Di Kediri Pada 2023 Padi Hasil Panen Petani Disimpan, Mutu Petani Masih Harus Didorong Dengan Inovasi Teknologi
Monday, 10th July, 2023 | 276 Views

DENGAN MELIHAT KEHIDUPAN para petani saat ini dipastikan bahwa para petani masih mengharapkan peningkatan mutu untuk pengolahan termasuk  pada mutu sumber daya manusia petani itu sendiri. Rata-rata di atas 40 tahun, sehingga para petani lebih kreatif dan berpikir ekonomis menjalankan usaha tani mereka.

    Hal tersebut dikemukakan oleh, Kepala Seksi Usaha Tani dan Pascapanen, Dinas Pertanian Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur (Jatim) Deni Manggiharto,SP dan, Kepala Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri Didik Himawan Pribadi,SP. Keduanya ditemui di BPP Kecamatan Semen, Kediri, belum lama berselang.

    Menurut Deni, para penyuluh pertanian memang tetap menyadari keadaan tersebut, dimana para petani yang ada sekarang sudah berusia lanjut. Para penyuluh melihat kehidupan petani sekarang ini masih mengharapkan peningkatan kualitas atau mutu terutama para petani itu sendiri. Upaya peningkatan tersebut perlu dilaksanakan agar para petani bisa inovatif dan bisa lebih pintar lagi untuk membaca peluang-peluang yang ada yang menguntungkan untuk ditanam.

   Dia menambahkan bahwa pola tanam di Kecamatan Semen adalah padi-padi-jagung atau padi-jagung-kacang tanah. Untuk pasca panen yang paling potensi diolah adalah padi yang dijadikan beras. Sebab, beras adalah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat banyak. Walaupun seperti itu pengolahan padi belum dikembangkan menjadi turunan lainnya, seperti kue atau tepung karena padi diutamakan menjadi beras kemudian dijual. Bagi petani hal itu sudah cukup dan untung.

    “Para petani juga menanam singkong atau ubi kayu. Hasil panen ubi kayu telah dikembangkan menjadi produk makanan berupa gatot dan tiwul yang digemari masyarakat. Di wilayah kami gatot dan tiwul malah disini menjadi sentral pembuatan gatot dan tiwul itu. Semua olahan petani itu dijual di sekitar daerah ini saja belum dikirim ke daerah lain,” demikian penjelasan Deni.

     Selanjutnya dikatakan bahwa jagung ada juga yang diolah menjadi susu jagung, tetapi tidak banyak. Dengan kata lain volume atau jumlah pengolahan pasca panen masih semi tradisional, selain untuk konsumsi berupa beras ada juga menir atau ujung beras untuk dijadikan tepung.

     Khusus pasca panen untuk padi, petani menggunakan harvester dryer karena diketahui lebih tinggi harga jualnya dibandingkan dengan panen menggunakan alat lainnya berupa manual maupun dengan mesin perontok biasa. Menurut petani, para pengepul  lebih senang kalau padi yang dipanen menggunakan harvester dryer lantaran lebih bersih. Juga tidak ada jerami, sehingga ketika ditimbang aka nada selisih harga sampai 500 rupiah untuk setiap kilogram.

Mutu SDM Petani

   Menurut Didik Himawan Pribadi,  di wilayah Kecamatan Semen terdapat dua irigasi dan dua sungai yang terbilang besar yang menampung curah hujan, yaitu sungai Bruno dan sungai Podang. Lantaran irigasi teknis itu di Kecamatan Semen dan kecamatan tetangga bisa dilaksanakan tiga kali pertanaman atau indeks pertanaman (IP-3) dalam setahun, seperti padi-padi-kacang tanah atau padi-jagung-kacang tanah.

    “Nah, ini yang cukup mengherankan bahwa  di wilayah kami para petani tidak terbiasa menanam kedelai walupun banyak pabrik tahu dan tempe. Para pengusaha tahu dan tempe tersebut mengambil bahan baku kedelai dari desa tetangga, seperti Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Bojonegoro dan dan Kabupaten Sragen. Potensi wilayah ini paling dominan adalah padi, jagung, kacang tanah, singkong,” ungkap Didik,

   Dikatakan pula bahwa di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan, benih yang tersedia akan dipakai untuk demonstration plot (Demplot) pagi para petani. Para petani mandiri atau anggota kelompok tani bisa dilatih cara bertani modern di BPP. Para petani dilatih memahami dan menjalankan pola pertanian inovatif dengan memanfaatkan teknologi.

    Didik menambahkan bahwa untuk tanaman padi rata-rata petani selama 2023 sudah untung karena harga yang menggembirakan. Keuntungan itu adalah berupa jumlah yang disimpan untuk kebutuhan keluarga sendiri dan sebagian dijual kepada pengepul. Pada musim panen yang baru lewat haraga gabah kering panen (GKP) mencapai 6.000 rupiah per kilogram (kg).

    Harga yang bagus itulah yang menggembirakan para petani. Adapun profitas padi mencapai 6,1 ton per hektare (ha). Profitas jagung adalah 7 ton per ha dan kacang tanah 14 ton per ha dengan harga  sebesar 14.000 rupiah ker kg. Secara umu atau tradisional indikasi hasil panen bagus dan untung adalah pelaksanaan kenduri atau hajatan rumah tangga dengan mengundang para tetangga desa dan pestan gundhuh mantu atau menikahkan anak. Anggota masyarakat akan berbondong-bondong ketika acara dimulai dengan membawa bakul berisi beras, ada telur, ada mi, kopi, gula-teh dan uang.

     “Di Kecamatan Semen tersedia luas lahan untuk untuk padi mencapai 1.237 ha, untuk jagung seluas 2.400 ha dan untuk kacang tanah seluas 300 ha. Khusus di Kecamatan Semen petaninya berbeda-beda karena ada pertanaman dengan pola padi-padi dan jagung atau padi- jagung-jagung,” Didik menambahkan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang