Kab.Cianjur: Tanah Terbelah-belah Akibat El Nino, Para Petani Terpaksa Memanen Muda Kedelai
Wednesday, 6th September, 2023 | 303 Views

 

“Memang akibat kemarau panjang yang dipengaruhi oleh El Nino saat ini para petani telah memanen kedelai mereka pada umur muda. Hal itu dilaksanakan untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Paling tidak petani masih mendapatkan harga, kendati tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.”

    Hal tersebut diceritakan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Pertanian Wilayah Cilaku Wartini, SP,MP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di saung (gubuk) lahan kedelai milik Kelompok Tani (Keltan) Karya Tani-II Desa Sukakerta, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu.

     Menurut Wartini, untuk mengantisipasi El Nino itu para petani tidak bisa banyak berharap karena kondisi tanah sudah terbelah-belah. Meskipun saat ini menjelang musim tanam (MT) kedua, para petani telah menyiasatinya dengan menanam kedelai di musim tanam kesatu. Namun, hasil yang didapat petani bisalah dipastikan kurang memuaskan karena tanaman kekuranagan air sebagaimana terlihat sekarang ini.

   “Ketika tanaman kedelai mulai pengisisan polong, walaupun mendapat bantuan prasarana dan sarana dari Pemerintah Kabupaten Cianjur khususnya Dinas Tanaman Pangan serta petani sendiri juga telah menerapkan sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis atau juknis,” demikian penjelasan Wartini seraya menambahkan bahwa UPTD Pelayanan Pertanian Wilayah Cilaku kini membina Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), yaitu BPP Cianjur, BPP Cilaku dan BPP Cibeber yang masing-masing membina puluhan desa atau kelompok tani.

    Disebutkan pula bahwa setelah El Nino muncul, hasil yang didapat para petani sangat berkurang. Tidak seperti yang diharapkan  dan tidak sesuai dengan sasaran maupun perencanaan. Tetapi, kemunculan El Nino tentu memberi tantangan tersendiri bagi patami dan penyuluh untuk tetap menjalankan pertanaman di lahan sawah atau ladang masing-masing terutama di Desa Sukakerta, Kecamatan Cilaku yang merupakan wilayah terluas untuk tanaman kedelai.

    Kepala UPDT Wilayah Cilaku Wartini mengemukakan bahwa untuk tanaman padi sudah selesai pada pertengahan Agustus walapun kenyataannya masih ada beberapa luasan tertentu yang akan segera dipanen, seperti di Kecamatan Cibeber. Dan kedelai merupakan tanaman penyela memasuki musim taman pertama atau MT-1.

Tanaman Kedelai Telah Merana

    Ia menyebutkan juga bahwa sesuai juklak dan juknis semestinya tanaman kedelai ini akan dipanen tua, tetapi melihat keadaan (condition) dan suasana (situation) kemarau yang panjang, petani terpaksa memanen muda semua kedelainya dari pada tidak menghasilkan sama sekali. Kalau hitung-hitungan secara analisa tani, petani itu jelaslah rugi karena banyak tanaman yang mati dan lainnya pertumbuhan polong tidak maksimal.

   Sebab, Wartini melanjutkan, kalau pertumbuhannya maksimal, polong setiap rumpun bisa muncul banyak. Dan polong-polong yang ada sebagaimana disaksikan bersama petani dengan keadaan tanah yang sudah terbelah-belah atau retak-retak, pertumbuhan kedelai merana. Sebab, sesungguhnya tanaman masih membutuhkan air, tetapi tidak ada sawahnya kering kerontang, padahal para petani sudah berupaya keras menyedot air, namun karena sumber airnya juga tidak ada, hasilnya tidak sesuai harapan.

Atur Pola Tanam

    Masih di tempat pertanaman yang sama di Desa Sukakerta, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sukakerta Maman Sudirman,SP mengatakan bahwa ikhwal kemarau panjang itu telah jauh-jauh hari disuluhkan, agar para petani bersiap-siap. Bersama para petani bergotong-royong memperbaiki saluran-saluran irigasi serta mengatur pola tanam, seperti pengolahan awal dengan tanaman lain selain kedelai.

  Menurut Sudirman, memang kenyataan yang menjadi kendala petani adalah kekeringan, padahal seharusnya sekarang sudah mulai memasuki musim tanam (MT) kedua atau MT-II. Upaya menanam kedelai ternyata tidak maksimal hasilnya karena kekurangan air. Nah, ada sebagian petani memaksakan diri tetap menanam padi atau tidak mengikuti penyuluhan, padi di sawahnya mati karena padi itu tidak bisa makan dan minum.

   Disebutkan pula, kendatipun para petani itu berusaha sekuat tenaga menyedot air yang ada dari kali atau sungai kecil Malang Jati yang masih ada air walau sedikit, namun upaya itu sia-sia saja dan tidak membantu. Air di kali itu tetap tidak mencukupi. Jadi, upaya paling nyata adalah mengatur pola tanam untuk menyesuaikan dengan keadaan alam musim kemarau panjang dan mengatur pemakaian air sehemat mungkin. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang