Petani Kabupaten Kulon Progo: Wilayah Kami Sangat Istimewa, Tanam 2P Panen Sepanjang Tahun Lalu Surplus Beras 40.000 Ton-45.000 Ton
Monday, 14th November, 2022 | 442 Views

KABUPATEN KULON PROGO atau Barat Sungai Progo  bukan lantaran  masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sehingga istimewa untuk ketahanan pangan. Bukan karena itu. Kabupaten ini terbilang aneh bak bermusim empat layaknya Daratan Eropa karena pertanaman padi walau terbilang baru dua kali atau IP-2 setiap tahun, tetapi panen terus-menerus sepanjang tahun paling tidak setiap tiga bulan. Kabupaten Kulon Progo selama sekitar 10 tahun belakangan ini selalu surplus beras. Pada Semester II 2022 ini surplus beras mencapai  40.000 ton.

    Menurut Margiono, SS (56), Ketua Asosiasi Gabungan Kelompok Tani PUPM Panca Manunggal, Desa Sogan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo yang juga pemilik penggilingan di Desa Sogan, kapasitas mesin gilingnya mencapai 10 ton per hari. Gabah berdatangan dari seluruh kecamatan di kabupaten tersebut.

   Dia mengatakan pula bahwa di wilayah itu baru tanam dua kali setiap tahun atau IP-2 (dua kali pertanaman), tetapi kalau khusus di wilayah Kulon Progo masa panen berbeda waktu di masing-masing kecamatan. Jadi, seakan-akan panen terus-menerus setiap tiga bulan sekali, padahal waktu tanamnya saja yang berbeda. Petani menanam tetap dua kali dalam setahun.

    Disebutkan, di wilayah pengairan Kulon Progo bagian utara  itu panen pada Desember  dan tiga bulan kemudian panen di wilayah Kulon Progo bagian barat. Kemudian disambung panen lagi  pada Mei  di Kecamatan Galur, panen di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Nanggulan kemudian disambung panen lagi di kecamatan lainnya.

   “Jadi, panen di sini hampir tiga  bulan sekali karena masa tanam di beberapa wilayah itu berbeda. Itulah kelebihan Kabupaten Kulon Progo, sehingga cadangan atau stok beras akan ada terus. Di daerah jaringan irigasi atau JI Pengasih I (Barat) dan Pengasih II (Timur) adalah irigasi tekhnis atau JI. Kemudian dari Galur di Desa Sapon tiap tiga bulan tanam bergantian seperti itu. Anehnya di Kulon Progo seperti itu walaupun satu kabupaten, tetapi terjadi musim yang berbeda, sehingga ketersediaan pangan tetap ada sepanjang tahun,” demikian Margiono.

   Selanjutnya dia mengungkapkan kalau di musim tanam satu (MT-1) di daerah Kecamatan Galur dan di daerah Nanggulan kalau dibarengi dengan tanam dengan daerah Kecamatan Wates ini tanaman pasti tidak jadi atau gagal panen nantinya. Hal itu mungkin karena pengaruh angin. Jadi, sangat beda dengan di Kabupaten Kulon Progo, di mana tidak seperti di daerah lain yang bisa tanam padi secara serentak.

    “Kulon Progo utara dan selatan itu bareng tanam pada Desember kemudian  Kulon Progo bagian barat  dan selatan panen  pada Januari sampai Maret. Walaupun tanam dan panen berbeda-beda, namun serangan hama tidak ada. Hasil panen tetap menggembirakan,” kata Margiono sembari menambahkan di Gabungan Kelompok Tani Panca Manunggal ada lima kelompok tani dengan lahan pertanian tanaman padi seluas 104 hektare (ha).

   Dari penggilingan Kelompok Tani Among Tani yang dikelola Munawar (56), harga beras medium pada Semester II tahun ini berkisar 9.600 rupiah per kg hingga 10.000 rupiah per kg. Pihak Munawar menjual beras untuk pasar lokal serta untuk pangan non tunai bagi pegawai negeri (ASN), sehingga semua beras dari penggilingan terserap. Khusus bagi ASN volume beras yang disediakan adalah kemasan 5 kg per bulan dengan harga total 50.000 rupiah secara subsidi silang dipotong gaji mereka oleh bendaharawan dan ditransfer ke rekening masing-masing penyedia. Beras bagi ASN itu disediakan bersama dengan beberapa pemilik penggilingan.

Berputar 2 Miliar Rupiah Per Tiga Bulan

   Pemilik penggilingan dari Kelompok Tani  Ngesti Raharjo, Mujiono (73), mengatakan kapasitas penggilingannya baru mencapai 10 ton gabah per hari. Kendati demikian, gabah yang digiling tidak sama setiap hari karena tergantung pesanan yang datang. Selama awal minggu pada November 2022 ini hanya menggiling gabah atau padi sebanyak 5 ton dengan pertimbangan penjualan dan pemasukan harus seimbang.

   “Saya harus berhati-hati menghitung. Kalau melihat panen masih lama dan gabah di gudang digiling semua tentu  pasar saya nantinya akan mati karena kehabisan stok. Masalahnya saya tidak memiliki uang banyak untuk menampung gabah dari para petani. Pokoknya uang saya tidak cukup untuk menimbun gabah. Tidak. Persediaan di gudang disesuaikan dengan permintaan dan kondisi pasar atau permintaan. Modal saya yang berputar saat ini hanya sekitar 2 miliar rupiah untuk tiga bulan usaha. Begitu seterusnya,” Mujiono bercerita.

    Menurut dia, volume gabah yang banyak, tetapi menumpuk di gudang akan bikin pusing. Sebab, secara prinsip perhitungan berdagang itu adalah seberapa pemasukan dan kemampuan sendiri. Ada hitung-hitungan dengan para petani, apakah dipanen sendiri oleh petani yang berarti dibeli per kuintal atau ditebas pembeli.

    “Sebagai pembeli kalau menebas sendiri juga bisa karena saya memilki mobil bak. Jika petani minta ditebas, maka volume sekitar 6 ton harganya sekitar 25 juta per ha untuk gabah kering panen atau GKP. Harga GKP mencapai 4.000 rupiah per kg pada saat panen raya. Tetapi, jika di luar panen raya, maka harga ke kilogramnya adalah 5.200 rupiah. Untuk gabah kering giling atau GKG harganya mencapai 5.500 rupiah hingga 5.800 rupiah per kg,” demikian penjelasan Mujiono.

Target Beras November-Desember 1.000 Ton

    Dalam kaitan kunjungan kerja Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada Kamis (9/11/22) untuk melihat ketersediaan  stok beras di tingkat  masyarakat, pihak Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Kulon Progo berupaya mengunpulkan data riil kondisi surplus  stok beras. Semua beras yang ada di gudang milik petani pada Gabungan Kelompok Tani dan penggilingan  telah dilaporkan kepada pemerintah, sehingga menteri akan melihat faktanya.

    Selama ini, menurut  Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Ir Aris Nugroho,MMA, di Kulon Progo selalu surplus  beras antara 40.000 ton hingga 45.000 ton. Memang tidak semuanya menjadi stok masyarakat, sebab masih ada pengurangan untuk keluar daerah  dengan jalur distribusi perdagangan.

    “Stok beras lainnya adalah untuk keperluan masyarakat Kulon Progo sendiri dan program bantuan pangan dari pemerintah serta untuk pengawai negeri di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sebanyak 500 ton setiap bulan,” demikian penjelasan Aris Nugroho kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Penggilingan Desa Sogan, Kecamatan Wates, belum lama berselang.

    Dalam hal demikian, Aris menambahkan, stok beras tersebut harus dikelola dengan baik dengan memilah-milah mana yang menjadi jalur perdagangan, mana yang harus menjadi stoknya untuk kebutuhan penanggulangan bencana dan mana yang akan diikutkan berkontribusi  pada ketersediaan pangan di tingkat Provinsi DIY serta Nasionsal melalui Perum Bulog.

   “Stok beras yang akan dilaporkan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo itu adalah volume beras yang akan ditandatangani oleh pihak Asosiasi Penggilingan dengan  pihak Perum Bulog. Sudah ada target minimal 1.000 ton  untuk persediaan dua bulan pada November dan Desember ini,” Aris Nugroho menceritakan.

    Menurut dia, volume 1.000 ton itu merupakan kontribusi ketersediaan pangan untuk tingkat Provinsi DIY dan nasional.  Kemudian harga yang diberikan pihak Perum Bulog bukan pada tingkat harga pembelian pemerintah atau HPP, namun di kisaran 10.000 rupiah per kilogram (kg). Harga itu masuk ranah bisnis komersil, tetapi kepastian harga tersebut masih dirembuk oleh pelaku penggilingan dengan pihak Perum Bulog. Di dalam nota kesepahaman yang ditandatangani bersama, harga tersebut tidak akan dicantumkan, namunu ujung-ujungnya adalah pada pola saling menguntungkan.  *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang