Krisis Sri Lanka: Sri Lanka yang Saya Kenal dan Kebijakan Pertanian yang Drastis Salah
Saturday, 10th September, 2022 | 1408 Views
|
Oleh Drh M. Chairul Arifin

Srilanka yang Saya Kenal

SAYA BERKESEMPATAN BERKUNUNG ke Sri Lanka pada tahun 1984 untuk mengkuti pelatihan selama dua minggu. Adapun topik pada pelatihan tersebut adalah  Veterinary and Livestock Economy yang diselenggarakan di  University of Peradeniya dekat  Kota Kandy di bagian tengah Sri Lanka.

        Penyelenggara pelatihan adalah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pangan atau Food and Agriculture Organization (FAO) dan Colombo Plan. Sebagaimana kita ketahui bahwa Colombo Plan merupakan Organisasi Regional Kerjasama Ekonomi dan Sosial di Asia dan bermarkas di Ibukota Sri Lanka, Colombo, sehingga program itu disebut Colombo Plan, dimana. Indonesia menjadi satu di antara anggotanya,  Colombo, sehingga disebut sebagai Colombo Plan.

      Saya tergerak menuliskan tentang Sri Lanka karena akhir-akhir ini Sri Lanka didera oleh krisis terburuk di bidang ekonomi dan politik yang memaksa presidennya mengundurkan diri dan meminta suaka ke Singapura. Jadi, saya kembali teringat kunjungan ke negara ini yang hanya berlangsung dua minggu dan  sudah 37 tahun yang silam. Tetapi, percayalah ingatan saya masih segar tentang Sri Lanka yang unik. Ditambah  data terbaru yang diperoleh dari internet untuk up date sekadar membandingkan dulu sewaktu saya berkunjung ke sana.

Perjalanan Menuju Sri Lanka

     Berangkat sore hari dengan pesawat Garuda dari Bandara Kemayoran saat itu, menuju Bandara Changi Singapura untuk transit. Sambil menunggu pesawat Air Lanka dari London yang akan menerbangkan saya menuju Bandara Internasional Sirimavo Bandaranaike di Colombo. Tepat  tengah malam berangkatkah Air Lanka dari Changi yang sudah diawaki sepenuhnya oleh orang Sri Lanka, baik pilot maupun crew lainnya.

    Empat jam perjalanan dengan pelayanan yang ramah di pesawat, pada jam lima pagi sampailah saya dengan selamat. Setelah urusan dengan imigrasi selesai, saya dijemput oleh staf organizing committee  yang mengenali saya begitu sampai di bandar udara dan langsung naik mobil bértiga dengan driver menuju  ke hotel.

     Sekilas saya perhatikan di bandara banyak petugas kebersihan yang masih berpakaian informal, memakai sarung atau celana pendek, bersinglet membersihkan  bandar udara yang bangunannya mengingatkan saya seperti Bandar Udara Adisoecipto Yogya, padahal ini Bandara Internasional di sebuah ibukota negara.

    Di tengah perjalanan dari Colombo ke Kandy tempat saya akan diinapkan, tampak jalan yang masih sepi dan sejauh mata memandang hanya terlihat deretan pohon kelapa sepanjang perjalanan. Pemandangan seperti ini mengingatkan kalau kita berkunjung ke Sulawesi Utara. Nah, dari laman  FAO 2018 ternyata memang Sri Lanka adalah produsen kelapa terbesar ke empat dunia dengan produksi 2,6 juta ton per tahun.

    Setelah menempuh perjalanan darat dua setengah jam sampailah saya di hotel di Kandy itu. Di perjalanan diwanti-wanti oleh teman penjemput bahwa saya di kamar akan sharing berdua dengan partisipan negara lain. Yes, that’s no problem jawab, saya. Ternyata memang benar saya ditempatkan sekamar dengan teman dari Papua Nugini! Kedatangan saya pada hari Minggu, sehingga saya banyak bercakap dengan teman dari PNG tersebut yang dia sebutkan bekerja sebagai  Asisten Direktur di Departemen Pertanian, khususnya Veterinary Department di Port Moresby.

    Malam hari saya tahu bahwa dia membawa sejumlah bir yang diminumnya tiap malam  membuat saya tak bisa tidur takut dia mengamuk karena mabuk bir. Kamarpun beraroma bir. Saya tidak berani lapor kepada pihak panitia untuk pindah kamar saja, khawatir dia tersinggung dan tidak merepotkan  Panitia Penyelenggara. Walhasil setiap malam saya harus rela  mencium bau  bir yang khas.

   Pelaksanaan pelatihan berjalan lancar sesuai run down acara yang telah ditetapkan dan banyak diberikan oleh para nara sumber lokal bergelar profesor dari University of Peradeniya atau dari berbagai negara lainnya. Dari buku tamu di Pusat Pelatihan terbaca banyak dikunjungi oleh para tamu dari luar negeri termasuk pejabat dari Departemen Pertanian RI pada waktu itu.

Pertanian Sri Lanka

    Sri Lanka adalah negara yang indah. Pantaslah kalau seorang sasterawan Portugal menyebutnya sebagai negara  yang paling elok di dunia. Berpenduduk hampir 22 juta jiwa dihuni oleh suku mayoritas asli Sinhala ( 85%) dan suku minoritas Tamil (12%). Sisanya suku Moor.  Sri Lanka Nama aslinya Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, dulu bernama Ceylon.

    Dipimpin oleh presiden yang saat ini terguling  dari keluarga Rajaphaksa. Pada 1985 saat saya berkunjung presidennya  dari keluarga Jayawardane, berkuasa 10 tahun lamanya. Bagi umat  Islam Indonesia Sri Lanka mengingatkan  tentang kecelakaan pesawat waktu 100 jemaah haji asal Indonesia selesai menunaikan ibadah haji pada 1974 hendak pulang ke Indonesia.

      Pesawat Belanda Martin Air DC 8 55f yang disewa Garuda saat itu menabrak gunung 15 menit sebelum mendarat di Bandara Bandaranaike Colombo untuk mengisi bahan bakar. Tidak ada jemaah yang selamat dan semua dimakamkan di Sri Lanka. Pemerintah Indonesia lalu membuatkan monumen untuk mengingat kecelakaan yang tragis tersebut.

    Sri Lanka negara pulau yang luasnya. 65.610 Km² berada di ujung selatan di anak benua India di lautan Hindia adalah negara agraris. Negara itu penghasil teh terbesar ke dua dunia, karet 36 persen produksi dunia,  penghasil kopi, batu permata,  kelapa dan kayu manis yang sekaligus merupakan ekspor penting Sri Lanka. Pertanian menyumbang 25 persen PDB dan menyerap sebagian besar tenaga kerja.

    Saya dan peserta lainnya sempat dibawa berkeliling menyaksikan kekayaan teh dan karetnya di sela sela pelatihan. Pariwisata menjadi andalan karena keelokannya. Tingkat pendidikan warga negara ini cukup tinggi. Terbukti, apabila bus travel pengangkut partisipan berhenti, berkerumunlah anak-anak yang saling meminta kepada kami: Your  pen Sir, Your pen, katanya riuh-rendah.

     Saya baru tahu bahwa yang diminta itu ball point atau pensil karena anak-anak itu menunjuk ke arah saku kita. Ternyata mereka tidak minta uang receh seperti pengemis peminta- minta kita. Kesadaran bersekolah dan Usia Harapan Hidup tinggi yang ditunjukkan dari angka IPM di sana peringkat 71, sedangkan Indonesia di atas 100, yaitu peringkat nomer111 (Laporan Program Pembangunan Manusia, PBB, 2020)

Kebijakan Pertanian Salah

   Sejatinya, walaupun negara ini tampak elok dengan hamparan kelapa dan kebun tehnya, tetapi selama tiga dasawarsa terakhir selalu dirundung pertikaian etnis mayoritas Sinhala dan minoritas Tamil yang mendirikan Macan Tamil atau LTTE. Selama itu tidak kurang 65.000 orang telah terbunuh akibat konflik sektarian tersebut. Masalah pertikaian ini seperti tak kunjung habis habisnya dan memperparah krisis terburuk saat ini.

   Saat ini telah terjadi kesalahan fatal kebijakan pembangunan pertanian dan penerapannya. Penduduk Sri  Lanka yang mayoritas petani dan menyumbang terbesar PDB merasa terusik dengan kebijakan pemerintah di bidang pertanian. Maksud pemerintah sebenarnya cukup baik, yaitu dengan mengganti pupuk dan pestisida kimia dengan pupuk organik yang alami untuk menyehatkan penduduk.

     Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata kemudian pemerintah melarang dan menyetop impor pupuk dan pestisida kimia, sementara, produsen pupuk organik dalam negeri tak sanggup memenuhi kebutuhan petani dalam negeri yang berjumlah besar. Terjadilah penurunan produksi pertanian sampai 40 persen yang juga menurunkan pendapatan. Petani merasa “dibohongi”  oleh pemerintah yang awal ketidak puasan yang puncaknya terjadi demonstrasi besar-besaran di ibukota Sri Lanka.

    Akhirnya pemerintah mencabut kebijaksanaan pelarangan impor, tapi sudah terlambat. Selain  dipicu pula dengan kewajiban pemerintah untuk membayar utang ke pemerintah Cina yang cukup besar yang tak sanggup dibayar. Utang Sri Lanka kepada Cina 8 miliar dolar Amreika Serikat (AS) atau setara 118 triliun rupiah dari total utang keseluruhannya 45 miliar dolar AS.

    Utangnya kepada Cina seperenam dari utang totalnya, sementara PDB nya hanya 84,52 miliar dolar. AS. Utang tidak saja ke pemerintah tetapi ke Badan-badan internasional seperti ADB, ke pemerintah Jepang, Amerika dan dalam bentuk obligasi lainnya. Utang kepada Cina untuk membangun infrastruktur pelabuhan besar yang ternyata hasilnya kurang bermanfaat.

   Krisis yang diawali dengan krisis pertentangan antar etnis, kebijakan pertanian yang drastis tanpa melihat kesiapan industri dalam negerinya, membawa Sri Langka pada krisis pangan dan energi tidak kuat lagi membayar utang menjadikan contoh negara bangkrut dengan dihantui inflasi yang sampai menyentuh lebih dari 50 persen. Akhirnya pemerintahan jatuh karena aneka krisis.

Pelajaran Bagi Indonesia

     Dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian Sri Lanka perlu mencontoh Indonesia. Pemakaian pupuk organik dalam beberapa waktu di awalnya memang sedikit menurunkan produksi. Tetapi, dalam jangka panjang akan meningkatkan produksi seiring dengan pulihnya lahan usaha tani yang sakit akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia. Sosialisasi harus lebih dulu dilakukan.

     Menyadari hal itu, maka pemerintah Indonesia lantas tidak serta-merta menyetop dan mengurangi secara drastis  pemakaiaan pupuk dan pestisida kimia, tetapi secara bijak pemerintah menganjurkan pendekatan dengan pemakaian pupuk berimbang. Dengan bijaksana pemerintah tidak menghentikan impor pupuk dan pestisida kimia melainkan menggantinya dengan pupuk berimbang sesuai dengan perhitungan ilmiah yang dapat diterima petani. Dampak positifnya terdapat imbangan dengan pupuk organik sesuai dengan potensi lokal. Produksi pangan malah meningkat dengan pemakaian pupuk berimbang  dan makin tumbuhlah industri penghasil pupuk berimbang.

     Kalau di suatu wilayah itu melimpah limbah pertaniannya, maka dapat dikembangkan menjadi pupuk organik, sehingga berdampak ramah lingkungan. Sementara pemakaian pupuk kimia jalan terus dengan porsi yang sesuai. Otomatis terjadi pengurangan pupuk anorganiknya. Pada akhirnya perlu dipikirkan oleh pemerintah pengalihan subsidi pupuk dan pestisida kimia ke pupuk organik.

    Sri Lanka perlu belajar banyak tentang kebijaksanaan pembangunan pertanian kepada Indonesia sebagai model negara berkembang yang menuju negara berpendapatan menengah dengan penduduk padat. Semoga Sri Lanka cepat pulih dari krisis, demikian juga untuk 60 negara yang menurut Bank Dunia terancam krisis akibat perang Rusia dan Ukraina. *

Depok, Juli 2022

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang