“Hanjeli Bernilai Tambah Pasti Kami Ungkit, Tapi Alat SANGAT Minim”
Thursday, 14th September, 2023 | 431 Views

NILAI TAMBAH HANJELI secara bertahap akan ditingkatkan bersama para petani  di wilayah Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi. Selain untuk konservasi juga akan dikreasikan penganeka-ragaman pangan seperti olahan bubur dan kerupuk. Tetapi, juga makanan olahan lain yang berasal dari beras hanjeli itu. Namun, hal yang menjadi hambatan adalah alat mesin pengolah yang sangat minim, sehingga belum memadai untuk mendukung harapan.

   Hal tersebut disampaikan Asep Hidayat Mustofa, pengelola Rumah Hanjeli Indonesia (RHI) sekaligus petani hanjeli (Coix lacrymajobi) di Desa Waluran Mandiri kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Rumah Hanjeli Indonesia, Desa Waluran Mandiri, belum lama ini.

  Dia juga mengatakan bahwa pihaknya bersama para petani  menerapkan konsep modern pentaheliks, yaitu melibatkan berbagai pihak untuk pengembangan budidaya dan pengolahan hanjeli tersebut. Pihak partisipan pentahelik itu adalah kalangan pebisnis termasuk koperasi dan usaha kecil, para ilmuwan dari kampus, pemerintah, media massa penyebar informasi dan petani itu sendiri sebagai komunitas produsen.

   “Kami bertekat menggerakkan ekonomi masyarakat di sini walaupun kapasitas olahan masih kecil. Memang sekarang sudah ada rumah baca, lesung atau perangkat menumbuk biji hanjeli dan ketersediaan penduduk untuk menyediakan rumah mereka sebagai home stay bagi tamu yang akan menginap untuk mendalami keseluruhan tentang hanjeli dari hulu ke hilir. Tentu saja keadaan itu dapat menambah pendapatan masyarakat,” demikian Asep Hidayat seraya menambahkan bahwa semuanya itu untuk mendukung desa agrowisata.

    Menurut dia, hingga Agustus 2023 bantuan yang masuk ke desa itu berasal dari kalangan kampus yang meliputi penelitian dan pengabdian masyarakat. Bentuk bantuan tersebut antara lain pelatihan mengolah produk bermutu serta bantuan dari Dinas Pariwisata dan bantuan dari Bank Indonesia (BI) berupa bangunan senilai 300 juta rupiah dengan status CSR (Corporate Social Responsibility) atau pertanggungjawaban sosial perusahaan.

    Disebutkan, saat ini hanjeli yang dibudidayakan adalah mauwen atau pulut atau hanjeli ketan yang warnanya lebih putih dan lebih mudah dikupas. Kedua, ada hanjeli batok dikenal juga sebagai barley agak keras tapi masih bisa dikelupas dan lainnya henjeli batu yang tidak bisa dimakan, tetapi bisa dipergunakan sebagai hiasan atau diolah menjadi kerajinan manik-maink dan lain-lain.

    Perbandingan rendemen hanjeli untuk varietas ketan adalah 45:55, yaitu dalam 1 kuintal (ku) hanjeli hanya bisa menghasilkan 45 kilogram (kg) beras, 55 kilo kulit dan ampas dan dedak. Untuk varietas batok malah sampai 30:70, yaitu untuk 1 ku hanjeli hanya menghasilkan 30 kg beras dan sisasinya yang 70 kg adalah berupa ampas dan dedak.

    Hanjeli asli Indonesia adalah yang varietas ketan atau pulut lebih enak rasanya dan bisa tumbuh pada ketinggian di atas 500 meter, sedangkan yang batok atau barley adalah dari Amerika Serikat dan Belanda bisa tumbuh pada ketinggian mulai dari 200 meter dan keduanya bisa dimakan. Untuk hanjeli batu kenyataannya bisa tumbuh di mana saja atau pada semua ketinggian dan tidak bisa dimakan dan dikenal sebagai varietas vaar.

    Menurut Asep Hidayat, bahan dasar hanjeli telah dibuat sebagai sabun yang ternyata yang sangat bagus pada kulit karena antioksidannya sangat tinggi. Selain itu juga sudah dibuat sebagai dodol berbahan dasar tepun hanjeli. Harga produk beras adalah 35.000 rupiah per kg, harga rengginang 15.000 rupiah per bungkus seberat 100 gram, sabun muka 15.000 rupiah per kotak dan sari hanjeli adalah seharga 10.000 rupiah per botol.

   Nah, cerita Asep Hidayat, petani yang berpartisipasi membudidayakan dan mengolah hanjeli tersebut hanya memiliki satu mesin pengelupas. Itupun sangat kecil dan tidak bisa bekerja secara maksimal. Memang ada janji dari pihak lain untuk memberi bantu mesin yang lebih besar dengan fungsi ganda, tetapi kepastiannya belum jelas. Para petani memelukan mesin pengelupas dengan kapasitas memadai dan juga mesian penepung hanjeli. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang