Belum Tentu Akan Gagal Panen Jangan Terka Ada Serangan Hama Atau Penyakit
Wednesday, 20th July, 2016 | 844 Views

SANGAT penasaran. Ingin segera tiba di tempat, di mana hama dan penyakit tanaman padi disebut-sebut petani sudah merajalela di beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Diperkirakan—kalau lancar—perjalanan dari Bandara Udara (Bandara) Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang (pengganti Polonia Medan) ke lokasi pertanian di Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara akan ditempuh dalam 150 menit atau dua setengah jam. Tetapi, perempuan gesit dan seorang lelaki—juga gesit—seolah ingin melihat dan menyentuh padi yang berpenyakit itu yang dicemaskan akan gagal panen.

Dan benarlah. Dua jam tiba di pinggir jalan raya Medan-Pekanbaru di perbatasan Kabupaten Batubara dan Kabupaten Asahan. Di sana sudah menunggu petugas OPT yang memandu hingga ke desa dengan perjalanan sekitar setengah jam lagi. Langsung ke kawasan tanaman yang diduga terserang OPT di Desa Pematang Giring, Kecamatan Sei Suka. Petugas OPT itu adalah Eddi Safri Siregar (Koordinator POPT-PHP Kabupaten Batubara, Provinsi Sumut), Slamet Riyadi dan Mulyadi masing-masing Petugas UPTD Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara. Petugas ini menaiki sepeda motor “plat merah” yang sudah tua bantuan pemerintah pusat.

Itulah Nurhijjah boru Siregar dan Bukhari. Nur, begitu ia sering disapa adalah Kepala  Unit Pelaksana Teknis Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT BPTPH), Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Dan Bukhari adalah pejabat fungsional ahli hama di UPT BPTPH Sumut. Mereka berdua mendampingi Kepala Subdit Pengendalian OPT Serealia, Direktorat Perlindungan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Ir Deddy Ruswansyah,MM yang khusus datang dari Jakarta untuk melihat serangan OPT itu.

Sesampai di persawahan, Nur bergegas mendekati tanaman padi yang akan berbuah (belum berbunga). Ia memperhatikan dengan seksama diikuti petugas OPT kabupaten dan kecamatan. Sangat serius. Di pematang lain Bukhari sibuk membolak-balik daun dan batang padi. Nur berujar kepada petani bahwa kalau ada gangguan hama seperti apapun harus segera lapor kepada petugas OPT agar penanganannya tepat sasaran.

Rajin Komunikasi

Artinya, petani jangan menunggu fuso baru lapor. Sebab, kalau kejadiannya sudah parah nantinya tidak akan teratasi lagi. Ia melihat hamahama putih penggerek daun. Hama itu menggulung daun padi, sehingga kelihatan seolah menghancurkan tanaman.

“Serangan ini bukan penyakit blast. Ini ulat putih,” teriak Bukhari. “Tetapi, ini ada satu dua blast. Ini belum apa-apa,” kata Bukhari lagi sembari memetik daun yang di atasnya ada bercak cokelat kemerahan petanda blast.

“Semua yang ada di hamparan ini adalah ulat putih daun. Ini segera akan hilang terutama pada siang hari. Ini tidak berbahaya walau daun digulung untuk bersembunyi. Kalau ada hujan dan dipupuki sebelum menguning, ulat itu akan jatuh atau hilang sendiri dan terjadi pemulihan daun dengan kondisi yang bagus. Jadi, keluhan petani akan gagal panen tidak akan terjadi,” seru Nur dengan suara keras tegas sembari mengusap wajahnya yang dialiri keringat. Maklum saat itu sedang terik dan sangat panas. Kosmetik yang dikenakannya ke sawah itupun sedikit terurai.

“Kalau ini kondisinya, pasti tidak perlu dikhawatirkan gagal panen atau puso. Ini tidak menjadi persolan besar,” ungkap Bukhari, ahli hama yang sudah “menggauli” hama dan penyakti tanaman selama lebih dari 25 tahun. Dari jarak agak jauh saja Bukhari bisa “meneropong” apakah tanaman diserang penyakit akibat blast atau virus maupun hama (kutu, ulat) ganas.

“Semua baik-baik saja. Ayo kita ke lahan lain di kecamatan lain. Kita tanggapi dan cermati keluhan petani di sini,” ujar Bukhari sembari bergegas dari pematang sawah itu.

“Ya, tetapi tunggu dulu. Ini ada hama kupu dan walang sangit. Ini memang bisa mengganggu karena mengisap zat susu atau protein pada biji padi, tetapi ini tidak seberapa. Belum mengganggu karena belum menyerang tanaman secara masif. Mungkin hama ini mampir saja dari lahan yang sudah dipanen di desa lain, speerti yang di sebelah,” kata Nur, sembari menunjuk lahan sawah yang telah dipanen. Kali ini wajahnya yang masih berkeringan terlihat agak berbinar.

“Iya bu Nur, aya ke tempat lain saja. Kita seriusi. Kami datang dari Jakarta untuk mengetahui apakah keluhan petani soal puso atau gagal panen akibat hama dan penyakit benar terjadi. Dan kenyataannya di sini belum terjadi, ayo kita kita lihat lagi,” ujar Ir Deddi Ruswansyah sambil tertawa dan melirik petani yang tanamannya ditinjau siang itu.

Jangan Menerka

Sambil berjalan Nur mengatakan bahwa permasalahan yang terjadi di daerah itu ni karena benih yang ditanam tidak jelas asalnya. Pihak perlindungan tanaman atau petugas OPT tidak mengetahuinya kecuali ada info bahwa padi varietas unggul Mekongga banyak ditanam di Kabupaten Batubara dan Kabupaten Serddang Bedagai.

“Bantuan dari  pusat belum ada, tetapi petani mendapatkannya langsung karena diantar  dengan truk peti kemas kepada petani. Katanya benih itu dari Jawa Barat pada Februari dan Maret. Bantuan ini kami tidak tahu dan kualitasnya pun kami tidak tahu. Memang hal itu tugas pihak lain, kami mengawasi dan mengamati tanaman saja,” kata Nur.

Ia menyampaikan kepada petani bahwa apabila petugas OPT termasuk koordinatornya tidak tampak di lapangan apalagi tidak bekerja di lahan tanaman petani agar dilaporkan ke pihak petugas pertanian. Pasti ditindak kalau tidak menjalankan tugasnya mengamati dan melaporkan kalau ditemua ada hama atau penyakit tanaman.

“Semua harus dilaporkan segera apakah ada hama yang disebabkan ulat, kutu, bakteri atau virus dan jamur. Kalau demikian, pasti segera ditangani karena hal itu akan merugikan semua pihak. Dan petani jangan sampai menerka-nerka, misalnya hama putik daun disebut blast. Kalau ada blas akan menyerang tanaman tidak ada ampun. Semua bisa lenyap. Hancur karena tidak ada gejalanya,” kata Nur.

Serangan Tidak Ada

Rombongan pun menuju Desa Tanjung Sigoni dan Desa Simodong di Kecamatan Sei Medang Deras, Kabupaten Batubara. Di dua desa yang bersebelahan itu sedang panen padi pada lahan sekitar 1.000 hektare. Di saluran irigasi yang membelah dua desa itulah Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama gubernur Sumut dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut meresmikan irigasi dan memberi bantuan berupa traktor tangan dan mesin multiguna untuk menanam padi pada 2015 lalu.

Para petani yang tergabung di Kelompok Tani Serasi  menanam padi vaietas unggul Ciherang dan varietas unggul Mekongga. Karena sebagian besar lahan di sana telah selesai panen akibat ketakutan terhadap serangan OPT, terlihat di beberapa petak lahan padi siap panen berkumpul “binatang” belalang, walang sangit dan hawar daun. Ada juga ulat putih penggulung daun.

“Ini pak, banyak hama di tanaman padi saya. Sebelumnya daun padi saya ini banyak putihnya dan saya cemas hasil padi saya akan merosot akibat hama ini. Padi teman-teman petani lain juga mengalami hal yang sama dan lekas-lekas dipanen sebelum dimangsa hama,” demikian Ajin Simanjuntak (52) yang memiliki tanaman seluas 1 ha.

Petak sawah yang ditinjau itu berukuran  12 rante setara 20 meter persegi kali 20 meter persegi untuk satu rante atau seluruhnya sekitar 4.800 meter persegi. Tanamannya adalah varietas Ciherang dan diakui pada 2015 yang lalu menghasilkan 8,5 ton per ha. Petani lain adalah padi varietas Mokongga dan telah dipanen lebih awal karena khawatir terserang hama dan menjadi puso.

Menanggapi hal itu Deddi dan Nurhijjah serta para ptugas OPT lainnya serentak mengatakan bahwa yang terjadi pada tanaman itu bukan serangan blast. Binatang yang ada sekarang adalah hama berupa kutu dan ulat. Dan ternyata serangannya tidak ada atau hanya kecil.

Menurut Deddi, sepanjang petugas OPT melaksanakan profesinya dengan sungguh-sungguh, maka hama blast tidak akan eksplosif atau merajalela. Sebab, pengamatan selalu dilakukan setiap minggu, sehingga kalau ada blast yang mengganggu tanaman pasti sudah diketahui lebih awal sebelum terjadi serangan habis-habisan. Hal yang sama dikatakan oleh Nur bahwa hama apapun selalu diamati, dicatat, dilaporkan dan direkomendasikan untuk dibahas di provinsi dan kepada Pemerintah Pusat.

Nur masih penasaran soal hama dan penyakit itu dan berjanji akan berkunjung ke lahan pertanian lain di Kabupaten Serdang Bedagai. Kawasan yang dipilih adalah di hamparan sawah beririgasi di pinggir laut arah Selat Malaka yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Batubara. Rombongan meninggalkan Desa Tanjung Sigoni menuju Medan pada pukul 19.00 dengan waktu tempuh 210 menit atau 3,5 jam untuk beristirahat dan kemudian esok hari ke Kabupaten Serdang Bedagai. *

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang