP3T di Desa Namukur Utara, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat hingga kini adalah pada harga yang stabil kendati panen raya. Mutu beras pun bagus.

     “Tidak pernah harga beras petani merosot atau murah karena gabah petani yang baru dipanen  langsung dikeringkan dan digiling. Mutu beras sangat bagus dan tidak dikuasai tengkulak. Para petani sangat terbantu karena mendapat keuntungan sesuai harapan mereka,” ungkap Wasno, Ketua Gapoktan Oriza, Desa Namukur Utara, Kecamatan Sei Bingei, Langkat, Sumatera Utara (Sumut). Dia juga sekaligus sebagai pengelola SP3T Sei Bingei bersama pihak Koramil 03/Sei Bingei.

        Sekadar diketahui, SP3T Sei Bingei merupakan bantuan Kementerian Pertanian dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) pada 2017 yang lalu. Pengoperasian SP3T itu diresmikan oleh pejabat Kementerian Pertanian, gubernur Sumut dan pejabat Kodam II-Bukit Barisan dan diserahkan kepada pihak Kodim 0203 Langkat atau Koramil 03/Sei Bengei.

       Menurut Wasno, para petani yang memanfaatkan SP3T itu mencapai lima kelompok tani yang keseluruhannya mencapai 105 anggota dengan kepemilikan sawah mencapai 300 hektare (ha). Pada masa tanam padi seperti sekarang, para petani menanam varietas unggul baru (VUB) Inbrida Padi Sawah Irigasi (Inpari)-32.

        Wasno bercerita lagi, dari pengalaman beberapa kali panen sejak beroperasi, apabila gabah panen petani di kawasan itu kurang, maka akan diambil dari kelompok tani lain yang ada di daerah lain. Ongkos pengeringan bisa disepakati bersama. Dari hal itu telah berjalan dalam beberapa kali panen selama ini.

     Selanjutnya Wasno bercerita bahwa saat ini padi di sekitar SP3T itu atau di wilayah Kabupaten Langkat sebagian sudah menguning dan beberapa minggu ke depan akan siap dituai atau dipanen. Namun, karena jagung di kawasan Sumut sudah dipanen, maka vertical dryer di SP3T itu dimanfaatkan untuk mengeringkan jagung. Ongkos pengeringan jagung para petani juga sudah disepakati sebagaimana diterapkan pada pengeringan padi. Rentang waktu mengeringkan jagung dengan padi juga sama untuk mendapatkan kadar air 14 persen, yaitu 11 jam sekali proses 10 ton sesuai kapasitas alat pengering.

       “Karena sekarang musim panen jagung, jadi mesin ini kami manfaatkan untuk mengeringkan jagung petani. Tetapi, jika nanti masuk musim panen padi di Maret atau April, kami akan mengeringkan padi kelompok  tani lagi. Pergantian pengeringan itu dilakukan agar mesin tidak berhenti beroperasi. Artinya, apa saja yang bermanfaat bagi petani, di sini kami akan lakukan,” kata Wasno (58).

Kini Ketakutan Panen Musim Hujan Sirna

     Menurut Kepala Bidang Produksi Pangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Langkat, Sumut Rosnani,SP, saat ini luas lahan sawah padi Kabupaten Langkat mencapai 35.353 hektare (ha). Untuk Kecamatan Sei Bingei saja mencapai seluas 3.089 ha. Untuk jagung luas lahan baku Kabupaten Langkat mencapai 21.351 ha dan untuk Kecamatan Sei Bingei mencapai 7.303 ha.

          Ia menambahkan, untuk kegiatan penggilingan padi termasuk pengeringan padi di SP3T itu produksi padinya lebih dari cukup. Artinya, pada musim panen padi hanya dua atau tiga kecamatan yang bisa terlayani SP3T Sei Bingei, apalagi kalau panennya serentak dipastikan tidak semua petani bisa terlayani untuk pengeringannya.

          “Memang SP3T ini sangat membantu para petani untuk mendapat mutu beras yang bagus, sehingga harganya bisa lebih baik dalam arti petani bisa menutupi biaya produksi. Kalau petani tidak mempunyai lantai jemur, tetap akan sulit kalau hanya mengandalkan sinar matahari. Apalagi kalau panen saat mendung atau di penghujan, wah petani akan rugi,” ungkap Rosnani,SP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Desa Namukur Utara, Sei Bingei. Ia didampingi Kepala Seksi Pengembangan Padi, Palawija dan Jagung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kabupaten Langkat Jasmarita,SP dan Staf Seksi Pengembangan Palawija dan Jagung, Dinas Pertanian Kabupaten Langkat Suhartina, SSos.

         Rosnani juga menambahkan bahwa melalui SP3T itu petani dan kelompok  taninya sangat terbantu dan positif sekali. Dan memang pada panen raya harga beras tidak akan pernah jatuh sampai tingkat terendah. Nantinya kalau panen memasuki musin hujan, petani tidak perlu takut padinya berjamur atau membusuk. Sebab, momok paling dikhawatirkan petani saat panen adalah persoalan pengeringan.

            Ia berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian masih mengalokasikan satu atau dua unit lagi SP3T untuk Kabupaten Langkat yang bisa langsung diurus kelompok tani secara langsung karena penempatannya di areal pertanian. Kalau SP3T yang ada saat ini masih bekerjasama dengan pihak TNI AD dan melibatkan pihak Babinsa untuk mengoperasikannya.

       “Kami berharap SP3T ini ditambah arena kawasan pertanian kami ini sangat luas. Kami masih butuh untuk meningkatkan mutu beras yang diproduksi petani,” ungkap Rosnani.

TNI Dari Koramil Membantu Petani Saja

     Menurut Herman, personil dari Koramil 03-Sei Bingei hanya penugasan untuk membantu para petani. Kendati petani yang tergabung di Gabungan Kelompok Tani Oriza sudah ditentukan untuk melayani petani di SP3T, personil Koramil di SP3T itu menambah kekuatan petani memberikan pelayanan maksimal kepada para petani yang membawa hasil bumi ke SP3T.

       “Sifat kehadiran kami di sini hanya untuk membantu. Tenaga petani yang hadir untuk mengelola SP3T ini memang kurang lantaran para petani sangat sibuk di sawah dan ladang. Hal ini sudah berlangsung sejak SP3T ini beraoprasi dari awalnya,” ungkap Herman yang dianggukkan oleh rekannya, personil dari Koramil-3 Sei Bingei Asrul.

         Selanjutnya Asrul menambahkan bahwa memang tidak bisa dipungkiri persoanil Koramil harus ada di SP3T itu bersama petani karena pendirian SP3T itu merupakan kerjasama antara Koramil dengan petani setempat. Anggota Koramil membantu petani dimulai dari mengangkut padi dan jagung ke dalam pengering, kemudian dibongkar dan dimasukkan ke mesin pengupas kulit dan seterusnya ke mesin penyosoh.

        “Memang kehadiran kami adalah membantu pak Wasno dan timnya sesama petani agar lebih lancar. Hal itu tergantung musim panennya. Kalau sedang banyak jagung kami mengeringkan jagung dan kalau sedang panen padi kami mengeringkan padi begitu seterusnya,” cerita Asrul sambil menambahkan bahwa anggota Koramil 03-Sei Bingei yang ada di SP3T itu jumlahnya enam personil tiap hari.

          Menurut dia, khusus untuk jagung, setelah dipanen dimasukkan ke dalam mesin pengering lalu langsung di pak untuk segera dijual, sehingga pekerjaannya lebih ringkas atau sederhana dibandingkan dengan proses gabah. Sebab, kalau padi setelah panen kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengering lalu ke mesin pengupas kulit. Kemudian ke mesin sosoh  untuk pemisah warna. Setelah padi disosoh dua kali kemudian langsung dipak untuk proses jual kepada pihak konsumen.

     Selanjutnya dikatakan, pengeringan padi atau jagung kurang lebih selama 10 jam sekali proses, tetapi bisa juga lebih karena tergantung muatan air pada biji padi atau jagung. Jika kadar air mencapai 30 persen membutuhkan waktu hingga 12 jam, tetapi kalau sekitar 20 persen kadar air padinya, waktu untuk mengeringkan hanya 10 jam. Alat pengering di SP3T itu digerakkan tenaga listrik. Harga beras dari SP3T dijual sekitar  9.800 rupiah per kilogram (kg) dengan status mutu premium. Beras itu langsung dikirim ke pasar sesuai dengan permintaan pedagang. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang