- Kepala Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen, Jawa Tengah Supratiknyo (kiri) berkatan potensi desa untuk perikanan udang lobster air tawar sangat besar. (Foto:sembada/henry)
- Kepala Bidang Perikanan, Dinas Ketahanan pangan dan perikanan Kab.Sragen Herlina, SPi (kanan) bersama rombongan dari Dinas dan dari Kemndesa PDTT mengamati udang lobster yang ditampung pada beberapa bak di halaman rumah aparat desa Tarmuzi (Foto:sembada/henry)
- Semua ikan yang ditangkap nelayan dikumpulkan pada bak terpal penampungan sebelum dikirim ke konsumen di Jakarta (Foto:sembad/henry)
- Besaran udang lobster yang hidup di Kedung Ombo hasil tangkapan nelayan Desa Gilirejo Baru dengan bobot 15 ekor per kg (Foto:sembada/henry)
- Nelayan sekaligus pengepul Desa Gilirejo baru Sumanto (kiri) kepada Henry Supardi dari Media Pertanian online www.sembadapangan.com (kanan) cerita udang dari Kedung Ombo sudah masuk ke restoran dan hotel di Jakarta (Foto:sembada/henry)
- Nelayan Kedung Ombo, Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri Hartono sedang membawa tangkapan berupa lobster dan mujahir (Foto:sembada/henry)
SEBANYAK tujuh nelayan di Waduk (Bendungan) Kedung Ombo, Kabupaten Sragen memerlukan tenaga pendampingan profesional untuk bergiat budidaya lobster air tawar. Pemdampingan yang ada saat ini sangat lemah, sehingga hasil dan potensi yang ada tidak bisa maksimal. Selain itu para nelayan dengan teknologi seadanya saat ini juga memerlukan penyuluh perikanan air tawar serta pemasaran yang handal semisal BUM Desa yang fokus di desa.
Menurut Kepala Desa Gilirejo Baru (pemekaran dari Desa Gilirejo) Supratiknyo, dari kondisi yang ada saat ini terbaca jelas bahwa ada hal yang kurang. Para nelayan yang ada sekarang tidak memahami apa saja yang mungkin dikembangkan dari potensi yang ada. Sebab, para nelayan hanya melakukan penangkapan udang lobster itu dan dan dijual kepada konsumen begitu saja.
Seusai pertemuan yang berlangsung di Balai Desa Gilirejo Baru antara Pejabat Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Kabupaten Sragen yang dipimpin Kepala Bidang Perikanan, Herlina SPi dan Pejabat Direktorat Pelayanan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi (Desa PDTT) yang dipimpin Raffles E.Lingga,MT,MM dengan seluruh aparat Desa Gilirejo Baru, Supratiknyo berujar bahwa potensi desa untuk perikanan udang lobster air tawar sangat besar.
“Prospeknya juga menggembirakan karena ternyata udang lobster dari sini sudah diminati konsumen rumah makan, restoran dan hotel dari Jakarta. Faktanya, permintaan tinggi sekali, sehingga diperlukan upaya budidaya perikanan yang benar,” ungkap Supratiknyo kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Kantor Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen, Provinsi Jawa Tengah, belum lama berselang.
Selanjutnya Aparat Desa Gilirejo Baru Tarmuzi menyebutkan bahwa ketujuh nelayan yang aktif setiap hari di Kedung Ombo bisa mendapatkan udang lobster tersebut sebanyak antara 4 kilogram (kg) hingga 10 kg. Artinya, dalam seminggu satu nelayan bisa mendapat sekitar satu kuintal untuk semua ukuran.
“Semua ukuran bisa didapatkan, tetapi udang yang kecil harus dilepaskan agar tumbuh kembang menjadi lobster yang siap panen. Namun, pelepasan udang kecil itu sudah dikurung di kerambah buatan nelayan desa sendiri. Tidak dilepas ke bendungan,” ujar Tarmuzi yang di halaman rumahnya ada beberapa bak terpal untuk menampung puluhan kilogram udang lobster hasil tangkapan nelayan sebelum dikirim kepada konsumen di Jakarta.
Disebutkan pula bahwa jumlah udang lobster dalam timbangan satu kilogram adalah antara 12 ekor hingga 15 ekor. Harga yang disepakati kepada konsumen di Jakarta tersebut untuk ukuran besar adalah 150.000 rupiah per kg. Untuk yang campuran, yaitu ukuran sedang dan besar adalah 100.000 rupiah per kg. Kalau dari nelayan, hasil tangkapan dibeli oleh pengepul seharga antara 60.000 rupiah per kg hingga 70.000 rupiah per kg.
Menurut Kepala Perikan, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Kabupaten Sragen Herlina, pihaknya selama ini memang belum fokus terhadap perikanan Kedung Ombo. Namun, melihat faktor potensi yang ternyata bisa mendatangkan peningkatan perekonomian di Dea Gilirejo Baru, Pemerintah Kabupaten Sragen akan membahasnya termasuk dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Desa PDTT) yang memiliki program langsung dengan desa, yaitu pengembangan BUM Desa.
Merespons pola budidaya yang masih seadanya karena belum menerapkan inovasi serta penjualan yang asal laku, Raffles Lingga memaparkan bahwa Kementerian Desa PDTT tertuju untuk mengembangkan perekonomian pedesaan melalui Badan Usaha Milik (BUM) Desa. Apabila Pemerintahan Desa di seluruh Indonesia memilik potensi-potensi yang bernilai untuk dipasarkan yang meliputi pasar global, maka BUM Desa yang dibina Pemerintah Pusat melalui Kementerian Desa PDTT siap berkolaborasi dengan koperasi atau lembaga lain yang ada di pedesaan. *sembada/henry
populer
HEMAT KAMI KINI condong untuk mengatakan bahwa frase mimpi tidak lagi saat tidur. Bisa saja saat kerja atau saat minum kopi. Atau saat bergurau
Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang