Profitas Padi Menor Kulon Progo 8,8 Ton Per Ha, Kabid TP Dinastan: Itu Luar Biasa
Friday, 5th August, 2022 | 615 Views

 

“KAMI BERSAMA PARA petani yang menanam benih padi Melati Menor atau menor telah panen. Dari lahan seluas 40 hektare (ha) bantuan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, DIY ditambah 5 ha swadaya petani diperoleh ubinan sebanyak 8,8 ton per ha.”

   Hal tersebut diungkapkan oleh  Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kulon Progo atau Yogyakarta Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Ir Tri Hidayatun serta menambahkan bahwa angka itu adalah rata-rata. Sebab, ada hasil yang lebih dan ada yang kurang sedikit. Tetapi, volume sebanyak itu luar biasa. Itu di luar perkiraan,” ungkap

   Menurut Tri, dari awal penemuan sekaligus pelepasan varietas padi MENOR atau Melati Menoreh oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian pada 2018 para petani sudah sangat tertarik pada varietas tersebut. Alasan petani, setelah tanaman itu diamati terlihat aneh, daunnya beda dengan padi lain dan dari pertanaman masih sangat muda atau di persemaian sudah wangi. Betul-betul wangi meliputi tempat atau kawasan pertanaman.

  “Dan hasil panen beberapa waktu yang lalu di berbagai kecamatan, didapat hasil yang sangat menggembirakan. Melebihi hasil panenan varietas padi yang lain. Petani senang dan kami di Dinas Pertanian Kulon Progo pun senang,”demikian Ir Tri kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), belum lama berselang.

     Sebagai contoh saja, Tri menambahkan, lahan panen yang diawasi petani bernama Paidi di Desa Girinyono, Kecamatan Pengasih, dari ubinan 2,5 meter kali 2,5 meter hasil timbangannya mencapai 5,52 kilogram (kg) gabah kering panen (GKP). Hasil itu kalau dihitung secara standar dikalikan 1.600 sama dengan 8,832 ton per ha GKP. Seterusnya dikalikan 86,2 persen, maka didapat 7,59 ton per gabah kering giling (GKG).

   Masih di Desa Girinyono, penen yang diawasi Wakijan, timbangan padi Menor 2,5 meter kali 2,5 meter adalah 5,35 kg. Kalau dikalikan 1.600, hasilnya adalah 8,56 ton per ha GKP dan 7,36 ton per ha GKG. Dari dua kelompok tani kalua dijumlahkan, yaitu 5,52 ditambah 5,35 lalu dibagi dua sama dengan 5,43 kg.

   “Untuk profitas gabah kering panen (GKP) adalah 5,43 dikali 1.600 adalah 8,688 ton per ha. Kemudian untuk profitas gabah kering giling (GKG) adalah 86,02 persen dikali 8,68 adalah 7,47 ton per ha,” kata Tri Hidayatun sembari menambahkan bahwa para petani sangat antusias menanam padi MENOR pada musim tanam mendatang. Bahkan para petani telah sepakat mencetak lahan sawah baru untuk pertanaman padi MENOR.

   Dari Desa Gegunung, Kecamatan Pengasih, Kelompok Tani Tani Makmur memperoleh hasil ubinan sebanyak 5,55 kg dari ubinan 2,5 meter dikali 2,5 meter. Menurut Ketua Kelompok Tani Tani Makmur yang juga Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sendang Lestari Sugino, jika dikali 1.600, maka hasilnya adalah 8,8 ton per ha untuk gabah kering panen (GKP) atau 7,57 ton per ha untuk gabah kering giling (GKG).

   Menurut Sugino, para petani yang menjadi anggotanya kini beramai-ramai memperbincangkan keunggulan padi varietas MENOR. Keunggulan tersebut meliputi kewangian sepanjang pertumbuhan hingga masa panen. Selain itu keunggulannya adalah tidak dihinggapi serta tidak disentuh organisme pengganggu tanaman (OPT) atau hama lainnya.

   “Ke depan para petani akan mencermati kehadiran hama yang meliputi virus, penyakit, jamur, belalang, blas atau wereng maupun walang sangit. Itu OPT yang umum menyerang tanaman padi,” demikian Sugino seraya menambahkan tanaman yang banyak rebah menelang panen adalah karena diterpa angin putting beliung. Tanaman padi MENOR di kecamatan lain bahkan di Kecamatan Pengasih tidak ada yang rebah. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang