Makin Meningkat Budidaya Kedelai Di Kab.Pandeglang
Sunday, 8th May, 2016 | 834 Views

PERKEMBANGAN budidaya kedelai di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dilihat dari prospek dari tahun ke tahun makin meningkat. Luasan tanam pada 2017 juga akan bertambah lagi. Apalagi setelah ada program pemerintah mengenai swasembada padi, luasan lahan kedelai semakin bertambah mulai dari yang diusahai masyarakat maupun yang dibantu  oleh program pemerintah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ir Wowon Sudirman, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com yang mewawancarainya di kantornya, beberapa waktu yang lalu.

“Pertambahan lahan kami tahun ini 3.000 hektare, semoga setiap tahunnya lahan tersebut akan bertambah terus. Namun, saat ini kami mengalami kesulitan untuk ketersediaan benih kedelai karena masyarakat belum bisa menyediakan sendiri kebutuhan itu untuk mereka sendiri. Sampai sekarang kami sangat tergantung pada daerah panghasil benih kedelai terutama dari Jawa Tengah, yaitu Grobogan,” ungkap Sudirman.

Dia menambahkan bahwa perluasan lahan itu diraih melalui kerja sama dengan pihak Perum Perhutani. Memang sejak puluhan tahun silam telah bekerjasama, namun sekarang sudah diperkuat oleh dokumen hukum yang ditandatangani oleh Menteri Pertanian Andi Amran dengan Menteri Kehutanan Lingkungan Hidup Sitinurbaya. Dalam kerja sama itu disebutkan bahwa lahan hutan dapat dipakai atau dipergunakan untuk sektor pertanian.

Selanjutnya Sudirman mengatakan bahwa pada 2016 perluasan tanam di lahan Perum Perhutani sangat fluktuatif sekali karena tergantung dengan keadaan pohon yang ditebang atau sedang tumbuh. Kalau pohon itu semakin bersat, maka tanaman yang berintegrasi akan dikurangi, Dan, untuk menyiasati itu petani disarankan berpindah-pindah dari kawasan lahan yang satunya ke lahan Perum Perhutani yang lain.

Rendemen Masih Rendah

Wowon Sudirman mengungkapkan bahwa saat ini rendemen kedelai hasil bumi petani masih rendah, sehingga harganya rendah. Selain itu kedelai yang setiap panen tidak sempat dipilah-pilih (seleksi) dan dijemur atau diolah, tetapi langsung saja dijual. Petani tidak pernah dapat keuntungan yang wajar karena jauh dari harga yang ditetapkan pemerintah.

“Petani kita tidak memperdulikan kadar air kedelai berapa, besar-kecil atau ukuran kedelai tidak dipisah dan penjemuran tidak ada, sehingga harga dari petani sangat jatuh atau rendah. Kadang ini yang diharapkan tengkulak,” Sudirman menegaskan.

Menurut Sudirman, kalau dilihat dari sisi harga di sawah atau di petani, pemerintah dan para penyuluh telah menganjurkan untuk menjual produksi mereka ke koperasi pertanian yang ada  di setiap kecamatan. Anjuran itu dengan catatan atau syarat petani harus rajin membersihkan kedelai mereka, menjemurnya dan mau membawa ke tempat pengumpul. Jadi, jangan dijual di kebun atau sawah.

Produktivitas Sudah Tinggi

Secara terus-menerus pemerintah sudah menghimbau para petani bahwa untuk mendapatkan harga yang bagus atau menguntungkan harus rajin mengolah pada pasca panen, harus mau mengikuti standar yang sudah ditentukan. Kalau kedelai yang baru dipanen tanpa diolah lagi langsung dijual otomatis harganya pasti jatuh. Ada juga petani yang mau mengikuti anjuran pemerintah dan mendapatkan harga bagus.

Selanjutnya Sudirman menuturkan bahwa saata ini rata-rata produksi dari semua kecamatan yang menanam kedelai sudah mencapai 2,6 ton per hektare (ha). Itu didapat dari kedelai varietas unggul yang berasal dari Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Kedelai varietas unggul lain yang dipakai adalah Anjarmoro dan Wilis. Memang sesuai statusnya yang unggul, varietas tersebut dipilih karena buahnya besar dan panennya pasti bagus, sehingga akan dipakai terus oleh para petani.

Untuk Kabupaten Pandeglang sendiri saat ini telah diupayakan penangkaran benih di beberapa kecamatan tertentu. Diharapkan hasilnya menjadi sumber benih bagi petani di Pandeglang untuk musim tanam berikutnya. Namun, diperkirakan hasilnya belum bisa secara penuh menutupi kebutuhan permintaan benih di wilayah Pandeglang.

Ada pertanyaan yang menggelitik di benak para petani yang rajin mencari informasi tentang kedelai. Apa itu gerangan? Sudirman berseru mengapa di luar negeri kedelai per 1 ha bisa menghasilkan sampai 5 ton. Pertanyaan berbagai pihak tersebut mendapat jawaban bahwa di mancanegara lahan pertanian diolah dengan seksama pasca panen, sehingga hasilnya banyak.

Kalau petani di Indonesia termasuk di Kabupaten Pandeglang hampir semuanya tanpa mengolah tanah, tetapi langsung ditanam di antara jerami yang baru panen. Andai lahannya diolah terlebih dahulu hasil yang terbilang bagus saat ini pasti lebih banya lagi. Alat dan mesin pertanian yang dihibahkan atau diberi pemerintah berupa bantuan perontok kedelai yang jumlahnya bisa dikatakan cukup. Traktor memang ada, tetapi untuk sawah.

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang