Jarot Wiharyanto:Transfer Inovasi Teknologi Budidaya Padi dan Produksi Benih Jadi Tanggungjawab PT TWINN
Saturday, 26th June, 2021 | 773 Views

“SEBAGAI PENJAMIN UNTUK membeli benih padi hasil petani atau off-taker kami dari perusahaan PT Tunas Widji Inti Nayottama (TWINN) bertanggungjawab bukan saja pada transfer inovasi teknologi budidaya. Kami juga bertanggungjawab pada produksi padi para petani. Kami memasuki kedua hal itu.”

      Misalnya, demikian Ir Jarot Wiharyanto, Manajer Produksi PT TWINN, hama atau penyakit yang terlihat menyerang tanaman yang umurnya masih muda sudah menjadi perhatian khusus dari manajemen perusahaan. Contoh, ada spot pada tanaman yang terkena penyakit hanya sekitar 0,001 persen dari hamparan yang ada. Itu sangat kecil sekali dari luasan pertanaman ini.

   “Itu sangat kecil dan mudah diatasi. Kami dari PT TWINN telah mencermati hal itu. Kami masih mampu mengatasi penyakit padi setapak per setapak dari kondisi yang kurang sehat itu. Kami paham dan kami tahu cara mengatasinya,” sebut Jarot sembari menunjuk tanaman sekitar 5 meter kali 8 meter yang daunnya agak kuning kecokelatan yang berbeda dari tanaman yang menghijau.

      Menurut Jarot, pihaknya mengawal pertanaman, mendampingi dan mengarahkan para petani untuk menjadikan tanaman yang sakit agar sehat kembali. Sebab, umur pertanaman calon benih padi ini masih di bawah 30 hari,  tetapi kalau kondisi yang seperti ini memasuki masa generatif  kita tidak bisa menolong tanaman lagi. Dengan masa tanam padi umur kurang dari sebulan bisa dilakukan upaya perbaikan melalui obat-obatan dan penanganan lainnya.

    “Artinya, sebelum pertanaman kami telah melakukan sosialisasi kepada petani dan kelompok tani penerima bantuan benih untuk dijadikan calon benih tentang program pmerintah tentang Pengembangan Petani Produsen Benih atau P3B Berbasis Korporasi untuk menciptakan Desa Mandiri Benih. Kami memaparkan semua segi yang berkaitan dengan benih, mutu benih dan penanganan calon benih dari awal pertumbuhan hingga pasca panen,” demikian Jarot kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Desa Paron, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, baru-baru ini.

     Jarot mengatakan itu seusai mendampingi Eko Handri (46), petani penggarap sawah sekitar 5 ha di Desa Paron bersama Pengawas Benih Kabupaten Ngawi Ir Kadir mengelilingi pertanaman sekaligus mengamati perkembangan pertumbuhannya. Jarot juga berbicara khusus dengan Eko Handri agar rajin memelihara tanaman padi miliknya karena kalau bagus hasilnya saat panen, Eko dan teman-temannya sesama petani akan mendapat keuntungan besar. Seluruh pertanaman untuk calon benih di Kecamatan Paron mencapai 13 ha.

Sudah Sepakat Melalui Perjanjian

    Selanjutnya Ir Jarot Wiharyanto mengungkapkan bahwa jaminan kepada petani untuk menyerap benih yang mereka hasilkan pihak PT TWINN telah membuat kesepakatan sebelum tanam kami. Perjanjian itu antara lain menyebutkan bahwa seluruh padi yang dihasilkan akan dibeli atau diserap oleh PT TWINN sebagai penjamin.

    Disebutkan pula bahwa pihak PT TWINN berani membeli benih petani pada kisaran harga 17.000 rupiah hingga 18.000 rupiah per kilogram (kg). Misalnya, lahan seluas satu hektare akan menghasilkan benih sebanyak 2 ton atau sekitar 20 persennya akan dihargai sebesar 18.000 rupiah per kg. Dalam kaitan itu pihak PT TWINN menghargai jerih payah petani karena  aktivitas atau kegiatan yang harus mereka lalui dan jalankan di luar kebiasaan tanaman dan budidaya padi biasa.

    “Jadi, harga itu merupakan bagian apresiasi perusahaan kepada para petani atas kerja keras dan kerjasama mereka menghasilkan benih padi hibrida yang sesungguhnya juga dibutuhkan para petani sendiri maupun petani di luar kelompok mereka,” Jarot menegaskan.

    Apalagi dalam kondisi demikian, Jarot menyebutkan juga, para petani harus rajin menyemprot tanaman dengan bahan yang telah tersedia, ada seleksi dengan kualitas khusus, ada perkawinan bunga jantan dengan bunga betina dan ada pembabatan padi jenis jantan sebelum seluruh tanaman dipanen. Itulah kondisi yang harus dilaksanakan para petani di luar kebiasaan pada budidaya padi biasa semisal untuk konsumsi, sehingga para petani harus dihargai lebih dari jerih payah mereka sehari-hari.

    Menurut Jarot, pihaknya berharap besar untuk filial atau F-1 benih itu bisa dikembangkan lebih banyak lagi dari 13 ha saat sekarang. Kini  sedang direncanakan bisa menanam calon benih hibrida pada lahan seluas 50 ha hingga 100.00 di Kecamatan Paron. Pihak perusahaan berusaha mengikatkan diri secara bersimbiose dengan para petani dan aparat desa agar penanaman calon benih bisa berlangsung lama atau panjang tanpa kendala. Pengembangan perbenihan akan difokuskan di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, sebab beras dari padi varietas lain dengan beras padi hibrida atau kualitasnya sama saja. * sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang