Masalah Nasional Kalau Target Kedelai Tidak Tercapai
Friday, 24th June, 2016 | 750 Views

Pengantar Redaksi:

Seiring sejalan dengan sukacita Pemerintah Kabupaten Kepahiang mulai dari bupati hingga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), seperti para kepala dinas, kepala badan dan kepala biro hingga staf telah “berikrar mengikat janji” bahwa pertanian harus menjadi primadona kabupaten itu. Satu komoditi yang dipersiapkan oleh pemerintah bersama masyarakat anggota kelompok tani adalah kedelai. Lahan seluas 1.500 hektar (ha) alokasi 2016 sudah ada. Petani siap dan sigap. Bantuan Pemerintah Pusat yang sudah disepakati dan dijanjikan dinanti dengan sabar dan harapan besar untuk mendorong perekonomian. Namun, bantuan itu dikurangi karena anggaran pemerintah diubah. Jadilah bantuan yang ditunggu kelompok tani sebesar 16 miliar rupiah hanya 4 miliar rupiah. Dampaknya? Soal itu Media Pertanian online www.sembadapangan.com berbincang dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu Ir Taufik seperti di bawah ini.

Bagaimana kondisi terakhir setelah tahu ada pengurangan alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk komoditi kedelai (Glycine max) di kabupaten ini?

Program kami saat ini tidak berjalan sesuai target yang harus dilaksanakan, sebagaimana diperintahkan dari pusat. Jadual kegiatan sudah kami atur sesuai anggaran yang disebutkan, tetapi petani kita di sini jadi malas menanam kedelai. Jadi, pada 2016 kami hanya mengalokasikan lahan seluas 500 ha karena kegiatan yang dilakukan sekarang sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan oleh para petani kita. Ini memang persoalan nasional, sehiingga kami tidak bisa dan tidak mau disalahkan.

Apakah semata-mata lahan yang siap ditanami karena ada pengurangan anggaran untuk itu?

Kami harap kami tidak disalahkan. Sekali lagi ini persoalan nasional. Persoalan bangsa. Soal mengapa pengolahan lahan untuk kedelai tahun ini sangat kurang karena pertama bantuan dana terlambat dating. Kedua kedelai ini merupakan komoditi yang budidayanya yang tergolong sulit karena jadual tanamnya harus tepat. Kalau begini kita tidak tahu lagi kapan swasembada pangan itu tercapai.

Dari pengalaman panen di daerah ini berapa produktivitas setiap hektare?

Produktivitas kedelai itu hanya rata-rata 9 kwintal untuk satu hektar. Ini sangat kecil karena tidak sampai 1 ton. Kalau dijual 6.000 per kilo hasilnya hanya 5 jutaan rupiah untuk satu hektar, padahal mereka harus memupuk, merawat tanamannya, menyewa alat pertaniannya, pengolahan pasca panennya dipastikan tidak sepadan hasil yang didapat dengan pengorbanan yang dilakukan. Di sini produktivitas kedelai maksimal hanya 1,5 ton per ha. Jadi, bisa dibayangkan kalau hasil komoditas yang lain pendapatan petani kedelai kecil sekali.

Dari analisa usaha tani keruwetan budidaya kedellai sampai panen sangat komplet. Tentu kami mau saja melakukan penanaman secara besar-besaran, namun risiko yang dihadapi besar. Keinginan petani tidak sejalan lagi karena tidak terpenuhi dan mereka cenderung beralih menanam komoditi yang lain. Peroalan lain pada segi ini adalah bahwa daerah kami ini termasuk yang menerima curah hujan tinggi, sehingga untuk menentukan jadual tanam sangat susah. Pada awal musim tanamn kedelai butuh air atau hujan kemudian berangsur ke musim panas dan kemarau. Sebab, kalau tanam saat curah hujan tinggi, kedelai akan mudah mati membusuk terutama kalau tidak diiringi pemupukan yang memadai.

Di pihak lain petani tidak bisa diatur mengikuti jadual tanam yang dianjurkan pemerintah. Masih sulit mengubah pola pikir petani yang masih tradisional. Hal ini urusan tersendiri, di mana kearifan sangat menentukan. Bahkan juga kecerdasan dan kreativitas para penyuluh untuk terus mendampingi dan memberikan pencerahan kepada petani tentang perubahan iklim dan inovasi teknologi.

Jadi, lahan seluas 500 ha itu itu dikerjakan?

Belum. Kalaupun ada yang berjalan itu sisa dari kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015.Artinya, kegiatan pada 2016 ini macet karena bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan pada akhir tahun lalu. Pada tanggal 26 Desember 2015 kami di Kepahiang sudah mengatur agenda kegiatan dan itu dituangkan pada surat keputusan (SK) bupati. Tetapi, pada tanggal 30 Desember 2015 sesuai SK itu semua rencana pengelolaan dari segala unsur sudah siap.

Target kami pada minggu awal Januari 2016 semua hal sudah siap. Tetapi, pada minggu pertama itu muncul bahwa Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) ditarik dengan alasan ada pengurangan anggaran. Ya, kami menerima saja. Tentu dengan perasaan yang kecewa karena sebelumnya Kabupaten Kepahiang ini paling diunggulkan dengan penanaman 1.500 ha itu dengan dana 15 miliar rupiah yang menjadi hanya 4 miliar rupiah. Bupati kami sangat berharap besar terhadap seketor pertanian, apalagi program Upaya Khusus Padi-Jagung-Kedelai (Upsus Pajale) itu.

Jadi?

Ya, apa dan bagaimanapun keadaannya kami akan dukung semua kebijakan pemerintah karena program ini menjadi urusan atau domain provinsi. Kami pasti tetap support saja.

Urusan dengan petani atau kelompok tani, bagaimana?

Itu serba sulit. Memang semula kami sudah menjanjikan kepada para petani kalau bantuan sudah bisa didapat pada Januari 2016. Kemudian ternyata mundur pada Mei. Bahkan sampai pada Juni ini belum ada. Tentun kami sangat malu kepada para petani ini. Petani menunggu benih. Artinya, begitu benih tiba sudah bisa ditanam. Namun, hal yang sangat memprihatinkan adalah bahwa lahan yang telah siap ditanami diubah dengan menanami komoditi lain yang bisa menolong perekonomian mereka dalam waktu relatif pendek. Nah, ini juga menyangkut jadual tanam yang tersusun rapih. Kami rencanakan tanam pada awal Maret, tetapi hingga akhir Maret benih itu tidak kunjung tiba. Di era keterbukaan begini pemerintah sangat malu kepada petani. Apabila jadual yang disepakati bisa ditepati, saya yakin swasembada kedelai bisa dipenuhi dari Kabupaten Kepahiang.

Masih menaruh harapan positif kepada Pemerintah Pusat?

Masih. Tetaplah berharap. Kalau memberikan bantuan, Pemerintah Pusat agar tepat waktu. Kalau terlambat pasti yang sudah kami di daerah yang berhadapan langsung dengan para petani. Juga agar tepat bilangan serta jenis. Sebab, masa saja terjadi ada bantuan hanya benih saja. Ada benih dan pupuk. Tetapi, terjadi juga ada bantuan berupa benih, pupuk dan pestisida. Ini namanya tidak konseskuen. Namun, pada 2016 ini hanya bantuan berupa benih. Bantuan lain kosong. *

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang