Program Tangguh Pangan Diapresiasi Di AS
Friday, 24th June, 2016 | 937 Views

RENCANA induk atau masterplan dan program awal Pengembangan Daerah Tangguh Pangan (PDTP) di Papua mendapat perhatian luas di Amerika Serikat (AS) pada seminar International Humanitarian Technology: Science, Systems and Global Impact 2016 (HumTech 2016) di Boston pada medio Juni lalu. Rencana induk tersebut dipaparkan oleh pihak Tim Pokja Tangguh Pangan, Universitas Gajah Mada (UGM) bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT).

Program PDTP tersebut merupakan aktivitas unggulan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu), Kemdesa. Topik itu dipaparkan oleh Ir Ambar Pertiwiningrum,Msi,PhD dan Prof.Dr Cahyono Agus dari UGM. Pemakalah didampingi Direktur Pengembangan Daerah Rawan Pangan, Ditjen PDTu, Kemendesa PDTT Drs Supriadi, Msi.

Pratiwiningrum, PhD mengemukakan bahwa aktivitas HumTech merupakan agenda seminar internasional tahunan berbasis masyarakat yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari seluruh dunia. Acara itu diikuti lebih dari 200 peneliti, praktisi, industri, pembuat kebijakan, pemerintah dan pemimpin kunci di berbagai bidang.

“Para peserta berdiskusi, saling membagi informasi dan mempromosikan penelitian dan prestasi terkini di semua aspek teknologi, dari ilmu pengetahuan untuk sistem yang memiliki dampak kemanusiaan secara global. HumTech 2016 menampilkan banyak pengalaman dunia nyata dalam operasi kemanusiaan dan logistik, bantuan bencana, manajemen darurat, manajemen penyakit, inisiatif kesehatan global, pembangunan internasional, dan daerah lainnya,” katanya.

Selanjutnya Pratiwiningrum menuturkan bahwa melalui partisipasi pada pertemuan tersebut menjadi terbuka luas potensi Indonesia untuk menggalang kerjasama penanganan daerah rawan pangan dengan peserta seminar yang hadir, seperti The Institute Electrical and Electronics Engineers ( IEEE) sebagai funding, World Food Program (WFP-Lembaga Program PBB) dan lainnya.

 Tangguh Pangan

Penyusunan masterplan untuk menuju kawasan tangguh pangan di regional Papua merupakan satu bagian program kerjasama antara UGM dengan Kemendes PDTT pada 2015. Berdasarkan pemetaan kerawanan pangan tersebut sebanyak 37 persen anak bawah lima tahun (balita) mengalami kondisi stunting (kekerdilan, tidak sehat), padahal sebanyak tiga perempat wilayah kabupaten di sana mengalami surplus serealia.

Program Pengembangan Daerah Tangguh Pangan (PDTP), menurut penuturan Pratiwiningrum, diharapkan mampu memperbaiki kawasan prioritas penanganan rawan pangan yang tercantum dalam Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia yang diterbitkan Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Program pada 2015.

Direktur Pengembangan Daerah Rawan Pangan Kemendesa PDTT Drs Supriadi, MSi mengungkapkan bahwa Rencana Induk Ketahanan Pangan (RIKP) merupakan dokumen perencanaan yang disusun untuk memberikan arah kebijakan dan pelaksanaan program penanganan daerah-daerah rawan pangan atau kawasan rawan pangan dalam kurun waktu 5 tahun (2015-2019). Untuk itu tim mekomendasikan perbaikan lima persoalan pokok terkait kerawanan pangan di regional Papua, yaitu prevalensi balita stunting, rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi bersih serelia, rumah tangga tanpa akses ke air bersih dan keluarga miskin. *sembada/mare/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang