FAO: Kini 20 Juta Orang Indonesia Tidur Dengan Perut Lapar
Monday, 23rd October, 2017 | 991 Views
|
Oleh Dr Mark Smulders (Direktur FAO Indonesia)
OPINI- Marcus Smulders

Dr Mark Smulders (Foto:sembada/henry)

DALAM TAHUN INI sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia berangkat tidur dengan perut lapar karena tidak makan cukup. Rakyat Indonesia masih ada 20 juta orang yang kurang makan dan berangkat tidur dengan perut lapar, sehingga tidak sehat dan tidak bisa kerja produktif. Setiap tahun kita juga memikirkan saudara-saudara kita yang tidak memiliki pangan yang cukup untuk makan dan jumlah orang yang berangkat tidur dengan perut lapar setiap hari meningkat untuk pertama kali dalam beberapa dekade.

Setiap tahun kita memiliki tema internasional (dan tema nasional) untuk Hari Pangan Dunia. Tema internasional tahun ini adalah dampak migrasi, bukan hanya pada manusia, tetapi juga pada perbaikan status ketahanan pangan mereka. Tema tersebut adalah: Mengubah Masa Depan Migrasi; Investasi di Bidang Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan. Mengapa tema ini dipilih?

Migrasi memiliki dampak pada situasi ketahanan pangan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Di Indonesia banyak penduduk desa yang bermigrasi karena alasan ekonomi. Mereka bermigrasi dari desa ke kota, tetapi juga negara lain. Pada tahun 2014 jumlah resmi pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mencapai hampir 500.000 orang, di mana lebih dari separuhnya adalah wanita. Para migran tersebut mengirim uang kepada keluarga di kampung halaman agar keluarga mereka bisa menjalani kehidupan yang lebih baik.

Besaran kiriman uang tahunan dari para migran mencapai sekitar 10 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Makin sedikit penduduk desa yang memberi makan bangsa yang sedang berkembang Di Indonesia sendiri saat ini 45 persen penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan meski 1/3 pekerja formal di seluruh negeri masih bekerja di bidang pertanian, pekerjaan mereka menjadi semakin penting.

Dengan migrasi desa-ke-kota yang konstan dan terlepas dari jumlah penduduk yang meningkat, setiap tahun semakin sedikit orang yang tinggal di daerah pedesaan. Selama 15 tahun terakhir penduduk daerah perkotaan di Indonesia meningkat sebanyak 50 juta orang, sementara jumlah penduduk di pedesaan menyusut sebanyak 5 juta orang. Pada tahun 2016 saja  jumlah orang yang pindah dari daerah pedesaan ke perkotaan mencapai sekitar 7 juta orang.

Mengapa fakta ini penting? Karena sektor pangan dan pertanian tetap menjadi mata pencaharian utama dan penting bagi kesejahteraan masyarakat dan harus memberi makan seluruh bangsa baik yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Artinya, penduduk desa yang jumlahnya semakin sedikit harus memberi makan penduduk di seluruh negeri yang jumlahnya terus bertambah! Selain itu penduduk perkotaan cenderung punya diet yang lebih beragam daripada penduduk pedesaan yang artinya lebih banyak dan beragam pangan yang harus diproduksi.

Beri Makan Penduduk Indonesia

Dan, tentu saja, penduduk di pedesaan sendiri tetap membutuhkan diet yang lebih baik. Jadi, jika Indonesia ingin memberi makan penduduknya sendiri dengan komposisi makanan yang baik di masa depan, pemerintah harus membuat kehidupan di desa menjadi lebih menarik dan membuat pekerjaan di sektor pertanian lebih menguntungkan. Dan bukan hanya dalam memproduksi makanan pokok, tetapi SEMUA jenis pangan yang beragam demi diet yang sehat bagi SEMUA rakyat Indonesia, termasuk buah dan sayur, dan protein dari peternakan dan perikanan.

Migrasi Terpaksa: Konflik dan Kemiskinan Di seluruh dunia, sayangnya, banyak orang yang harus bermigrasi dengan terpaksa karena mereka tidak punya pilihan lain. Secara global saat ini ada sekitar 64 juta orang terlantar karena konflik dan kekerasan termasuk 500.000 orang Rohingya dari Myanmar, tetapi juga masih ada jutaan orang lagi di Timur Tengah, Afrika dan wilayah lain. Ini adalah jumlah tertinggi sejak Perang Dunia Kedua.

Jadi, tujuan lain dari HPS Ke-37 hari ini adalah menumbuhkan kesadaran dan mulai menangani faktor ekonomi, sosial dan politik yang menyebabkan perpindahan orang secara besar-besaran – dan membuat migrasi yang terpaksa tidak hanya lebih aman, tetapi juga membantu mengurangi tekanan bermigrasi sejak awal. Orang bermigrasi terutama dari daerah pedesaan, karena lebih dari 75 persen penduduk dunia yang miskin dan rawan pangan tinggal di daerah pedesaan.

Di Indonesia sebanyak dua pertiga  dari 28 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan, tinggal di daerah pedesaan, dan banyak keluarga bermigrasi karena alasan-alasan ekonomi, di mana mereka tidak melihat pilihan lain yang layak untuk keluar dari kemiskinan selain bermigrasi, baik itu ke perkotaan atau ke negara lain. Penduduk miskin di pedesaan terutama keluarga petani kecil, menghadapi cukup banyak kesulitan untuk mendapatkan akses kredit, jasa, teknologi dan pasar yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam dan tenaga kerja. Sebagian besar pekerjaan yang tersedia di bidang pertanian menghasilkan pendapatan yang kecil dan tidak stabil, kondisi keamanan dan kesehatan yang buruk, ketimpangan upah dan kesempatan bagi wanita, dan perlindungan sosial yang terbatas.

Karena akses yang terbatas ke pelatihan, keuangan dan penyuluhan dan fasilitas pemrosesan, prospek yang menarik sering kali lebih terbatas di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan. Keadaan ini harus berubah. Kita tahu bahwa solusi di bidang pertanian dan pembangunan pedesaan yang berkelanjutan bisa mengatasi akar masalah migrasi termasuk kemiskinan di pedesaan, rawan pangan, ketimpangan, pengangguran dan keterbatasan sumber daya alam karena degradasi lingkungan dan perubahan iklim.

Pembangunan Pertanian Berkeadilan

Menjadikan migrasi pilihan pembangunan pedesaan yang inklusif yang berkeadilan bagi semua pihak dapat membantu di semua bidang, membatasi masalah, mendorong keberlanjutan dan menjadikan migrasi sebagai pilihan yang tepat dan bukan keputusasaan. Kesempatan kerja yang baik bisa ditingkatkan melalui pertanian yang lebih produktif dan menguntungkan serta mendukung aktivitas mulai dari pemberian akses kredit, infrastruktur penyimpanan dan bisnis pemrosesan pangan – yang semuanya sangat dibutuhkan untuk meyakinkan anak-anak muda di daerah pedesaan yang jumlahnya meningkat dengan cepat bahwa ada kehidupan yang baik di daerah pedesaan, jauh lebih baik daripada perjalanan penuh risiko ke tempat yang tidak dikenal.

Walaupun demikian, migrasi sendiri memainkan peran yang positif dalam pembangunan pedesaan; migrasi musiman berhubungan sangat erat dengan kalender pertanian, dan remitansi-kiriman uang adalah kekuatan besar untuk meningkatkan kesejahteraan pedesaan dan produktivitas pertanian. Menurut data Bank Dunia, Indonesia berada di rangking ke-14 di antara negara-negara penerima remitansi pada tahun 2015 dengan perkiraan sebanyak 10,5 miliar dolar AS dikirim oleh pekerja Indonesia yang tinggal di luar negeri.

Aliran remitansi ke Indonesia meningkat sebesar 22 persen hanya dalam waktu satu tahun (dibandingkan tahun 2014). Jumlah remitansi yang dikirim ke Indonesia hampir setara dengan 1 persen PDB Indonesia. Kontribusi pra pekerja migran pada pembangunan harus diakui dan dihargai karena mereka menjadi jembatan antara negara asal, transit dan tujuan. Pihak FAO berupaya mengatasi akar masalah migrasi yang berarti mendorong pilihan-pilihan kebijakan yang memihak pada kelompok migran yang rentan.

Kelaparan Nol Mustahil Tanpa Membangun Desa

Dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs), di mana Indonesia juga ikut menandatangani, mustahil kita bisa mewujudkan cita-cita global zero hunger pada tahun 2030 tanpa menangani hubungan antara ketahanan pangan, pembangunan pedesaan dan migrasi. Ini saatnya kita mengatasi akar masalah dan melakukan aksi nyata untuk mengentaskan kemiskinan dan kelaparan dan membuat orang merasa aman dan makmur di tanah air sendiri.

Tema Nasional Hari Pangan Dunia di Indonesia Tema Nasional Menggerakkan Generasi Muda dalam Pembangunan Pertanian Indonesia untuk menjadi Lumbung Pangan Dunia terkait dengan tema internasional. Tema yang juga bertujuan untuk mengatasi penyebab utama migrasi desaa-ke-kota dengan penekanan khusus pada generasi muda di pedesaan. Sebagaimana yang dinyatakan dalam brosur HPS yang diterbitkan Kementerian Pertanian: “Pembangunan pedesaan…(harus) memberdayakan penduduk desa, khususnya generasi muda, melalui aktivitas produktif di sektor pertanian, hortikultura, perkebunan, perikanan dan kehutanan dengan cara-cara yang modern dan inovatif.

Perlu digaris bawahi, dalam rangka untuk menarik generasi muda untuk menggeluti bidang Pertanian, Perikanan dan kehutanan dengan cara yang lebih produktif, maka kita harus menggaris bawahi “inovasi pertanian” yang begitu peting dengan menanamkan investasi yang memadai untuk sekolah kejuruan dan pelatihan praktis teknologi pertanian. Selain itu juga memperkuat proses penyuluhan yang mampu memberikan akses generasi muda ke pengetahuan terkini dengan dukungan penyuluhan eletronik (e-extension), inovasi modern metode pertanian sekaligus didukung oleh mudahnya mendapatkan faktor produksi dan fasilitas kredit bagi generasi muda.

Selama bertahun-tahun FAO bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Maritim dan Perikanan serta Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam mendukung penghidupan di pedesaan yang lebih produktif, sehat dan menguntungan di seluruh Indonesia. Dan kami berharap bisa melanjutkan kerja sama dengan semua kementerian tersebut serta kerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten demi ketahanan pangan di Indonesia. Thank you all – and wishing you a Happy World Food Day! *

* Dr Marc Smulders adalah Direktur Food and Agricultural Organization (FAO) Perwakilan Indonesia. Stetemen di atas diracik dari sambutan pada Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke-37. Acara HPS Ke-37 diselenggarakan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) pada 19-22 Oktober 2017. 

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang