Java Agro Prima: Petani Yogya Siap Produksi, Prospek Benih Kedelai Sangat Besar dan Cerah
Monday, 26th June, 2023 | 386 Views

TERSEBUTLAH TEMPE TAHU yang berharga mahal. Bahkan untuk konsumsi sering sulit atau langka didapatkan. Dan di suatu hari di bilangan pusat Kota Ngajogjakarta Hadiningrat kendaraan kami meluncur ke pinggiran kota. Kami berniat menuju Desa Niten, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dimana ada penampungan calon benih kedelai dan pengemasan benih bersertifikat.

    Tibalah di siang yang terik itu dan ….ooh…berkarung-karung benih sedang dipilah-pilah (sortir) dan puluhan karung lainnya sedang dikemas. Bahkan sudah siap kirim kepada para petani. Benih-benih bermutu tersebut berada di pergudangan milik CV Java Agro Prima (JAP) yang menyelenggarakan Sistem Resi Gudang (SRG) sekaligus pabrik perontok polong kedelai, penyosoh, penyortir akhir dan pengemas benih kedelai. Ukuran karung atau goni itu adalah 25 kilogram (kg) dan 40 kg.

   Adalah rombongan Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Ditjen TP, Kementan) yang dipimpin oleh Dr Yudi Sastro ‘menyambangi’ pabrik sekaligus gudang benih kedelai itu. Rombongan lain juga bergembira ria datang yang dipimpin Dr Atris Suyantohadi, yaitu Asosiasi Masyarakat Kedelai Nusantara (Asmakara) Yogyakarta.

   Mengikuti tanggungjawab sebagai wakil pemerintah dalam mengayomi masyarakat petani dan rasa kagum atas partisipasi berbagai pihak pada komoditi kedelai yang menjadi kebutuhan sebagai besar masyarakat Indonesia, Yudi Sastro tampak tertegun sejenak lalu menderapkan langkah mengamati setiap bagian sudut aktivitas di gudang sekaligus pabrik itu. Sejenak berhenti dan mengajak Sunarso bincang tentang varietas kedelai yang ada puluhan ton di gudang itu. Melangkah lagi ke bagian lain. Bincang lagi.

    Dan…ini dia. Peneliti sekaligus Ketua Asmakara Atris Suyantohadi ‘nimbrung’ berbincang. Mereka sama-sama mengiyakan bahwa masa depan budidaya dan bisnis kedelai petani nusantara akan baik. Akan menggembirakan.

    Apa gerangan kepentingan mereka? Dari bincang penuh harapan sehari sebelumnya, penjamin hasil panen kedelai petani atau OFF-TAKER yang juga Direktur JAP Ir Albertus M. Sunarso telah ‘kampanye’ habis-habisan luar dalam bahwa benih kedelai dari petani yang ternyata dibina secara gotong-royong dengan Asmakara yang ada di gedung besar itu semua dari petani. Harga kedelai calon benih itu dinilai sesuai pasaran dan hal tersebut sudah sesuai harapan petani.

    “Yaa.., every body happy. Both side—petani dan penjamin seperti kami ini must be happy. Ini motto dan filosofi kami dalam menjalankan bisnis bersama petani. Petani bersuka-cita dan kami sebagai pengusaha yang menjamini hasil panen petani juga bersuka-cita. Keadaan begini cukuplah,” ujar AM Sunarso dengan wajah berbinar dan bibir merekah bahagia.

    Kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com Sunarso atau NARSO mengemukakan bahwa sebagai off-taker yang berarti penjamin pasar hasil panen, pihaknya telah bekerjasama dengan petani kedelai. Dampak positifnya, para petani kini semakin semangat dan bertambah optimis. Sebab, dari hasil jual kedelai para petani kemudian didukung oleh pemerintah budidaya kedelai itu pasti bisa berkembang dan petani pasti akan merasakan hasilnya.

Fasilitas Lengkap Dukung Mutu Benih

    Menurut Yudi Sastro, dalam rangka penyediaan benih bagi petani secara kasat atau pandangan mata tidak perlu diragukan lagi. Prospeknya sangat besar karena para pihak yang tergabung pada organisasi benih kedelai nusantara mengembangkan budidaya kedelai untuk benih dilandaskan pada kebutuhan pasar. Kalau pasar atau kelompok tani butuh volume banyak pada pertanaman berikutnya, maka luasan budidayanya akan disesuaikan. Secara mandiri para petani akan mampu membeli sendiri.

   “Kalau kualitas benih sangat baik, para pembina petani penangkar dipastikan bisa melayani kebutuhan petani. Selain itu mereka juga punya fasilitas yang sangat lengkap seperti terlihat sekarang. Ada mesin sortir yang mampu memilah bobot dan warna calon benih. Nah, ini sangat baik untuk pengembangan budidaya kedelai untuk benih maupun untuk produksi pangan,” ungkap Yudi kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Bantul, Yogyakarta, belum lama berselang.

    Dengan demikian, lanjut Yudi, tampilan benih sangat menarik dan secara karakteristik akan terlihat sebagai benih yang baik. Benih yang seperti itulah yang diharapkan bisa dipergunakan oleh para petani untuk dikembangkan di setiap wilayah dan bisa membantu pemerintah. Artinya, para petani tidak terlalu bergantung pada ketersediaan yang dipersiapkan pemerintah.

   “Kami dari pemerintah sangat menaruh penghargaan atas upaya semcam ini, dimana ASMAKARA memilih pengembangan varietas Grobogan untuk dipersiapkan memenuhi kebutuhan beberapa daerah. Kita melihat bersama di tempat ini bulir-bulirnya besar. Kalau akan dibudidayakan petani untuk konsumsi tentu bentuk seperti itulah yang diinginkan kalangan industri,” Yudi menegaskan.

    Disebutkan juga bahwa kalau benih yang bagus dan cantik itu ditanam di berbagai daerah dan hasilnya bisa seperti benih asalnya, Indonesia tidak perlu impor kedelai. Sebab, produktivitasnya maupun rendemennya sangat baik setelah dilakukan penyortiran. Kemudian harganya sudah pasti akan bisa bersaing dengan produk sejenis.

    Melalui ketersediaan benih yang baik dan bagus diharapkan perbenihan kedelai nasional bisa digerakkan. Sebab, selama ini benih sangat kurang, tetapi ke depan keinginan untuk meningkatkan luas tanam yang besar bisa terwujud karena benih tersedia cukup dan siap. Selama beberapa tahun terakhir ini perluasan pertanaman tidak bisa terlaksana karena benih tidak ada. Jadi, dalam waktu tidak lama lagi diharapkan sasaran pertanaman seluas 500.000 hektare (ha) per tahun bisa dicapai melalui ketersediaan benih di kalangan petani.

Kedelai Petani Nusantara Berkualitas

  Di tempat sama Ketua Asosiasi Masyarakat Kedelai Nusantara (Asmakara) Atris Suyantohadi mengungkapkan, melalui kehadiran asosiasi kedelai saat ini telah mengedukasi petani dan kelompok tani menjadi korporasi petani. Dalam kaitan itu Asmakara mempersiapkan lebih baik kondisi perkedelaian terutama dalam kualitas atau mutu hasil panen.

   “Tentunya ini perlu berkolaborasi dan bersinergi dengan pelaksana program pemerintah. Demikian juga dari off-taker industri serta partisipasi rekan-rekan dari perguruan tinggi yang memasok hasil penelitian mereka,” Atris menambahkan.

   Menurut dia, upaya semacam itu menjadikan sinergi pentahelik dalam pengembangan budidaya kedelai yang bermutu sesuai standar yang diharapkan. Untuk itu diharapkan semua upaya yang dijalankan akan positif dan mampu memberikan keyakinan bahwa kedelai petani nusantara berkualitas setelah diolah melalui dukungan penuh dari Asmakara, Off-taker industri dan Direktorat Perbenihan, Kementerian Pertanian.

    “Jadi, mari kita saling mendukung untuk mendorong kebangkitan perkedelaian nusantara dengan bermitra penuh dengan para petani. Pada gilirannya dipastikan akan tercipta mekanisme dalam menghasilkan kedelai bermutu oleh semua pihak terutama petani nusantara,” demikian Atris.

Java Agro Prima Jamin Pasar Kedelai

   Direktur Sistem Resi Gudang (SRG) Bantuk Albertus M. Sunarso menyebutkan, melalui kerjasama yang hangat dan penuh optimisme dengan berbagai pihak, petani di wilayah DIY makin percaya atas masa depan kedelai. Para petani yang tergabung di kelompok tani (Keltan) mulai tumbuh semangat mereka untuk menanam kedelai karena ada jaminan pasar dengan harga jual yang menggembirakan.

    “Pemerintah telah melihat semangat petani. Pemerintah melalui Direktorat Perbenihan sudah berdiskusi dengan petani secara terbuka. Sebagai penjamin harga dan pembelian hasil panen petani pihak saya dari Java Agro Prima sudah langsung ke sawah ladang petani dalam rangka pembinaan dan menunjukkan kehadiran untuk saling mendukung dalam kemajuan bersama,” ungkap Sunarso sembari menambahkan bahwa apa saja yang dikeluhkan petani bisa didengar pemerintah. Dan kami siap menjadi mitra yang baik dan setia bagi petani kedelai nasional.

    Disebutkan pula, satu hal yang tidak bisa dipungkiri bagaimanapun setiap tindakan dalam bisnis harus untung, tetapi juga harus bertanggung jawab dengan menerapkan peraturan-peraturan yang digariskan pemerintah. Petani juga perlu mengecap keuntungan. Semua kendala maupun tantangan yang muncul selama ini di luar kemampuan petani seperti impor kedelai maupun di kalangan petani sendiri masih dinamis. Berbeda dari  waktu ke waktu, namun demikian karena ada landasan yang kuat bagi petani ke depan, petani dan para mitranya akan bisa keluar dari permasalahan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang