Ketua Koptan Sri Maju, Karawang: Secara Ekonomi Keberadaan Pengering Gabah Picu Simbiose Mutualistis Antarpetani
Sunday, 9th April, 2023 | 262 Views

TENTU SAJA PARA petani dibuat happy setelah menerima peralatan pengering tegakan atau vertical dryer berkapasitas 30 ton sekali proses. Alat dan mesin pertanian atau alsintan tersebut merupakan bantuan Kementerian Pertanian kepada petani Kelompok Tani Sri Maju di Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

     Ada apa gerangan petani Cilamaya Kulon happy? Adalah Rasim (54) petani Desa Bayur Kidul di Cilamaya Kulon bercerita bahwa kenyataannya memang para petani di desanya sangat bersukacita setelah pengering tegakan itu diterima pada kuartal terakhir 2022 yang lalu. apalagi setelah berdiri dan difungsikan. Jumlah petani anggota kelompok itu adalah 15 orang dengan lahan seluas 35 hektare (ha) milik petani sendiri alias tidak sewa dan tidak buruh penggarap. Sebab, dibandingkan dengan pengering yang sudah ada di wilayah kecamatan itu petani merasa beruntung karena kapasitasnya besar 30 ton sekali proses. Di desa lain kapasitas pengering gabahnya kecil. Itupun milik perseorangan.

     Rasim yang juga Ketua Kelompok Tani Sri Maju tersebut bertutur, untuk sekali proses gabah kering panen (GKP) dengan kadar air 25 persen hingga 35 persen butuh waktu 10 sampai 12 jam. Contohnya, padi yang akan dikeringkan dari panen sekarang di musim panas dibutuhkan waktu hanya 10 jam saja untuk sekali proses. Misalnya, padi varietas Ciherang atau pun Inbrida Padi Irigasi (Inpari)-32 atau Inpari-42 masuk ke pengering pukul 06.00 waktu Indonesia Barat (WIB) keringnya pada pukul 21.00 WIB dengan kadar 14 persen yang sudah menjadi standar pengolahan.

Padi Ketan Tidak Jadi Beras Ketan Kalau…

   Rasim mengungkapkan bahwa untuk padi ketan membutuhkan waktu sekitar 36 jam sekali proses pengeringan. Apabila kurang dari waktu 36 jam itu setelah digiling menjadi beras ketan dipastikan tidak menjadi nasi ketan, tetapi hanya beras biasa sebagaimana beras konsumsi umumnya.

  Disebutkan pula bahwa untuk beras ketan tingkat kadar air atau kandungan airnya harus 13 persen. Apabila kurang dari 13 persen seperti 15 persen tidak akan jadi ketan, jadinya akan seperti beras biasa. Untuk usia panen beras ketan sama umurnya dengan Ciherang, yaitu 96 sampai 100 hari udah bisa dipanen.

   “Ya, kalau pengeringan kurang dari 36 jam terutama untuk padi ketan putih nanti hasilnya tidak ngetan alias tidak lengket. Pembeli juga tidak minat karena langsung diketahui bentuknya yang hanya seperti beras biasa walau berasal dari padi ketan. Tetapi, kalau bentuknya tidak putih bening seperti beras biasa atau sudah putih susu, maka konsumen atau orang desa di beberapa kawasan akan membelinya untuk dikonsumsi. Beras putih susu berarti sudah ngetan,” Rasim bercerita rinci sambal tertawa-tawa.

Simbiose Mutualistis

   Menurut Rasim, bahan bakar pengering tegakan atau vertical dryer tersebut adalah sekam padi yang didapat dari penggilingan padi. Setelah gabah petani anggota kelompok atau pun buka anggota kelompok digiling, maka sekamnya dibeli untuk jadi bahan bakar. Di wilayah Kecamatan Cilamaya Kulon ada puluhan penggilingan padi. Ada yang memiliki lantai jemur untuk mengeringkan gabah, tetapi ada juga yang tidak punya lantai pengering, sehingga gabahnya dibawa ke  penggilingan milik Kelompok Tani Sri Maju yang kapasitasnya besar sekali. Kalau hanya dijemur di lantai sekitar penggilingan, pasti akan berhari-hari baru bisa digiling, apalagi kalau musim hujan atau langit mendung.

  “Untuk mengeringkan padi ketan diperlukan sekam sebanyak 100 goni dengan bobot 25 kilogram (kg) berisi penuh goni besar. Sekam itu beli seharga 6.500 rupiah per goni atau karung yang dipasok oleh petani dari desa kami ini. Kami menyediakan pengering dan di pihak lain petani menyediakan sekam sebagai bahan bakar, ya terjadi simbiose mutualistis yang tentu saling bermitra mengembangkan perekonomian rumah tangga atau desa antarpetani,” Rasim menambahkan.

   Selanjutnya dikatakan bahwa bagi anggota Kelompok Tani Sri Maju yang akan mengeringkan gabahnya hanya dipungut biaya operasional, yaitu sekitar lebih 2.000 rupiah per kg atau 20.000 rupiah per satu kuintal atau 100 kg. Bagi petani yang bukan anggota dikenakan ongkos sebesar 25.000 rupiah per kuintal. Untuk ke depan akan dilakukan pendekatan kepada kalangan pengusaha yang kekurangan alat pengering agar mau bekerja sama dengan pihak Kelompok Tani Sri Maju, sehingga pengering tegakan ini bisa berfungsi maksimal dan sekaligus memberi hasil yang bisa mengisi kas kelompok.

   Setelah banyak petani dari luar desa mengetahui pengering tegakan yang besar itu, mereka sudah berbondong-bondong membawa gabah panennya untuk dikeringkan tanpa mengenal cuaca. Para petani sudah nyaman menanam padi hingga panen kapan saja karena tidak ada lagi hambatan untuk menghasilkan beras lantaran sudah ada pengering yang sangat besar dan pengeringan dalam waktu yang relatif singkat tanpa tergantung sinar matahari. Di Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya Kulon musim tanam hanya dua kali dalam setahun atau indeks pertanaman (IP)  dua kali.

   Selanjutnya Rasim mengatakan bahwa untuk memfungsikan pengering tegakan atau vertical dryer itu dihela tiga orang setiap hari. Mereka bisa bergantian setiap hari dengan upah sebesar 500.000 rupiah untuk sekali proses normal termasuk untuk mengeringkan padi ketan. Pekerja itu meminta diupahi per proses pengeringan saja. Tidak mau gaji bulanan. Pengurus kelompok tani tidak digaji dan hanya mengawasi karena nantinya sudah dapat dari dana kas hasil operasional. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang