Dudi Gunadi: “Kami Memang Serius Melawan Hama Secara Berkelanjutan”
Monday, 29th February, 2016 | 802 Views

Pengantar Redaksi:

DITENGARAI bahwa kendala paling besar yang dihadapi petani Indonesia bukan ansich pada budidaya, melainkan pada sebaran hama dan anomali cuaca. Hingga kini peta menyangkut hama itu tak jelas, begitu juga tentang cuaca di negeri tropis dengan dua musim. Sebagai tanah air penghasil kakao terbaik di dunia dan juga produsen besar Redaksi Media Pertanian on-line www.sembadapangan.com melihat hama kakao masih merugikan petani. Dalam kaitan itu Wartawan Sembada Pangan Henry Supardi Simaremare berkesempatan mewawancara Drs Dudi Gunadi, BSc, MSi yang berbasis disiplin ilmu hama dengan maksud melihat sejauh mana hama diberantas. Dudi kini menjabat Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Berikut ini keterangannya.

Dunia masih melirik komoditas kakao negeri ini karena citarasa atau mutunya melebihi negeri lain.Tetapi, dunia tidak ingin melihat Indonesia maju sama seperti pada kopi. Bisa dijelaskan?

Ya, begitu.Memang kakao kita melebihi kualitas produk komoditi serupa dari negeri lain. Namun, soal dunia internasional yang akan merusak Indonesia tidak menjadi domain saya, walau dalam sistem kompetisi perdagangan dunia hal semacam itu membawa warna tersendiri. Soal kopi, lain kesempatan kita bicara. Begitu.

Apa masalah yang terjadi saat ini pada kakao Indonesia?

Masalah umum saja, sama dengan masalah pada makhluk lain seperti manusia juga, yaitu penyakit.

Seberpengaruh bagaimana? Parahkah gerangan?

Ada pengaruhnya yang belum tuntas karena berkaitan dengan alam. Misalnya, pada produktivitas dan pendapatan petani kita.

Belum tuntas? Kalau dilihat hidup manusia, ada dokter untuk berbagai penyakit termasuk spesialis penyakit berbahaya. Begitu juga untuk hewan atau binatang. Bagaimana dokter tumbuhan?

Waah…haha haha. Kami yang menangani hama. Belum perlu dokter tumbuhan, entahlah kelak di kemudian hari. Tetapi, hal yang jelas, hama itu bisa kita atasi dan kita beri pengetahuan pengenal hama kepada petani kita. Dan petani senang karena ada perhatian dari berbagai pihak terlebih dari pemerintah.

Apa penyakit kakao?

Ada tiga yang terpenting. Pertama, penyakit busuk buah oleh cendawan phytoptora. Kedua, penyakit pembuluh kayu ranting vascular streak dieback (VSD) pada ranting/cabang tanaman dan daun gugur cendawan. Dan ketiga adalah hama penggerek buah kakao (PBK) atau canopomoroba cramerella.

Ada info dari petani bahwa hal itu meluas dan sulit diatasi, kenapa terjadi?

Ah, tidak meluas. Juga tidak sulit diatasi. Biasa saja, di mana keberadaannya secara alami. Memang petani belum menyadari arti penting perawatan yang baik pada tanaman. Misalnya, pola PSPSP atau pemangkasan, panen sering, sanitasi dan pemupukan. Pola PSPSP ini belum teratur dan terjadual dilaksanakan petani, sehingga hama lebih cepat datang dan lebih lama bertahan. Pemangkasan bukan sekadar mengurangi ketinggian, tetapi bertujuan agar mikro ekosistem tanaman harus menjadi lebih baik dan membatasi hama.

Panen sering selain meningatkan pendapatan petani akan mengurangi hama ulat dan memutus siklus perkembangbiakannya. Pemupukan secara teratur untuk memberikan kecukupan hara, sehingga tanaman memiliki daya tahan untuk hidup dan berproduksi. Sanitasi adalah tindakan pembudidaya atau petani yang ditujukan agar ekosistem lebih sehat untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu sekitar perakaran dan pokok tanaman dibersihkan termasuk menyingkirkan kulit busuk yang terserang penyakit dari lingkungan tanaman.

Kalau tidak teratur dilakukan petani, berarti ada yang salah. Misalnya pemdampingan penyuluh minim, bagaimana?

Tidak ada yang salah. Para petani sudah dilatih atau diajari secara langsung dan dilibatkan mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPT). Dalam kaitan ini tidak ada kesulitan untuk pemahaman atau mempraktikkan pengetahuan yang diberikan. Semua yang dilakukan sederhana saja dan sasaran utama adalah memberi pemahaman yang utuh kepada petani menyangkut budidaya kakao yang berkelanjutan.

Apa feed-back yang didapat?

Tentu saja positif. Apabila ini dilakukan para petani secara benar dan berkelanjutan, sangat bisa dipastikan produksi kakao milik mereka bertambah. Sebab, seragan-serangan hama itu bisa menyebabkan kehilangan produksi hingga 40 persen. Dan apabila penanganan hama bisa dilakukan dengan menguranginya hingga 30 persen saja, pasti produksi kakao bisa terdorong sebesar 30 peren itu. Kalau penanganan lebih baik lagi pastilah hasilnya lebih meningkat.

Saat ini potensi produksi kakao mencapai tujuh kuintal per hektare (ha) per tahun. Dengan penanganan hama yang lebih terarah atau misalnya berkurangan serangan hama hingga 30 persen, produksi itu bisa naik mencapai hingga 1 ton per ha per tahun.

Apakah hal tersebut fakta atau laporan asal tuan senang (ATS)? Bisa dirinci?

Waah..! Tidak usah dirinci segala! Itu fakta. Bukan ATS atau ABS. Tidak percaya? Boleh nanti ke lapangan sana. Sama-sama buktikan bahwa itu merupakan kemajuan petani kita.

Jadi, apa kesimpulannya?

Dengan pemeliharaan yang baik, benar dan berkelanjutan terutama mengatasi hama akan mendorong atau meningkatkan produktivitas naik. Sebab, di semua daerah hama kakao itu ada, misalnya di Sumatera Utara atau Sulawesi.

Apakah petani dipastikan mampu mengurus hal itu?

Ya, bisa saja. Why not? Tetapi, agar hasilnya maksimal tetap perlu pendampingan agar terbiasa. Selain itu tetap dikaji standar kegiatan budidaya yag lebih baik lagi. Ini perlu agar menjadi kegiatan yang mendarah daging bagi petani. Toh mereka sendiri yang menikmati hasil yang baik itu. Misalnya, saat ini harga kakao bagus atau lagi bagus-bagusnya. Harga pasar mencapai 20.000 rupiah per kilogram (kg) dengan mutu bagus yang terukur dengan tingkat kotoran hanya 3 persen, cendawan 2 persen dan air 7 persen.

Dan menyangkut pendampingan atau penyuluhan tadi tetap perlu agar petani terbiasa. Selain itu perlu juga dikembangkan standar aktivitas budidaya agar petani secara utuh memahaminya.

                                                                                    **

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang