Petani Muara Telang, Banyuasin: Kami Bisa Beli Sendiri Benih dan Pupuk, Berharap Bantuan Mesin Ada
Wednesday, 22nd November, 2023 | 391 Views

PARA PETANI KECAMATAN Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)  yang menggarap lahan rawa lebak seluas 65.000 hektare (ha) berharap bantuan jangan hanya benih dan pupuk. Para petani bisa membeli sendiri pupuk dan benih, tetapi belum bisa membeli mesin pertanian untuk panen, sehingga mesin terutama untuk panen sangat diharapkan.

   Menurut Koordinator Penyuluh Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin Sumsel) Sriyanto,SP keterbatasan peralatan menjadi kendala yang rutin terjadi pada setiap musim tanam dan panen. Kalaupun ada pasti selalu terlambat untuk mengolah lahan maupun untuk pemanenan. Di Desa Upang Ceria, Kecamatan Muara Telang sebanyak 34 kelompok tani menggarap lahan tadah hujan atau rawa lebak seluas 1.700 hektare (ha).

   “Untuk lahan seluas 65.000 ha di wilayah ini kalau hanya mengandalkan tenaga manusia tidak akan terkejar. Apalagi ada keterlambatan benih atau pupuk tentu akan menjadi permasalahan tersendiri yang dihadapi petani termasuk para petani di Desa Upang Ceria yang menggarapa lahan seluas 1.700 ha itu,” demikian Sriyanto ketika memberi sambutan di hadapan ratusan petani dan kelompok tani (Keltan) penerima bantuan benih di Balai Desa Upang Ceria, Kecamatan Muara Telang, baru-baru ini.

Varietas Spesifik Banyuasin

    Dengan semangat dan harapan besar ratusan petani berbondong-bondong datang ke Balai Desa Upang Jaya untuk mendaftar sebagai penerima bantuan benih bersertifikat dari Kementerian Pertanian varietas benih baru unggul (VUB) Inbrida Padi Irigasi (Inpari)-32.  Adapun karakteristik Inpari-32 yang merupakan pengembangan dari Ciherang adalah berumur 120 hari baru akan panen, tahan terhadap kekurangan air atau kekeringan dan tahan terhadap tungro atau kresek. Selain itu tahan terhadap rebah saat menahan malai berisi padi dan nasi dari berasnya adalah pulen. Kelemahannya adalah tidak kuat terhadap serangan wereng cokelat.

   Pada pertemuan itu Staf Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin, Kepala Seksi Serealia Toto Iman Saputro,SP mengatakan bahwa selama bertahun-tahun penduduk yang menjadi petani di kawasan Banyuasin menanam varietas padi spesifikasi Banyuasin. Hal tersebut telah dimulai sejak era 70-an ketika pembukaan lahan transmigrasi.

  “Kendati penduduk menyukainya, penelitian dan pengembangan varietas Banyuasin tersebut tidak diteruskan untuk memperoleh label dan sertifikat. Malahan sebelum mendapat pengakuan sebagai benih bermutu untuk dilepas pemerintah, benihnya sudah menyebar ke berbagai daerah di luar Kabupaten Banyuasin,” demikian Toto sembari menambahkan beras varietas Banyuasin itu setara dengan beras IR-64 yang pera atau keras.

Alsintan Pemanen

   Nah, kata Toto, petani baru mendapat bantuan benih pertama kali selama beberapa tahun terakhir ini. Pernah sebagian petani mendapat bantuan benih waktu program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani  (SERASI) yang kemudian terhenti. Melalui bantuan benih yang diserahkan kepada petani, sekaligus diharapkan ada bantuan alat dan mesin (alsintan) pertanian harvester atau mesin pemanen.

  “Kami sungguh berharap di waktu panen raya di tahun depan nanti pemerintah memberikan bantuan alsintan berupa combine harvester karena seluas ribuan hektare tanaman padi akan panen serentak. Di kawasan ini mesin pemanen sangat kurang. Mesin itu akan disewakan kepada petani lain,” katanya.

  Diceritakan pula, apabila alsintan berupa combine harvester itu datang ke wilayah itu diharapkan bisa mendatangkan alsintan berikutnya dari jasa persewaan. Selain itu ongkos pemeliharaan alsintan bisa didapatkan dari hasil sewa, sehingga tidak akan memberatkan petani. Para petani berharap semoga saja pemerintah pusat mendengar dan mengabulkan hal tersebut. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang