Gapoktan PPM Desa Pagung Mengolah Padi Mentik dan Mapan Organik
Tuesday, 11th July, 2023 | 349 Views

BEBERAPA TAHUN BELAKANGAN ini beras organik makin diminati masyarakat luas. Hal itu seiring dengan tingkat kesadaran untuk memelihara dan menjaga kesehatan terkait dengan angka harapan hidup yang makin baik. Beras organik yang dihasilkan petani yang guyub pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pagung Podo Mulyo, Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.

   Menurut Ketua Kelompok Tani Sri Cahyo Mulyo Taji yang juga pengelola Mesin Pengering Gabah atau rice milling unit (RMU) padi organik di Desa Pagung, hingga pertengahan 2023 ini banyak konsumen yang meminta beras organik. Adapun luas lahan untuk padi organik yang dikelola para petani mencapai 8 hektare (ha) yang terdiri dari 2,8 ha di Desa Pagung dan sisanya di desa tetangga.

    “Hingga sejauh ini sudah banyak permintaan beras organik langsung kepada kami. Misalnya dari konsumen Kota Kediri sendiri dan dari Kota Surabaya. Setelah gabah atau padi dikeringkan di tempat kami, padi itu digiling di tempat lain dan menghasilkan beras, antara lain beras organik putih, merah dan hitam. Sebanyak 70 persen beras yang dihasilkan dijual kepada konsumen dan sisanya dimanfaatkan oleh anggota,” ungkap Taji kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Kediri, baru-baru ini.

    Disebutkan pula bahwa mesin yang merupakan bantuan pemerintah melalui Kementerian Pertanian pada 2018 itu memang dikhususkan mengeringkan padi organik. Petani beberapa desa yang menanam padi dengan pola organik antara lain Desa Bubang, Desa Sidomulyo, Desa Kanyoman dan Desa  Pohsaran. Harga beras putih organik adalah 20.000 rupiah per kilogram (kg), beras merah organik 25.000 rupiah per kg dan beras organik hitam 30.000 rupiah per kg.

   Secara terpisah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Pagung, Omega,SP menyebutkan bahwa pertanaman di Desa Pagung hanya mencapai dua kali atau indeks pertanaman (IP)-2 dalam setahun dengan luas untuk padi 250 ha. Luas tanam awal mencapai 125 ha. Para petani menanam padi varietas inbrida padi irigasi (Inpari)-42, Inpari-58, Mapa, Ciherang dan Membramo. Tetapi, ada juga varietas Mentik yang merupakan benih padi setempat.

   “Padi paling produktif adalah Mapan, Mentik, Ciherang dan Membramo. Dalam setahun beras yang dihasilkan dari mesin pengering gabah di Desa Pagung ini mencapai 240 ton. Rendemen gabah kering panen atau GKP adalah 50 persen atau setiap 100 kg GKP didapat beras 50 kg. Kemudian rendemen gabah kering giling adalah 65 persen atau setiap 100 kg didapatkan beras sebanyak 65 kg,” ungkap Omega, kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di Gedung Mesin Pengering Gabah, Desa Pagung, baru-baru ini.

    Selanjutnya dikatakan bahwa hasil panen yang didapat dari lahan organik itu memang sudah disertifikasi pihak yang berwenang. Bagian sertifikasi tersebut adalah water treatment air bersih dari kandungan kimia berukuran tinggi 50 centimeter (cm) dan lebar 1 meter (m) Di kolam kecil yang dinilai sudah memadai untuk tanaman organik pada luasan sekitar 1 ha itu ditanami kangkung (Ipomea aquatica) dan enceng gondok (Eichornia crassipes).

   Untuk memenuhi tanaman padi organik, demikian Omega, petani menggunakan pupuk padat dan pupuk cair. Untuk pupuk padat didapat dari hewan dan ternak, kapur dikomposer, gula tetes, dan sekam untuk bakteri dalam proses fermentasi yang kemudian ditabur ke tanah saat pengolahan. Untuk pupuk cair atau pupuk organik cair (POC) diolah dari sampah pasar dengan perlakuan khusus. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang