Kelompok Tani Tawakal: SP3T Bojong Picung Cianjur Sudah Siap Layani Petani Pada Panen Raya 2020
Monday, 9th December, 2019 | 868 Views

SAAT INI BISA dikatakan bahwa seluruh sistem permesinan dan perangkat pendukungnya telah selesai terpasang. Sudah 100 persen, bisa dikatakan demikian. Mesin sudah uji-coba dihidupkan dan lancar saja. Tinggal menjalankan secara terintegrasi dengan beban yang sesuai. Dan dalam waktu dekat teknisi dari produsen mesin yang akan menghidupkannya. Kalau begitu, Kelompok Tani (Keltan) Tawakal yang mengelola Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu atau SP3T di Desa Cibarengkok, Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar) ini siap melayani petani pada panen raya 2020 mendatang serta siap mendukung ketahanan pangan.

      Itulah keterangan Saepulloh,AMd (39), Ketua Kelompok Tani (Keltan) Tawakal, Kampung Rawa Koto, Desa Cibarengkok, Bojong Picung, Kabupaten Cianjur.  Untuk mencapai desa itu bisa ditempuh dengan sepeda motor atau kendaraan roda empat dari Cianjur (Ibukota Kabupaten Cianjur) melewati Ciranjang (Kecamatan Ciranjang) selama 1,5 jam dengan laju rata-rata 35 kilometer (km) per jam.

     Hamparan persawahan di sisi kiri dan kanan jalan—selain rumah penduduk—merupakan pemandangan keseharian. Suasana itu tetap hadir hingga mencapai Kampung Rawa Koto di Desa Cibarengkok, di mana bangunan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu atau SP3T berada. Dalam bangunan bantuan pemerintah pusat dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kementerian Pertanian antara lain terdapat husk furnace atau tungku bakar, vertical dryer atau alat pengering, mesin giling pemecah kulit gabah, mesin grider pemisah patahan satu-patahan kedua serta mesin poles yang dikenal dengan colour shortener dan selanjutnya mesin pengepak atau pembungkus pada karung. Perkiraan sederhana nilai keseluruhannya mencapai sekitar 3,4 miliar rupiah.

      Kesiapan seperti apa yang dimaksud oleh Saepulloh gerangan? Dia bercerita bahwa gedung SP3T berukuran sekitar 12 m kali 20 meter itu mulai dibangun pada awal September 2019 yang bersamaan dengan datangnya peralatan. Pada Oktober semua sudah rampung. Pengelolaan SP3T itu diserahkan kepada Keltan Tawakal yang anggotanya 30 orang dengan luasan sawah yang digarap mencapai 30 hektare (ha).

       “Di desa ini ada hamparan tanaman padi yang mulai menguning siap panen dalam waktu dekat. Adapun luasan sawah yang diurus Keltan Tawakal saat ini mencapai 30 ha yang pada pertengahan Januari 2020 diperkirakan mulai panen. Daerah ini dilalui irigasi primer teknis dari  Saluran Irigasi (SI) Cihea,” ungkap Saep, begitu dia dipanggil.

         Sebagai pengelola SP3T, dia menyebutkan pula bahwa untuk ketersediaan gabah ke depannya, pihak pengurus Keltan Tawakal tidak hanya mengandalkan dari lahan yang 30 ha. Gabah akan diambil dari desa tetangga dan juga dari kecamatan lain. Kalau di Desa Cibarengkok secara umum produktivitas pada mencapai 6 ton per ha, tetapi sering juga mencpai 7 ton per ha.

     “Soal hasil panen itu tergantung dari para petani masing-masing yang menjadi anggota kelompok. Kalau petani rajin merawat tanaman padinya mulai dari pemupukan dan air cukup, hasil yang didapat pasti bagus bisa mencapai sekitar 8 ton untuk satu ha. Sebab, ada juga petani yang malas-malasan memperhatikan tanaman padinya, sehingga hasilnya hnya sekitar 4 ton sampai 5 ton per ha. Jadi, hal itu tidak menentu. Itu kembali kepada petaninya lagi,” demikian Saep kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di ruang permesinan SP3T Desa Cibarengkok, Kecamatan Bojong Picung, baru-baru ini.

Dengan Petani Daerah Lain

        Menurut Saep, para petani anggota kelompoknya sudah diedukasi oleh beberapa pihak, seperti dari Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pertanian Wilayah Ciranjang yang membina empat kecamatan termasuk Bojong Picung serta PPL dari Kecamatan Bojong Picung sendiri.

      Sosialisasi atau edukasi yang diberikan tersebut menyangkut beberapa hal, seperti pemanfaatan SP3T secara maksimal untuk meningkatkan perekonomian anggota dan penduduk sekitar, perawatan semua permesinan secara teratur, pola tanam padi yang merujuk pada petunjuk pemerintah serta mempertahankan mutu pertanaman untuk mencapai hasil tertinggi atau maksimal.

     “Kami di Keltan Tawakal senang diedukasi. Kami menerima semua masukan, sehingga SP3T yang diberikan pemerintah ini betul-betul bermanfaat. Ke depannya kami akan memakai benih padi varietas unggul baru yang lebih tahan terhadap penyakit dan hama dan pemupukan yang sesuai. Pokoknya SP3T yang ada ini harus kami manfaatkan dan pelihara,” demikian Saep yang di hadapan PPL Kecamatan Bojong Picung Mulyana,SP dan Pejabat Fungsional Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dari Dinas Pertanian,Perkebunan, Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Deni Sanjaya,SP.

     Selanjutnya Saep mengungkapkan bahwa dalam pertemuan yang dihadiri PPL, para petani sudah bertekad untuk melakukan pertanaman hingga dua kali atau mencapai indeks pertanaaman (IP)-2. Bahkan juga hingga IP-3 karena Desa Cibarengkok terdapat saluran irigasi teknis yang masih di kawasan hulu yang airnya terbilang tersedia sepanjang tahun.

     “Itu untuk menjamin ketersediaan gabah di SP3T ini, sehingga mesin yang ada ini tidak mubazir. Bahkan rencana kami akan mencari gabah ke tempat lain agar gabah selalu ada termasuk keluar Kabupaten Cianjur. Tetapi, kami akan utamakan pasokan dari petani kami di sekitar ini,” Saep menambahkan.

Mendukung Ketersediaan Pangan

    Kehadiran SP3T di Desa Cibarengkok, menurut pengakuan Ketua Kelompok Tani (Keltan) Tawakal Saefulloh, AMd akan mendukung ketahanan pangan di kawasan itu. Sebab, di SP3T itu terdapat alat pengering tegakan atau vertical dryer berkapasitas 10 ton gabah kering panen atau GKP yang siap mengolahnya selama maksimal 12 jam sekali olah.

        Apabila GKP itu tingkat kandungan airnya masih tinggi, semisal 35 persen hingga 40 persen, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkannya sekitar 12 jam. Tetapi, kalau sudah mencapai 25 persen kandungan air gabahnya, maka waktu yang dibutuhkan hanya 8 jam, kemudian langsung diolah pada mesin penggiling padi yang sudah terintegrasi di SP3T itu. Begitu seterusnya hingga menjadi beras siap konsumsi dan siap dibungkus untuk dijual.

       Manfaat paling utama dari SP3T tersebut yang menyangkut ketahanan pangan adalah pada alat pengering berkapasitas besar, dimana saat panen IP-2 atau IP-3 sudah memasuki musim hujan, petani tidak akan khwatir lagi. Sebab, padi tidak mungkin lagi dijemur pada saat mendung atau saat hujan.

        Untuk menghindari gabah tidak menjamur atau busuk, maka petani bisa berbondong-bondong membawa hasil panennya ke SP3T dan ditimbang di sana volumenya dan selanjutnya dituang ke penampungan untuk ditarik ke vertical dryer itu. Paling tidak, dalam waktu 12 jam para petani sudah mendapatkan beras dengan mutu yang bagus.

      “Nantinya akan dijual dengan harga tinggi terserah petani. Dan akan dibawa ke rumah untuk dikonsumsi terserah juga. Hal yang jelas melalui SP3T ini beras yang dihasilkan sangat bermutu. Dan petani bisa meningkatkan pola tanam karena tidak ada lagi batasan panen saat hujan maupun kondisi iklim lainnya,” cerita Saep seraya menambahkan ongkos pengeringan gabah dan penggilingannya akan dimusyawarahkan dengan semua anggota kelompok.

 SP3T Sangat Efisien 

       Menurut Saepulloh, secara umum SP3T yang dikelolanya akan sangat efisien atau hemat karena untuk mengeringan gabah milik petani itu tidak akan memakai listrik dari pembangkit atau generator maupun dari pasokan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di SP3T itu dipakai bahan baku bakar dari sekam padi yang dimasukkan ke tungku khusus. Volume sekam yang dibakar itu hanya sekitar lima kuintal untuk sekali proses 8 jam hingga 12 jam dengan kapasitas 10 ton gabah kering panen atau GKP.

             Panas atau kalor yang dihasilkan di dalam tungku itu dialirkan melalui tabung ke bagian atas vertical dryer, sehingga gabah yang mencapai 10 ton itu kering dalam 8 jam atau 10 jam atau 12 jam untuk sekali prosesnya. Ini memang tergantung dari tingkat basah atau rendemen gabah yang masuk, sehingga waktunya bisa diatur pada panel pengendali. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang