Singkong Cilebut: Sarjana Jadi Petani Tak Didukung Alsintan dan Dana, Banyak Permintaan Singkong Olahan Tertunda
Sunday, 3rd December, 2023 | 280 Views

SARJANA JADI PETANI sebagaimana diharapkan pemerintah acapkali bukanlah semboyan semata karena banyak juga sarjana—apalagi sarjana pertanian—berkecimpung di sektor pertanian di pinggiran kota dan di pedesaan. Namun, bak pepatah klasik, uang tidak seberapa produksi pun tidak seberapa. Satu di antara sarjana jadi petani yang mengalami kesulitan dana itu adalah Heri Soba,STP yang sengaja meleburkan diri di organisasi Masyarakat Singkong Indoneisa (MSI) untuk meraih akses, tetapi masih terseok-seok. Dia mengelola lahan seluas 1,1 hektare (ha) untuk budidaya singkong hulu ke hilir hingga pemasaran di Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

      Menurut Heri Soba, dia bersama dua petani selama dua tahun terakhir ini telah mengelola lahan seluas 1,1 ha itu hanya untuk tanaman singkong (Manihot utilissima) atau ubi kayu. Sebab, hal yang diketahui adalah bahwa singkong itu bisa diolah dengan beragam turunannya, seperti tape, tepung tapioka, tepung fermentasi yang sering disebut mocaf-modified cassava flour), pangan rebusan atau kukus dan gorengan.

   “Namun, dari semula kami mengawalinya dengan membuat tape yang kenyataannya sangat digemari semua kalangan dari kanak, dewasa perempuan dan lelaki hingga kakek-nenek. Kami telah memproduksi tape. Banyak sekali pesanan dari masyarakat sekitar, dari mahasiswa kos dan karyawan kos bahkan dari konsumen kompleks perumahan mewah. Tetapi, produksi tape tersebut tidak berlangsung lama karena pasokan singkong tidak tersedia dengan mutu yang sesuai,” demikian Heri Soba seraya menambahkan bahwa beberapa tahun lalu MSI juga mengelola lahan untuk pertanaman singkong di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar).

Tunggu Alsintan dan Dana

    Selanjutnya Heri Soba mengungkapkan bahwa saat ini ada kenyataan yang tidak bisa diatasi terkait dengan pengembangan produksi tape yang dibutuhkan konsumen yang sempat berlangganan, Secara umum untuk pengembangan budidaya singkong di kawasan Cilebut itu diperlukan alat dan mesin pertanian (alsitan) serta dana.

     Sebab, demikian Heri Soba, tanah yang tersedia sesungguhnya baik dan subur. Kendati demikian, ternyata hanya sebagian kecil dari luasan yang ada bisa langsung diolah kemudian ditanami. Di bawah permukaan tanah yang terlihat bagus banyak tumpukan sampah plastik yang mengganggu perakaran dan pertumbuhan. Sebagian besar luasan ini dipenuhi plastik, sehingga harus diolah ulang dengan cara diluku dengan traktor.

   “Ketika dicangkul sampah tidak terlihat. Bibit singkong kemudian dicocok sebagaimana umumnya budidaya singkong pada kedalaman 15 centimeter (cm) hingga 20 cm. Begitu muncul daun, pertumbuhannya tidak normal sampai masa panen, sehingga hasil umbinya pun rendah. Hal itu mengakibatkan bahan baku untuk tape tidak tersedia untuk mengimbangi permintaan. Usut punya usut bertumpuk plastik dalam tanah, sehingga lahan ini harus diolah-bongkar dengan traktor. Kami butuh traktor, katanya.

     Menurut Heri Soba, beberapa petani sedang mencari pekerjaan lain lantaran tidak ada dana untuk menggaji atau mengupah. Saat ini petani yang mendampingi dirinya hanya dua orang, yaitu Gozali (55), ahli membuat tape dan olahan lainnya serta Atang (32) bertugas membersihkan singkong sampai siap diolah sekaligus mengurusi kandang maupun pakan ternak biri-biri atau domba dan kambing yang jumlahnya 30-an ekor. Kotoran ternak itu akan diolah jadi kompos untuk meningkatkan kesuburan tanah.

   Dan untuk sementara mereka—Heri Soba, Gozali dan Atang–bergantian pergi ke pasar membeli singkong sebanyak 50 kilogram (kg) per dua hari untuk diolah menjadi tape dan produk lain, seperti kue dan singkong frozen atau beku. Ternyata tidak semua singkong bisa dijadikan tape dan mereka sudah mengenali singkong yang cocok dibuat tape. Karena darurat oleh keadaan tak terduga, hasil penjualan produk-produk olahan itulah yang dimanfaatkan mengupah dua petani.

   “Kalau ada bantuan traktor dan dana, cita-cita kami menjadikan lokasi yang bagus ini sebagai agro-industri sekaligus edu-farming akan terlaksana. Keadaan lahan yang masih memerlukan traktor mengolah tanah untuk membuang plastik,” Heri bercerita dengan semangat besar akan meneruskan pengabdiannya sebagai sarjana menjadi petani dengan membuka lapangan kerja bagi petani di sekitarnya.

    Sebagai petugas MSI yang ditugaskan mengurus lahan yang aman dari pihak mananpun karena sudah ditembok berkeliling, Heri Soba dan rekan kerjanya berupaya sekuat tenaga agar lahan tersebut produktif. Artinya, pendapatan dari pertanian singkong tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan lahan singkong yang tertunda di Kabupaten Sukabumi dan mengupah semua petani atau tenaga kerja yang mendukung.

   Nah, untuk keadaan awal yang pelik ini diharapkan Kementerian Pertanian atau Kementerian Desa bisa menyisihkan anggaran, saprodi dan alsintan agar usaha budidaya singkong dari hulu ke hilir bisa berjalan sebagaimana mestinya. Singkong adalah bagian makanan sehat dengan beragam turunan olahannya yang tidak bisa dipungkiri lagi merupakan pangan pendukung lumbung pangan nasional pada perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045 kelak.  *sembada/henry/rori

 

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang