Jagung Masih Berupa Biji Sudah Habis Dimakan Tikus, Petani tak Menyerah Lalu Menanam Lagi
Thursday, 12th October, 2023 | 553 Views

 

RATUSAN TIKUS DALAM semalam telah menghabiskan benih jagung yang baru ditanam sebelum berkecambah. Kendati demikian para petani di Desa Pasiripis dan Desa Sukakerta, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka belum mau menyerah dan mencoba tanam benih lagi sambil meracuni tikus. Di Desa Pasiripis para petani bisa menghalau tikus dan tanaman jagung mereka tumbuh dengan baik.

    Tanaman jagung di Desa Pasiripis merupakan bantuan dari pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN untuk lahan seluas 13 hektare (ha) milik petani. Bantuan yang diterima adalah berupa benih, pupuk dan racun serta obat. Kendati di Desa Pasiripis tanaman jagung berkembang dengan baik dan kini telah berbuah susu, kalau di Desa Sukakerta, sebagian tumbuh dan juga telah berbuah susu dan sebagian lagi dihabiskan tikus.

   “Seluruh tanaman jagung di Desa Pasiripis yang merupakan bantuan BRIN bertumbuh dengan baik kendati musim kemarau. Sebab, pada awal pertumbuhannya masih ada air,” ungkap Koordinator Penyuluh Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka M.Ali Imron,SP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di tengah pertanaman Desa Pasiripis, belum lama berselang. Dia didampingi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Pasiripis Syifa Amalia,SP dan PPL Desa Sukakerta Amri Setiawati,SP.

    Menurut Imron, program tanam jagung di Kecamatan Kertajati itu adalah kegiatan dari Kementerian Pertanian yang bersamaan dengan kegiatan BRIN. Kondisi pada musim tanam (MT)-3 para petani belum pernah menanam jagung. Namun, setelah pihak Direktorat Serealia, Kementerian Pertanian malakukan survei dinyatakanlah bahwa kawasan di Desa Pasiripis dan kecamatan lain di Subang cocok untuk tanaman jagung dan akan sempat panen.

   “Keseluruhan luas lahan yang diajukan petani di Desa Pasiripis ini adalah 13 ha. Namun, karena serangan tikus hanya sebagian besar yang sempat tumbuh dengan baik termasuk di lahan yang kita berdiri ini,” Imron bercerita seraya menambahkan bahwa biji benih yang baru ditanam sehari sudah habis dimakan hama.

    Disebutkan bahwa tanaman jagung milik petani di Kelompok Tani Dangdeur terbilang aman dari serangan tikus, namun untuk tempat lain serangan tikus sangat mengkhawatirkan. Kalau hama lain, seperti ulat grayak sudah diatasi dengan insektisida dan diharapkan pada waktunya bisa panen dan hasilnya menggembirakan.

    Bersama para petani yang dalam kelompoknya berjumlah 15 orang diproyeksikan mendapat profitas mencapai 5 ton per ha. Memang pada awalnya harapan para petani bisa mencapai 9 ton per ha, namun melihat kenyataan musim yang sangat penas  disertai dengan serangan tikus, maka dapat 5 ton saja per ha sudah menggembirakan. Selain itu pertanaman di lahan milik petani di dkawasan ini baru pertama kali diadakan pertanaman jagung.

   Ali Imron menambahkan program tanam jagung tersebut terbilang mendadak ada, sehingga untuk mengumpulkan petani yang mau bergabung hanya dalam waktu yang singkat. Nah, ada beberapa orang petani yang mau mencoba untuk bertanam jagung kemudian mereka dibina dan didampingi sampai menjelang panen di Oktober 2023 ini.

   Di tempat yang sama Ketua Kelompok Tani Dangdeur Desa Pasiripis, Rohidin (46) mengatakan waktu pertemuan dengan pihak BRIN telah disepakati bahwa pada waktu panen sudah ada pembeli yang menjamin harga (off-taker). Namun, apabila harga yang ditawarkan lebih tinggi saat panen oleh pembeli setempat, petani dipersilakan bebas menjual kepada siapa saja.

    “Saya sangat tertarik menanam jagung walau musim kemarau untuk mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga juga. Harga jagung di pasar umum juga tinggi, jadinya makin mendorong para petani menanam jagung. Dan untuk menanam  jagung sayur atau jagung muda, saya juga tertarik karena mudah menjualnya. Soal harga jagung masak dan jagung sayur juga kami dengar sedang baik. Jadi, petani senang,” ungkap Rohidin yang diamini sesama petani anggota Kelompok Tani Dangdeur, yaitu Jumari (40) dan Sumarto (35).

    Selanjutnya Rohidin mengatakan bahwa lahan miliknya tidak semua ditanami karena kesulitan air. Hanya yang bisa dijangkau sumur bor yang ditanami dan bisa tumbuh dengan baik. Ada juga beberapa orang anggota tani yang gagal tanaman jagungnya karena kekeringan dan mati. Memang air di sumur bor masih ada, tetapi beberapa menit dipompa sudah habis, sehingga jagung tidak sempat minum secukupnya akibat panas yang sangat menyengat.

   Dia menambahkan para petani anggota Kelompok Tani Dangdeur sangat berterima kasih atas bantuan pemerintah karena bisa meringankan pengeluaran biaya. Untuk mengolah dan menanam jagung uang yang dikeluarkan mencapai 5 juta rupiah. Dengan demikian para petani masih berharap saat panen harga yang muncul saat ini sebesar 6.000 rupiah per kilogram (kg) kering pipil masih bisa diperoleh.

   Selanjutnya petani Sunarto mengungkapkan bahwa keinginan keluarganya menanam jagung bersama dengan petani lainnya adalah untuk memperbaiki pendapatan. Sengaja lahan seluas satu hektare milik keluarganya diolah untuk bertanam jagung. Pada saat panen kelak harga jagung hasil panenya tidak akan dipatok. Asalkan sesuai harga pasar pasti akan dilepas.

   “Kalau saat ini tengkulak menghargai jagung kami sebesar 6.000 rupiah per kg. Kami berharap saat waktu panen harga bisa mencapai 8.000 rupiah per kg. Pastilah keluarga bergembira,” kata Sunarto sembari tertawa dan mengusap pipi yang ditetesi keringat.

Harapan Tinggal Harapan?

   Dengan suara masih bersemangat, tetapi bergetar, Jumari anggota Kelompok Tani Dangdeur menceritakan bahwa ketertarikannya menanam jagung saat menjelang kemarau karena harga jagung sedang tinggi. Dengan demikian, Jumari berharap pada saat panen harganya lebih tinggi lagi atau paling tidak sama seperti sekarang.

   “Lahan saya seluas 1 ha dan saat ini saya tanami semua. Tetapi, harapan saya itu tinggal harapan karena tanaman jagung saya habis dimakan tikus. Dari 900 batang jagung sekarang tersisa 300 batang karena 600 batang jagung telah dipanjati tikus dan batangnya habis kemudian roboh ke tanah. Saya prihatin, padahal tikus itu telah kami beri racun, namun tidak mujarab. Malahan tikus itu makin banyak yang datang,” ungkap Jumari sambil menambahkan kalau tikus itu mati satu malah datang 20 ekor tatau lebih.

    Menurut Jumari, serangan tikus itu telah ada sejak awal pertanaman. Dari hari pertama setelah ditugal dan benih ditaruh, tikus sudah ada dan langung menghabisi benihnya. Ditunggu satu minggu tidak tumbuh-tumbuh, dikira benih palsu, kenyataannya dihabisi tikus. Karena tikus semakin banyak, akhirnya tidak diurusi lagi, sementara yang bisa tertinggal dan tumbuh malah kerdil karena tidak dapat minum air.

    “Kami perhatikan dan ikuti jalan tikus itu. Memang ada yang mati karena memakan racun. Namun, ada juga tikus yang tidak kembali ke tanaman karena mengendus aroma racun, sehingga tanaman bisa tumbuh sehat. Tetapi, kenyataannya tanaman saya tinggal kurang dari separuh yang mungkin sempat panen,” ungkap Jumari sambil tertunduk. Kemudian tertawa bersama-sama penyuluh lantaran panas dan melangkah meninggalkan tanaman dengan harapan Tuhan Maha Kuasa juga melindungi tanaman para petani.

     Dari Desa Sukakerta, petani anggota Kelompok Tani Sida Mukti Sarnoto (52) mengatakan bahwa lahannya seluas dua hektare hampir musnah diserang tikus. Lahan miliknya ditanami jagung merupakan swadaya keluarga atau bukan dari bantuan BRIN atau Kementerian Pertanian. Kendati bermasalah dengan hama dan kemarau, Sarnoto mengungkapkan dirinya tidak akan jera atau kapok menanam jagung dan komoditas lain di lahannya. Sebab, menurut dia, para petani tidak mengenal jera lantaran kehidupan keluarga hanya didukung dari sektor pertanian tanaman pangan. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang