Di Kalimantan Utara Air Sumur Jadi Garam Setelah Dimasak
Tuesday, 23rd October, 2018 | 811 Views

 

DUA SUMUR AIR tawar yang terletak di Desa Long Midang, Kecamatan Krayan Barat, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara kini dimanfaatkan warga untuk memproduksi garam. Setelah air tersebut dimasak dengan kayu bakar selama 24 jam, materinya berubah menjadi garam. Proses pembuatan garam dari sumur warga ini disaksikan oleh Bintang Puspayoga dalam kunjungan kerjanya ke Kalimantan Utara, baru-baru ini.

Siapa Bintang Puspayoga itu? Ia adalah istri Menteri Koperasi dan UKM AAA Pusayoga yang kini menjadi Anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) di Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Bintang menyempatkan waktu mengunjungi pusat produksi garam gunung yang terletak di perbatasan dengan Serawak, Malaysia.

Di lokasi ini terdapat sebuah bangunan yang terbuat dari papan dengan luas sekitar 20 x 10 meter yang dijadikan sebagai tempat produksi garam petani lokal. Bahan baku garam sendiri diambil dari dua sumur air yang letaknya di samping bangunan. Untuk menghasilkan garam, air sumur itu harus dipanaskan hingga 24 jam lamanya menggunakan kayu bakar.

“Jadi, airnya kita ambil dari dalam sumur lalu kami panaskan. Nanti kalau sudah lama akan berubah menjadi garam, seperti kita masak nasi saja,” ujar sang petani.

Selama berada di tempat produksi garam tersebut Bintang lebih banyak berdialog dengan petani garam. Di samping itu meninjau sumur air yang dijadikan sebagai bahan baku garam. Ia terkesan dengan sumur tersebut karena airnya berasa asin, padahal terletak di bawah lembah perbukitan.

“Ini rasanya asin, tapi bisa diolah, padahal pada umumnya garam itu diambil dari laut. Ini justru dari air gunung. Ah, ini memang unik,” lanjut Bintang.

Menurut Asdep Permodalan Kemenkop dan UKM  Luhur Pradjarto, pihaknya memberi penghargaan atau apresiasi kepada petani garam Krayan karena mampu memanfaatkan potensi daerah hingga bernilai ekonomi. Karena itu para petani garam didorong mengikuti program pelatihan yang diadakan Kemenkop dan UKM. Dengan demikian, pengelolaan usahanya berjalan baik yang pada akhirnya bisa lebih maju dan berkelanjutan.

“Mudah-mudahan petani garam di sini atau masyarakat sekitar sini mempunyai usaha yang khususnya bisa memanfaatkan potensi alam daerah itu bisa kita sentuh sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh kementerian,” kata Luhur.

Di tempat yang sama Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan KUMKM Kalimantan Utara Hartono mengungkapkan bahwa pihaknya telah membuat rencana untuk menambahkan dua bangunan baru tempat produksi garam yang lebih besar. Program itu akan direalisasikan pada tahun 2019 dengan total anggaran sebesar 2 miliar rupiah yang berasal dari APBD Provinsi Kalimantan Utara.

Garam Gunung

Dengan menambah tempat produksi yang baru, Hartono berharap produksi garam bisa meningkat. Saat ini produksi garam di Kecamatan Krayan setiap hari berkisar 15 kilogram (kg) hingga 20 kg per satu kelompok. Walaupun hanya untuk konsumsi masyarakat lokal, garam gunung asal Krayan ini memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya tidak berisiko penyakit gondok, dan bisa menyembuhkan penyakit amandel.

“Kalau ada warga kena penyakit amandel kasih dia garam itu sembuh karena sudah terbukti,” tandasnya dengan penuh keyakinan.

Selain Luhur dan Hartono, turut dalam kunjungan tersebut Ketua Dewan Kerajinan Nsional Daerah (Dekranasda) Kalimantan Utara Rita Ratina Irianto, Asdep Pengembangan Peran Serta Masyarakat Kemenkop dan UKM Haryanto, Asdep Organisasi Badan Hukum Koperasi Retno Endang Prihantini serta pihak kecamatan dan, serta petugas perbatasan dari personil gabung TNI dan tentara Malaysia.

Untuk menuju lokasi Bintang Puspayoga bersama rombongan harus menempuh perjalanan darat kurang lebih 40 menit dari kota kecamatan, dengan melintasi jalan darat yang berlumpur dan tanjakan serta banyak tikungan. Begitu tiba Bintang langsung menyapa petani garam yang saat itu tengah sibuk mengaduk garam dari dalam wajan yang terbuat dari belahan drum.

“Bagaimana bu air ini bisa jadi garam,” tanya Bintang kepada salah seorang petani garam saat ditemui di lokasi, seperti dikemukakan Humas Kemenkop dan UKM RI kepada Media Kelautan onlinewww.maritimporosnusantara.com di kantornya,Senin (22/10).

Seusai meninjau tempat produksi garam gunung, Bintang bersama rombongan menuju Krayan Barat untuk meresmikan beroperasinya pasar rakyat. Setibanya di lokasi, ia langsung menggunting pita menandai peresmian pasar tersebut, disaksikan Camat Krayan Barat Yuni Sere bersama puluhan pedagang.

Pasar rakyat ini dibangun atas swadaya masyarakat setempat, karena selama ini belum tersedia pasar permanen yang bisa digunakan masyarakat untuk memasarkan hasil panen dan juga kerajinan tangan khas mereka. Masyarakat sebelumnya berjualan di pinggiran jalan dan depan rumah masing-masing.*sembada/herbert

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang