Hasil Panen Ubijalar 45 Ton Per Ha Program CF-SKR Berdampak Positif
Tuesday, 6th December, 2016 | 804 Views

DENGAN hasil panen ubijalar (Ipomea batatas) atau lazim pula dikenal dengan predikat sweetpotato yang mencapai 45 ton per hektare (ha) yang didapat sekarang menandakan bahwa Program Counterpart Fund-Second Kennedy Round (CF-SKR) sudah berdampak posistif. Pola tanam yang lalu perlu dipertahankan, sehingga hasilnya juga menggembirakan atau lebih banyak lagi.

Milihat kenyataan produksi saat panen ubijalar tentu saja pihak Kementerian Pertanian berbangga hati karena sebelum ada program CF SKR hasilnya hanya 20 ton per ha hingga 30 ton per ha. Data yang ada itu harus betul-betul dijaga agar pihak Badan Pusat Statistik (BPS) di daerah bisa menjadi laporan yang valid ke pusat dan menjadi data resmi yang meyakinkan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Sub Direktorat Umbi-umbian, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi-umbian (Akabi), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Ir Kusyanto, MSi di sela panen ubijalar (Ipomea batatas) bersama Kelompok Tani Sembodo di Desa Karanglo, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng), akhir Desember lalu.

Data Cermat

Pada satu ubinan yang berukuran 2,5 meter (m) kali 2,5 m dengan jumlah tanaman 40 rumpun (tancap) didapat 45 ton untuk setiap hektarnya. Angka 45 ton tersebut didapat setelah dikonversi dengan guludan dan galengan sebesar 15 persen. Adapun jenis ubijalar yang dibudidayakan adalah kombinasi lokal atau daerah setempat dengan umur panen hanya 6 bulan sampai 7 bulan.

“Memang data ubijalar ini harus jelas dan lengkap dan dibuat secara terbuka atau transparan, sehingga pencatatan produksi oleh BPS Provinsi tidak keliru  yang bisa diakses semua pihak dan menjadi acuan semua pihak yang berkepentingan melalui BPS Pusat. Ini sangat penting, sehingga tidak perlu lagi diperdebatkan karena nantinya akan terjaga kebenaran kinerjanya melalui data yang cermat,” demikian Kusyanto.

Ketika diadakan dialog bertajuk Farmer Field Day (FFD) Kegiatan CF-SKR Ubijalar, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jateng 2016 Kusyanto menjelaskan bahwa para petani perlu melakukan tumpang sari tanaman lain di lahan budidaya ubijalar agar apabila terjadi harga yang murah saat panen tidak terlalu rugi. Misalnya, tanaman kol dan sawi serta kacang panjang. Dengan demikian, biaya produksi bisa tertutupi dan saat panen mendapat untung.

Menyangkut selingan tumpang sari itu diusulkan karena petani mengeluhkan harga sewa satu hekatere lahan di Karanganyar mencapai 100 juta rupiah. Untuk meningkatkan produksi, Kelompok Tani Sembodo yang telah memiliki lahan seluas 30 ha dengan anggota berjumlah 45 orang. Kelompok ini masih menginginkan perluasan lahan budidaya agar bisa memenuhi permintaan dari berbagai daerah atas olahan ubijalar yang mereka lakukan sendiri. Olahan ubijalar yang kini ada adalah kripik, stik, kue, grubi dan tapioca.

Dialog itu diikuti oleh anggota Kelompok Tani Sembodo dan Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Salam, Kecamatan Karang Pandan, Kabupaten Karanganyar,. Hadir dalam dialog seusai panen itu adalah Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar Ir Supram Naryo, Kepala Bidang Produksi TanamanPangan, Dinas Pertanian Provinsi Jateng Nuswantoro, SP, Staf biro Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Ir Agustriani dan Kepala Desa  Karanglo, Kecamatan Tawangmangu Sutardi.

Tanam Bertahap

Menurut Kusyanto, CF-SKR Ubijalar itu merupakan bagian kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang yang pelaksanaanya dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Pada 2017 mendatang diharapkan program CF-SKR itu bisa diteruskan mengingat dampaknya bagi petani ubijalar yang sudah menggembirakan.

Untuk permintaan petani agar diberi bantuan berupa alat pertanian pengering (dryer) dan perajang ubi, Kusyanto mengatakan bahwa hal itu bisa saja dengan mengajukan proposal kepada pemerintah di kabupaten dan provinsi. Kendati demikian, kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian juga bisa diajukan proposalnya. Soal CF SKR, pada 2016 ini akan berakhir dan segera dievaluasi karena pada 2017 tidak akan ada lagi.

Kasubdit Umbi-umbian Direktorat Akabi Ir Kusyanto juga berpesan kepada para petani agar tidak menanam ubijalar serentak pada luasan yang tersedia agar produksi tidak melimpah. Sebab, hukum pasar selalu bersinggungan dengan kondisi apabila barang banyak harga pasti turun atau murah. Hal tersebut terjadi sekarang, di mana sedang terjadi panen raya ubijalar, harga di pasar turun hingga mencapai 1.100 rupiah per kilogram (kg). Atau sebagian hanya 800 rupiah per kg. Dan agar harga menguntungkan kepada petani, tanam ubijalar dibuat bertahap, sehingga panen pun bertahap dan hasilnya bisa stabil. *sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang