LTT Jagung Kab.Humbang Hasundutan Tambah 10.000 Ha Menjadi 20.000 Ha Pada 2019
Thursday, 27th December, 2018 | 796 Views

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG Hasundutan telah bertekad menjadikan daerahnya sebagai gudang jagung pada 2019 dengan luas tambah tanam (LTT) sebesar 10.000 hektare (ha) menjadi 20.000 ha. Sebelum itu atau pada 2017 areal tanam jagung sudah mencapai 11.000 ha, yaitu 10.000 ha dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan 1.000 ha dari APBD. Tetapi, pada 2018 hanya 12.023 ha dengan potensi 15.000 ha, dimana hingga November 2018 pertanaman baru tercatat seluas 6.000 ha.

           Begitulah tuturan Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Yonepta Habeahan, SP,MM yang disampaikan secara khusus kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya, belum lama berselang.

             Karena jagung (Zea mays) terbilang baru bagi petani Humbang Hasundutan untuk pertanaman massal atau intensif yang dimulai pada 2017, diperlukan tingkat sosialisasi yang berkesinambungan bagi petani. Sebab, budidaya secara modern dengan melibatkan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk mekanisasi dan saprodi yang berteknologi inovatif, maka kebiasaan petani yang tradisional harus diubah untuk memperoleh hasil maksimal.

            “Kami bekerja keras dengan melibatkan semua unsur di tingkat satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Semua pihak dilibatkan oleh bupati untuk bertemu kelompok tani. Kami rapat semua terus-menerus, ada SKPD Perdangan, Peternakan, Kesehatan, Koperasi, penyuluh kabupaten dan kecamatan serta penyuluh swasdaya hingga SKPD Penanggulangan Bencana. Bupati juga proaktif untuk menyukseskan pragram swasembada pangan itu,” ungkap Yonepta.

               Dia menambahkan, dalam setiap pertemuan diakhiri dengan turun langsung lapangan ke Calon petani calon lokasi (SPCL) untuk membagi benih dan saprodi lainnya. Satu pengalaman menarik pada awal 2018 menyangkut harga panen pertanaman September 2017, dimana para tengkulak yang mendatangi petani hanya memberi 1.500 rupiah per kilogram (kg) hingga 2.700 rupiah per kg.

            “Bupati langsung perintahkan Dinas Pertanian melakukan operasi pasar bekerja sama dengan perusahaan penampung jagung untuk perusahaan pakan ternak. Pada malam hari kami langsung operasi pasar pada sebuah desa yang panen mereka waktu itu sampai 15 ton. Kami ambil jagung petani waktu itu seharga 3.150 rupiah per kg, kemudian kami langsung bawa ke perusahaan pengolahan pakan. Setelah itu harga jagung mulai naik, pedagang pengumpulpun mulai kewalahan karena pasokan jagung mereka mulai tidak ada  lantaran sudah diambil perusahaan pakan ternak di Medan. Dampak positifnya adalah para pengumpul mulai menaikkan harganya menjadi 3.200 rupiah per kg,” kata Yonepta

            Dia melanjutkan bahwa Bupati  Humbang Hasundutan Banjarnahor tanpa henti terus memantau harga jagung petani itu di di pasaran. Pada saat harga sudah memasuki kisaran 3.200 rupiah per kg, diperintahkan lagi untuk operasi pasar dengan menaikkan pembelian hingga 3.400 rupiah per kg. Para tengkulak bingung dan terpaksa menaikkan harga menjadi 3.500 rupiah per kg hingga Mei 2018. Dan sejak Juli 2018 harga jagung dari petani sudah berkisar antara 4.500 rupiah per kg hingga 5.000 rupiah per kg. Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan kabupaten lainnya dan selanjutnya akan mengikuti mekanisme pasar.

             Disebutkan bahwa produktivitas jagung petani saat ini mencapai rata-rata 6 ton per ha dengan memakai beragam varietas yang ada di pasaran. Para petani juga ingin membandingkan berbagai varietas yang ada untuk ditanam untuk mengetahui jenis yang mana yang paling memberikan hasil yang optimal.

LTT Eks Lahan Kopi

              Para petani yang menjadi anggota Kelompok Tani Mandiri di Desa Dolok Margu, Kecamatan Lintong Ni Huta kini telah memperbarui pikiran dan perilaku bertani. Sebelumnya para petani masih memakai pola tradisional, di mana tanaman tidak perlu dirawat atau diberi pupuk dan hanya mengandalkan “kebaikan” bumi yang memberi unsur hara. Kebutuhan tanaman jagung berupa vitamin dan unsur lainnya tidak menjadi perhatian.

           “Tetapi, kini hal itu telah berubah. Tanaman persis sama dengan manusia yang membutuhkan makanan, minuman, vitamin dan kesehatan. Tanpa hal tersebut hasil yang didapat tidak akan menggembirakan. Itu adalah masa lalu,” kata Ketua Kelompok Tani Mandiri Marganda Silaban,SH kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com yang berkunjung ke desanya, baru-baru ini.

          Menyinggung luas tambah tanam (LTT) pada eks lahan kopi yang luas tanam yang dimiliki 18 anggota kelompok mencapai 20 ha, Silaban mengatakan bahwa ternyata hasilnya belum optimal atau rendah lantaran kondisi tanah yang masih keras. Kendati demikian, pada pertanaman kedua dan ketiga diyakini hasil tanaman jagung akan melimpah. Sebab, selain dipantau oleh para penyuluh, pada pengolahan berikutnya setelah yang pertama akan lebih kondusif.

             Hingga pertengahan Desember 2018 harga jagung petani di kawasan itu mencapai 6.000 rupiah per kg. Jagung hasil panen sudah langsung diambil oleh pengumpul ke rumah petani, dimana jagung itu telah kering atau sudah berupa pipilan yang dikerjakan petani dengan tangan. Sebab, alat perontok atau pemipil jagung belum dimiliki kelompok.

            Satu hal mengherankan sekaligus menarik, menurut Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) Kecamatan Lintong Ni Huta Arnol Silaban,SPd, kualitas benih yang didapat petani pernah tidak seragam. Ada yang bercampur, sehingga pada 2016 produktivitas jagung setempat atau lokal lebih baik. Setelah mutu benih yang diberikan permerintah mungkin sudah baik, maka produktivitas jagung bantuan itu mencapai 6 ton per ha hingga 2018 ini. Kalau jagung lokal hanya 4 ton per ha.

             “Kami berharap benih bantuan sudah bermutu bagus yang sesuai dengan label dan sertifikatnya. Dengan demikian, para petani tidak dirugikan saat menanam dan memanen. Dan ke depan para anggota kelompok tani sudah sepakat menanam jagung tidak fokus pada hamparan, tetapi tumpang sari karena luasannya juga akan bisa menyamai hamparan. Dan penanaman jagung akan tetap dilakukan petani karena diperkirakan akan menguntungkan sebagai dampak larangan impor jagung oleh pemerintah,” kata Arnol. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang