Sorgum Sukabumi di Kec.Kali Bunder, Petani Hapidin: Kami Suka dan Cocok Tanam Sorgum
Thursday, 8th June, 2023 | 264 Views

 

LAGU POPULER BERJUDUL Naik-Naik Ke Puncak Gunung….boleh jadi, cocoklah disenandungkan menggambarkan momentum untuk menjangkau atau tiba di Desa Bale Kambang, Kecamatan Kali Bundar. Lagu itu adalah gubahan  seniman masyihur perempuan Indonesia Saridjah Niung atau Ibu Soed (Soedibjo atau Nyonya Raden Bintang Soedibjo. Lagu alam natural itu digubah pada 1927 silam dan tetap menggema menggelora hingga 2023 kini.

 

   Kenapa gerangan cocok? Ya, naik-naik ke puncak bukit, tinggi-tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja banyak pepohonan (aneka jenis pohon dan tanaman). Ada jurang dan lembah serta pada jalan bebatuan yang menanjak. Untuk menjangkau lahan sorgum hingga ketinggian 550 di atas permukaan laut (DPL) harus melintas jalan setapak yang hanya sebatas ban sepeda motor.

   Seram, menakutkan, indah dan menggembirakan campur baur. Adrenalin insani termasuk para petani pun pendamping petani di/ke puncak bukit itu teruji. Ada niat? Ada kemauan? Pasti terbuka jalan untuk menuai hasil peluh keringat jerih payah bagi yang sudi bertani.

    Beruntung…ya beruntunglah jalan menanjak yang seram menggembirakan itu terlalui saat kemarau. Mobil kecil tumpangan kami yang terseok-seok dengan kelajuan rata-rata 15 km per jam sejak dari pertigaan Kecamatan Jampang Kulon-Ujung Genteng melewati Kecamatan Pabauran menuju Kecamatan Kali Bunder kami tinggal di Desa Sukajaya, Kecamatan Pabauran.

   Seterusnya kami dijemput dengan mobil bergardan dan bertenaga besar agar mampu hingga ke puncak bukit sejauh tujuh kilometer (7 km) dengan hamparan pertanaman jagung, palawija dan bekas panenan sorgum yang luas. Di perjalanan yang jarang penduduk itu ada tiga tanjakan yang memerlukan kehati-hatian terutama bagi pengemudi roda empat yang harus cermat mengukur jalan sempit itu.

   Apalagi kalau ada kendaraan sejenis yang harus berpapasan. Sulit dan jauh mencari sisi jalan yang agak lebar untuk mundur atau menepi. Ada TANJAKAN CIJERUK, TANJAKAN PANJANG dan TANJAKAN Manggu di puncak pendakian, di mana 180 derajat bisa memandang kawasan pertanian dan perkebunan hingga laut lepas Samudera Indonesia. Ooh..indah nian alam ciptaan Maha Kuasa itu.

     Di ujung ketinggian yang sepi sana kami berjanji bertemu dengan petani yang gabung pada Hapidin (55), Ketua Kelompok Tani Bumi Makmur Mandiri dan Manajer CV Cahaya Gemilang Dodi Darmawan (42) yang menjadi avalis atau off-taker (penjamin pembeli). Jumlah anggota kelompok tani itu adalah 60 petani perempuan dan lelaki. Pada kesempatan itu juga dijumpai anggota kelompok lain, seperti Palah (45) sekaligus Bendahara kelompok dan Samsudin (42) Sekretaris kelompok. Luas lahan untuk sorgum yang digarap para petani itu mencapai 100 hektare (ha), tetapi yang sudah diusahai dengan menanam sorgum baru seluas 10 ha.

   “Dari luasan 10 ha yang ditanami tersebut kami dapat tidak sesuai dengan yang disebut-sebut banyak orang. Sorgum pipil yang sempat kami timbang dari 10 ha itu adalah 4 ton saja. Sisanya ditampung di rumah para petani. Mungkin sekitar 2 ton saja,” ungkap Hapidin di gubuk yang dibangun di atas kandang domba berisi 30 ekor di Desa Bale Kambang. Dia didampingi Palah, Samsudin dan off-taker Dodi.

Untuk Kuliahkan Anak

   Menurut Hapidin, para petani masih berharap akan menanam sorgum pada pertanaman mendatang sekitar Oktober. Alasannya, melalui sorgum pendapatan para petani akan semakin meningkat dan tingkat kehidupan para petani akan lebih baik. Dengan demikian, anak-anak bisa disekolahkan hingga perguruan tinggi demi kehidupan social yang lebih baik.

    “Anak saya ada empat orang. Anak pertama perempuan sudah selesai SMA. Kedua, laki-laki masih SMA, ketiga di SMP dan terakhir di SD. Untuk urusan sekolah ini kami tidak mendapatkan kartu bantuan pelajar. Nah, harapan saya kalau sorgum ini maju dan tanaman kami tumbuh normal serta hasilnya melimpah, anak-anak akan saya sekolahkan ke sekolah yang lebih tinggi,” katanya dan dianggukkan oleh Dodi, Palah dan Samsudin.

  Anak-anak anggota yang lain, Hapidin menyebutkan, juga akan didorong agar menyekolahkan anak mereka setinggi mungkin. Sebab, hidup di desa sangat sulit karena penghasilan yang rendah. Tetapi, semoga melalui tanaman sorgum yang bisa hampir seluruhnya bisa diolah.

Optimis Hasil Sorgum

   Di Desa Bale Kambang secara ‘kebetulan’ hadir Dodi Darmawan untuk bertani. Itu terjadi pada 2012. Seiring waktu berjalan, pada 2017 Dodi dan para petani berhimpun dan menanam jagung. Hasilnya sangat menggembirakan. Hasil bagus. Mencapai 3 ton per ha. Harga waktu itu juga bagus mencapai 4.000 rupiah per kilogram (kg).

   Atas hasil tersebut para petani merasa ‘bungah’ dan sangat senang karena bisa mewujudkan cita-cita anak di desa mereka untu bersekolah. Tanpa kehadiran Dodi dan rombongan yang belakangan menjadi pembeli hasil panen jagung (off-taker) di desa itu bisa dipastikan kondisi perekonomian petani tidak akan berubah sebaik sekarang.

   “Jadi, kami semua petani sangat senang karena ada peningkatan ekonomi, Untuk itulah saya dan teman-teman petani berjanji akan mendukung semua kegiatan yang beliau kerjakan di desa ini. Kami sudah bekerja sebagai petani selama dengan pak Dodi,” demikian Hapidin seraya menambahkan bahwa para petani akan setia dan terus mendukung serta mengikuti program pertanian termasuk untuk sorgum di desa itu.

   Contohnya, katanya, berkat kerjasama para petani di desa ini dengan beliau, dia mampu menyekolahkan dua anak menjadi sarjana. Dan kedua anak itu sekarang ini sudah bekerja di kota. Itu semua tidak lain dan tidak bukan karena campur tangan penjamin hasil panen dari rombongan petani maju ke Desa Bale Kambang. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang