Dr Ir Kartika Noerwijati,MSi: Tanaman Ubi Kayu Varietas Unggul Belum Meluas
Wednesday, 12th October, 2016 | 1058 Views

SUDAH sejak beberapa tahun Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang, Jawa Timur mengumumkan atau melepaskan ubi kayu (Manihot utilissima) kepada masyarakat. Pengumuman itu melalui beragam pola termasuk kepada pihak dinas pertanian di setiap provinsi. Kendati demikian, menurut Dr Ir Kartika Noerwijati,MSi, peneliti dan pemulia ubi kayu di Balitkabi Malang, varietas unggul ubi kayu belum meluas digunakan atau ditanam petani. Berikut ini wawancara wartawan Media Pertanian online www.sembadapangan.com dengan Kartika di Gedung Pertemuan Balitkabi, baru-baru ini.

Adakah masalah yang dihadapi peneliti atau institusi Balitkabi ketika memperkenalkan setiap varietas unggul yang produktivitasnya semakin baik atau semakin tinggi dan dipastikan akan menguntungkan petani kita?

Memang demikian walaupun tugas dan fungsi kami tidak sampai jauh atau rinci kepada petani. Namun, dalam tahap evaluasi dan pemantauan, hal tersebut kami lakukan. Semacam penerangan atau sosialisasi. Itupun terbatas saja. Untuk perkembangan ubi kayu saat ini kami masih banyak terkendala di lapangan. Sebab, ubi kayu hanya ada di beberapa daerah yang menggunakan varietas unggul yang dihasilkan oleh Balitkabi. Varietas yang banyak digunakan saat ini hanya di Lampung, di mana 100 persen petani ubi kayu di sana  telah menggunakan bibit unggul.

Petani di provinsi atau kabupaten lain, bagaimana?

Di daerah lain persentase penggunaan varietas unggul masih sangat  kecil karena kebanyakan petani lebih  memlih bibit lokal. Mungkin terkait dengan pembelian atau harga, sedangkan bibit lokal bisa saja tidak dibeli. Bisa barter atau dibeli dengan sekadarnya. Untuk Pulau Jawa sudah semua provinsi mengenal varietas unggul dan banyak menggunakannya. Kemudian di Pulau Sumatera, selai Provinsi Lampung, Provinsi Sumatra Utara sudah memakai walau terbatas satu dua jenis varietas unggul. Misalnya, bibit ubi kayu unggul Adira-4 yang produktivitasnya bisa mencapai 40 ton per hektare (ha). Daging umbi bewarna putih yang sesuai untuk industri yang menghasilkan pati atu tepung. Varietas ini beradaptasi baik pada aneka jenis tanah dan kesuburannya. Umur panen adalah 10 bulan.

Itu untuk industri. Kalau untuk dimakan, jenis atau varietas apa?

Jenisnya adalah Adira-1 yang rasanya enak. Umur panen adalah antara 7 bulan hingga 10 bulan dengan potensi 25 ton pe ha. Daging umbi Adira-1 ini adalah kuning yang sesuai dengan keripik, ubi kukus dan tape. Satu lagi yang enak adalah Malang-1 yang potensinya mencapai 36 ton per ha. Daging umbinya putih kekuningan dan sesuai untuk konsumsi umu maupun untuk pati. Direbus juga enak dan baik. Masih banyak lagi varietas lain untuk diusahai petani, tetapi untuk dijual ke industri atau pabrik.

Di Kabupaten Simalungun atau Pematang Siantar (Sumatera Utara) ada pabrik besar mili PT Bumi Sari yang kapasitas gilingnya mencapai 700 ton per hari. Ada perusahaan Australia yang bekerja sama dengan pihak pabrik dan pihak Balitkabi siap mendukungnya. Adira-4 dan Adira-1 ini disebut petani di Sumatera Utara dengan ubi kayu Malaysia atau ubi karet. Ciri tanaman yang disebut itu sama dengan varietas keluaran Balitkabi.

Apakah petani menjualnya pasar tradisional? Atau diolah sendiri melalui kelompok tani?

Rata-rata petani di Sumatera Utara seteah panen langsung mengirimnya ke pabrik PT Bumi Sari itu. Dan ternyata produktivitas tanaman ubi kayu yang ada di sana rata-rata 50 ton per ha. Dan terlihat petani di sana sudah memiliki keadaan ekonomi yang sudah mapan. Cukup baik.

Bahkan ada petani yang kaya memberi kemudahan kepada petani yang kurang mampu berupa modal. Petani yang sudah kaya itu sekaligus sebagai pengumpul hasil petani miskin yang permodalannya dibantu. Tetapi, bantuan juga diberikan berupa bibit, pupuk dan uang. Setelah panen, uang penjualan dipotong.

Masalah harga, bagaimana?

Pada saat kami melakukan kunjungan kerja di lahan petani harganya 1.200 rupiah per kg. Itu harga kotor. Mungkin kalau dibawa ke pabrik harga itu akan berkurang dipotong ongkos angkut dan tenaga kerja. Jadi, bersih ke tangan petani sekitar 700 rupiah per kg. Itu masih menguntungkan. Dan semoga harga tetap di atas 1.000 rupiah per kg.

Tetapi, saat ini harga di seluruh Indonesia mulai dari Papua hingga Aceh-sumatera Utara hanya sekitar 600 rupiah per kg. Bahkan ada yang 400 rupiah per kg di Pulau Jawa. Adakah permainan spekulan? Atau pabrikan?

Mungkin saja. Sebab, saat ini sedang panen ubi kayu di mana-mana.

Wah waah, apakah kalau kondisi ini kelau berulang setiap panen ubi kayu akan mengurangi minat petani menanamnya?

Boleh jadi. Tetapi, petani sudah tahu sekarang cara menyiasati pasar itu. Kalau ubi kayu untuk industri tidak langsung dijual ke pabrik. Petani mengolah lebih dahulu.

Kalau dibandingkan dengan di Provinsi Lampung, bagaimana?

Untuk daerah Lampung varietas yang dipakai kebanyakan UJ-3  dan dan UJ-5. Di sana ada juga yang sempat memakai varietas unggul Litbang UK-2 untuk diolah menjadi bioetanol. Ubi kayu varietas UK-2 itu rasanya agak pahit, tetapi produktivitasnya mencapai 42 ton per ha dengan masa panen umur 9 bulan sampai 10 bulan. Kandungan etanolnya tinggi yang bisa mencapai 4,52 kg per liter bioetanol. Namun, ubi kayu ini cocok juga untuk pati dan tepung. Hal yang sama juga pada UJ-3 dan UJ-5 yang cocok untuk pati dan tepung. Produktivitas UJ-3 adalah 30 ton per ha, sedangkan UJ-5 adalah 36 tong per ha. Masa panen keduanya adalah 9 bulan. Budidaya UK-2 sangat berkembang di Lampung.

Tetapi, ada juga varietas ubi kayu yang produktivitasnya hingga 100 ton per ha. Ubi ini yang mana dan dari mana?

Itu juga dari Balitkabi Malang. Itu hasil pemuliaan kita. Namanya Darul Hidayah (DH) yang ditanaman di Provinsi Lampung dengan produktivitas 100 ton per ha. Memang untuk konsumsi yang enak, kami di Balitkabi baru punya Adira-1, Malang-1 dan DH itu yang telah dilepas kepada petani. Khusus DH, umum panen agak lama, yaitu 11 bulan hingga 1 tahun. Kelemahan DH adalah tidak bisa ditanam di semua kondisi lahan. Di Lampung sangat cocok, tetapi di tempat lain hasilnya bisa makin berkurang. Dalam waktu dekat akan dilepas dua varietas unggul yang enak dikonsumsi.

Kenapa demikian?

Sebagian besar ubi kayu itu untuk pangan. Saya berkeinginan membuat satu varietas yang khusus untuk pangan, semisal biofortifikasi yang mampu meningkatkan kandungan gizi pada tanaman. Misalnya, untuk meningkatkan kandunagan gizi itu bisa dilakukan pada saat proses pemasakan. Hal inni telah kami lakukan di Balitkabi dengan mengolah tiwul yang dicampur dengan kacang ijo. Karbohidratnya dari ubi kayu sementara sumber proteinnya dari kacang ijo. Ini secara olahan.

Apakah memang mungkin ada secara alami?

Itu dia. Kami ingin seperti itu. Kalau secara biofortifikasi ini secara alami, jadi kita membentuk tanaman baru yang mengandung nilai gizi lebih tinggi.  Kami masih memilik koleksi palsmanutfah yang bisa direkayasa. Kami akan evaluasi jenis mana  yang mempunyai kandungan betakarotin paling tinggi. Ini kami akan cermat untuk membuat klon baru. Kami banyak mimpi di Balitkabi. Kami berangan-angan yang besar. Kendati demikian, fasilitas yang ada di Balitkabi sangat terbatas walau pun kemampuan ada. Kami masih melakukan pemuliataan benih secara konvensional. Belum secara bioteknologi. Memang kedua cara itu akan saling melengkapi. Sekali lagi kami butuh laboratorium berteknologi tinggi di atas yang sekarang. Itu mimpi kami di sini. Boleh punya mimpi, bukan?

Harus. Thomas Edison pernah bermimpi sebelum menemukan lampu pijar yang menerangi kita sekarang ini. Albert Einstein juga begitu sebelum mengikrarkan teori relativitasnya termasuk Henry Ford sebelum merekayasa mobil hebat Ford yang dipakai pebisnis dunia. Lalu, wujud mimpi itu kapan kalau begitu? Mungkinkah ada ubi kayu yang mampu hasilkan makanan selama 1 bulan untuk 1 keluarga 5 jiwa oleh 1 batang pohon ubi?

Yaaah, wujudnya kelak di kemudian hari. Hasil seperti itu mungkin saja. Bisa. Tetapi, secepatnya. Ya, secepatnya karena kami berkompetisi dengan peneliti di level Association of South East Asia Nations (ASEAN). Juga dengan Jepang dan Korea Selatan serta Cina. Begitulah kami….!!  *

 

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang