Penanganan Hama OPT Tanaman Pangan 2016 Gemilang
Monday, 25th April, 2016 | 796 Views

PEMERINTAH melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP), Kementerian Pertanian pada kuartal pertama 2016 ini fokus menelusuri kehadiran hama blast yang sudah muncul di beberapa daerah. Hama ini sudah lama tidak terdeteksi karena keberhasilan penanganan.

         Hal tersebut diungkapkan oleh Dr Ir Hasil Sembiring, Direktur Jenderal (Dirjen TP) kepada Media Pertanian on line www.sembadapangan.com di kantornya, baru-baru ini. Kepada Dirjen TP dipertanyakan seputar penanganan hama atau OPT untuk musim tanam (MT) Oktober 2015-Maret 2016 yang sudah panen beberapa waktu yang lalu di beberapa daerah.

         “Pada 2016 ini secara umum puso agak meningkat dan menjadi peringatan untuk kami. Mungkin karena penyakit bawaan dari benih, seperti kemarau panjang yang lalu. Ada serangan terhadap tanaman kita dari jamur yang disebut blas,” demikian diungkapkan direktur jenderal.

          Disebutkan bahwa penyakit ini menyerang batang dan pangkal daun yang menghambat proses sintesis dan mengakibatkan bulir padi kosong serta pohon maupun batang jadi patah. Adapun penyebaran jamur ini bisa melalui angin, air termasuk melalui petani sendiri yang menyentuh jamur serta mambawanya ketanaman yang sehat. Penyakit ini juga biasa terbawa dari benih. Hanya dalam waktu yang singkat tanaman sudah layu dan dipastikan sudah rusak.

      Selanjutnya ditegaskan bahwa biasanya petani sudah melakukan treatment dengan merendam benih sebelum melakukan penanaman dengan air garan dan cuka. Benih diseleksi, di mana padi yang mengambang sudah dipastikan sakit dan harus dibuang.

Sedini Mungkin Secepat Mungkin

         Memang, menurut Hasil Sembiring, walaupun berbagai hama banyak menyerang tanaman, OPT yang paling mengkhawatirkan atau menakutkan adalah jamur blas itu. Benih Situ Patenggang yang selama ini dikenal mampu terhadap berbagai hama termasuk blas saat ini sudah terserang juga. Bahkan padi gogo pun sudah tak mampu melawan sereangan hama tersebut.

           “Ini menjadi perhatian kami secara khusus. Kami mewaspadai hama ini agar serangannya hama ini bisa diatasi sedini mungkin dan secepat mungkin,” demikian Sembiring.

          Selanjutnya dituturkan oleh Sembring bahwa dahulu blas ini tidak menyerang padi di sawah beririgasi, tetapi menyerang padi yang ada di ladang atau dataran tinggi. Dan seiring dengan waktu dan perubahan iklim yang ekstrim, hama tersebut telah menyang tanaman yang ada di sawah.

       Menyinggung penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT), disebutkan bahwa semua pihak dari pusat hingga daerah telah bekerja keras mempertahankan angka serangan OPT hanya di tingkat tiga persen. Dengan kata lain angka sebesar 97 persen merupakan tingkat keberhasilan produktivitas panenan untuk setiap tahun.

           “Serangan OPT tahun lalu sangat kecil. Itu juga membuktikan kerja penyuluh kita di lapangan untuk mengingatkan, mengawasi serta membimbing para petani boleh dibilang sampai pada sasaran. Sebab, sasaran kita untuk panen pada kwartal pertama pada 2015 sebelumnya tercapai menggembirakan. Jadi, hal itu harus diulangi dan bisa kita capai,” kata Sembiring dengan gembira.

Serangan dan Puso Sangat Kecil

           Tingkat serangan OPT pada 2015 yang lalu hanya 1,23 persen dari sasaran 7 persen. Angka tersebut dinilai berbagai kalangan sangat berarti atau sangat bagus karena sangat kecil dari perkiraaan semula. Hal itu juga membuktikan bahwa kerja para penyuluh di lapangan semakin maksimal.

           Pada Direktorat Perlindungan keberhasilan untuk padi adalah 93 persen indeks dari tanaman yang harus terselamatkan. Artinya, apa hanya 7 persen yang diperkenankan untuk puso atau terkena OPT. Untuk jagung tingkat keselamatan harus 98 persen, di mana dua persennya adalah puso karena penyakit dan OPT, sedangkan untuk kedelai tingkat keberhasilannya 97 persen, di mana tiga persennya disebabkan  puso karena hama dan OPT.

          Dirjen TP Kementerian Pertanian Dr Hasil Sembiring merinci bahwa upaya pemerintah mengacu pada badai EL Nino yang pada 2015 puso untuk padi sekitar 25.000 hektare (ha). Kekeringan pada 2014 agak berat karena badai itu mencapai sekitar 216.000 ha dan fusonya sekitar 345.000 ha. Tahun lalu OPT menurun dan fuso naik, namun angka itu masih di bawah 7 persen  tingkat kegagalan tanaman.

          Pada 2016 yang dikerjakan oleh pemerintah adalah penerapan PHP 13.000 ha , penerapan BPID untuk perubahan iklim  sekitar 300 ha,  gerakan pengendalian OPT 22.000 ha, pembinaan dan pengawasan  dari serangan OPT 70.000 ha. *sembada/rori/mare

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang