Ketua LMDH Mukti Jaya Lebak: Sekali Ini Saja Bantulah Selang Air
Thursday, 11th July, 2019 | 752 Views

 

HANYA UNTU SEKALI musim tanam ini para petani jagung di Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak sangat perlu bantuan selang dan alat tambahannya pengatur air berputar (sprinkle). Petani butuh sekitar 3.000 meter untuk dipotong-potong sesuai kebutuhan pada lahan yang tidak rata. Pemerintah dari pusat atau kabupaten atau provinsi pada musim tanam jagung yang akan datang tidak usah membantu apapun. Petani sudah mampu dan hasil jual jagung bisa menutupi kebutuhan. Cerita ini disampaikan oleh Unus Supriatna (64), Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mukti Jaya Desa Kramat Jaya, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak Banten. Selanjutnya silakan menyimak di bawah ini.

            Semangat petani yang terkumpul pada kelompok tani hutan yang berjumlah 90 orang sangat berapi-api untuk menanam jagung. Walaupun saat ini adalah pengalaman pertama bertani jagung bagi seluruh anggota termasuk sekitar 100 orang lagi di LMDH yang ada di Gunung Kencana ini, tetapi karena melihat hasil jagung yang besar pada panen yang lalu, saat ini petani tidak sabar lagi ingin tanam jagung.

          Memang luar biasa semangat para petani itu. Sebelumnya para petani termasuk saya belum pernah tanam jagung di lahan sendiri atau pun di lahan milik pemerintah. Namun, setelah desa kami ini dibuat sebagai proyek percontohan jagung nasional di lahan Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Nagara Indonesia (Perum Perhutani), alangkah girangnya penduduk di sini. Kami kebanyakan buruh tani di sawah tadah hujan milik orang lain.

         Sebab, waktu itu ada bantuan benih, pupuk dan traktor. Bahkan juga bantuan pembuatan bak penampungan air atau tanki, juga ada kolam air buatan atau embung. Pompa air juga dibantu pemerintah. Alangkah senangnya kami yang biasanya mengurus kayu putih dan akasia serta ekaliptus bisa bertani jagung yang sudah lama diimpikan.

       Sungguh, di kecamatan lain para petani sudah menanam jagung. Begitu juga di kabupaten dan provinsi lain. Kami juga menonton televisi tentang penghentian impor jagung dan mengandalkan jagung dari petani. Dan pada gilirannya datang juga walaupun dibantu. Kami sangat senang dan berusaha tidak mengecewakan pemerintah dan pihak Perum Perhutani Banten. Dari empat kelompok tani hutan yang saya pimpin melalui LMDH Mukti Jaya, semuanya ingin menanam jagung.

       Memang belum semuanya paham cara bertanam jagung. Namun, semangat bermunculan setelah lihat hasil jagung yang banyak. Bahkan saat daun jagung rimbun kemudian disusul muncul tunas bonggol, makin semangatlah kami semua. Dan makin semangatlah setelah panen. Hasilnya banya menurut kami, walaupun menurut pemerintah dan pihak lain hasil 5 ton per ha dan 6 ton per ha masih kurang.

       Kata orang, hasilnya bisa mencapai 8 ton per ha hingga 9 ton per ha. Kami para petani keheranan mendengarnya. Jadi, pada kesempatan ini kami ingin menanam jagung karena ingin melihat hasil yang besar atau banyak itu. Tetapi, bagaimana menanam benih jagung kalau tanah kering? Sulitlah. Jadi, kami minta pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi membantu selang.

         Kami para petani akan mengalirkan air dari embung dan melalui bak penampungan air ke lahan yang ditanami jagung. Ya, kami ingin melihat hasil yang 8 ton per ha itu. Itu pasti menggembirakan para petani dan akan disyukuri. Sekali lagi kedepan nanti kami akan swadaya untuk beli benih. Swadaya untuk beli pupuk dan kebutuhan lainnya.

     Sekali ini saja kami memerlukan bantuan karena musim kering yang sulit diatasi dan dihadapi para petani. Kami berjanji akan menyisihkan hasil jual jagung untuk membeli kebutuhan menanam jagung berikutnya. Para petani sudah paham bercocok tanam jagung karena sebagian telah mendapat pelatihan oleh pemerintah tentang cara yang baik mengolah tanah dan membuat pupuk yang berunsur hara. Lainnya saling tutur tinular sembari membayangkan hasil yang telah didapat.

       Kini Unus Supriyatna memiliki tujuh anak. Semua disekolahkan hingga sekolah menengah atas dan tamat. Tidak ada yang dikuliahkan. Unus saat ini mengusahai 6 ha lahan, di mana 3 ha ditanami albasia dan 3 ha untuk tanaman akasia yang didalamnya ada 0,5 ha bisa ditanami padi karena tanahnya berair. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang