Lebih Cepat Panen dan Hasil Melimpah Bertani Cara TABELA Akan Lanjut, Sebagian Petani Menyesal Tidak Bergiat
Thursday, 26th December, 2019 | 798 Views

 

PARA PETANI DI Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat kini berkomitmen untuk melanjutkan bertani cara tabur benih langsung atau TABELA di musim kemarau maupun di musim rendeng atau penghujan. Keinginan untuk melanjutkan hal itu karena waktu tanam hingga panen lebih singkat 20 hari dan hasil panen melimpah. Bahkan sebagian pateni menyesal tidak merawat tanaman padinya dengan berbagai alasan.

       Demikian penjelasan Bais (46), Ketua Kelompok Tani Sri Mukti III Kampung Cilampayan, Desa Pasir Tanjung, Kecamatan Cikarang Pusat begitu juga petani Desa Pasir Tanjung bernama Nemin (60). Mereka ditemui di lahan pertanian Desa Cilampaian sebelum memanen padi yang ditanam dengan cara tabur benih langsung atau TABELA tanpa disemaikan.

         Menurut Bais, dia sendiri dengan beberapa petani yang sudah melihat bukti hasil panen dengan cara TABELA dan akan melanjutkan cara seperti itu pada musim rendeng (penghujan) saat ini maupun di musim kemarau yang akan datang. Hasil yang begitu menggembirakan dengan cara TABELA itu telah membalikkan perkiraan petani, dimana ada anggapan bahwa hasilnya kelak tidak akan seberapa.

         “Memang banyak petani tidak merawat tanaman padinya setelah TABELA itu. Misalnya, tidak disiangi dan tidak dipupuki atau dibiarkan begitu saja tumbuh sendiri. Tentu hasilnya sangat jauh dari tanaman yang dirawat. Tetapi, hasil yang dipupuki sekali saja juga menggembirakan karena melebih dari panen yang biasa pada pertanaman umum di musim penghujan,” Bais menambahkan dengan nada dan wajah cerah ceria.

      Disebutkan bahwa di kelompoknya ada 21 anggota dan semuanya ikut program pemerintah untuk bertani di musim kemarau dengan cara TABELA itu. Sebagian besar hanya mendapat hasil menggembirakan dan sebagian lagi sangat mengecewakan, di mana mereka tidak melakukan perawatan sebagaimana mestinya. Dan kendati sebagian besar mendapat hasil panen yang menggembirakan, tetapi hanya lima petani yang akan meneruskan bertanam padi dengan cara TABELA tersebut.

      “Kami ada 21 petani dalam satu kelompok, tetapi hanya lima petani yang mau melanjutkan bertani dengan tabela pada musim tanam penghujan sekarang dan pada musim kemarau mendatang. Pengalaman bertani dengan cara TABELA sangat bermanfaat bagi petani, sehingga kami akan meneruskan cara tersebut. Umur tanaman padi lebih singkat karena tidak disemaikan. Hal ini sangat menguntungkan,” katanya sembari menambahkan hasil panenan mencapai 2,2 ton per ha lebih banyak dari panen yang dilakukan di lahan yang sama dengan cara pertanaman biasa.

       Secara terpisah, Nemin mengungkapkan bahwa dirinya menyesal tidak malakukan pemupukan sebanyak dua kali pada tanaman padinya. Kalau dipupuk dua kali pastilah hasilnya sama atau mendekati sama atau mungkin lebih dari tanaman petani lain yang mendapatkan kelebihan sebesar 2,2 ton per hektare (ha) dibandingkan dengan pertanaman dengan cara biasa. Hasil padi Nemin kali ini hanya sebanyak 1,7 ton per ha dari panen pertanaman biasa di lokasi tersebut karena hanya sekali pemupukan.

      Menurut Nemin, pihaknya sudah sepakat dengan petani lainnya untuk melanjutkan bertani dengan cara TABeLA itu karena diyakini hasilnya lebih banyak. Dengan cara tabela itu akan kami lakukan menjadi suatu kebiasaan. Selain itu masa pertumbuhan hingga panen lebih singkat dari tanam biasa yang disemaikan, sehingga sangat menguntungkan dari segi waktu untuk pertanaman berikutnya selain juga keuntungan penghematan tenaga kerja. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang