- Koordinator Fungsional Pengawasan Mutu Benih Ahmad Yusuf,STP,MM knjungan kerja monev kesiapan tanam di Kab.Banyuasin, Sumsel (Foto:sembada/rori)
- Koordinator Penyuluh Kec.Rambutan Sunarno (kiri) kepada Henry Supardi dari Media Pertanian online sembadapangan.com (tengah) dan Ahmad Yusuf berkata kemarau pengaruhi tanam terlambat lebih sebulan (Foto:sembada/rori)
- Ketua Gapoktan Pinang Mas Suryanto (kiri), Ketua Kelompok Tani Harapan Desa Sungai Pinang Wardoyo (tengah) dan PPL Desa Sungai Pinang Dwi Rahmayanti,SPt berharap hujan segera curah agar benih bisa ditanam (Foto:sembada/rori)
- Para petani yang tergabung pada beberapa kelompok tani penerima benih seusai temu tim monev Dit.Perbenihan yang dipimpin Ahmad Yusuf (4 berdiri) didampingi Ketua Koptan Maju Sejahtera Desa Sugai Pinang Sariman (2 kanan duduk) di latar belakang hamparan lahan siap tanam (Foto:sembada/rori)
- Tim monev Dit. Perbenihan dipimpin Ahmad Yusuf (kiri) dan staf Virda Aziza,SP (tengah) bersama Koord.Penyuluh Kec,Rambutan Sunarno (kanan) tinjau lahan siap tanam di Desa Sungai Dua,Kec.Rambutan (Foto:sembada/rori)(Foto:sembada/rori)
- Ketua Gapoktan Sobolia Desa Sungai Dua,Kec.Rambutan Bambang Irawan (3 kiri) dan Ketua Koptan Selat Kandis II Aleksander (3 kanan) bersama bersama tim monev Dit.Perbenihan, Kementan di lahan siap tanam (Foto:sembada/rori)
LANTARAN MASIH TERPENGARUH musim kemarau panjang, para petani di Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Rambutan Desa Sungai Pinang belum bisa bercocok tanam padi dan mundur lebih dari sebulan. Kendati benih bantuan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) segera diterima pertengahan November 2023 ini, benih itu secepatnya ditebar. Para petani di wilayah ini menanam benih di lahan rawa lebak dengan pola tabur benih langsung atau TABELA tanpa disemai.
Hal tersebut dikemukakan para petani yang tergabung pada Gaubungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pinang Mas, Desa Sungai Pinang, Kecamatan Rambutan, Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan(Sumsel) pada saat menerima kunjungan kerja pejabat Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan, Kementan yang dipimpin Koordinator Fungsional Pengawasan Mutu Benih Ahmad Yusuf,STP,MM.
Menurut Ahmad Yusuf, pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan bidang tanaman melalui monitoring dan evaluasi (monev) terkait penyaluran benih. Hal tersebut meliputi volume benih, asal-usul, varietas dan masa tumbuh. Selain itu pihak Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan harus memastikan mutu benih melalui penelusuran sertifikasinya. Artinya, benih yang disalurkan oleh pihak mitra yang telah ditetapkan oleh Kementan harus bersertifikat label biru.
Benih Tiba Segera Sebar
Dari pertemuan dengan petani diketahui persis bahwa benih belum sampai. Untuk itu dalam kesempatan monev disampaikan peraturan dan petunjuk dari Direktorat Perbenihan, Ditjen Tanaman Pangan. Dengan demikian, para petani yang akan menerima benih dengan pola tabela apabila lahan telah cukup air.
“Diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama hujan sudah turun dengan curahan yang cukup untuk menggenangi atau membasahi persawahan. Kedatangan kami kali ini untuk monitoring bantuan benih walaupun bantuan benihnya belum sampai, tetapi telah direncanakan akan disalurkan satu minggu lagi dari sekarang,” Yusuf menjelaskan saat bertemu di rumah Sariman, Ketua Kelomok Tani Maju Sejahtera Desa Sungai Pinang, belum lama berselang.
Menurut Koordinator Penyuluh Kecamatan Rambutan Sunarno, di Desa Sungai Pinang terdapat luasan sawah mencapai 618 hektare (ha) yang merupakan terluas di Kecamatan Rambutan yang mencapai 5.216 ha. Saat ini para petani sudah melakukan pengolahan tanah dengan cara mentraktor, sehingga tinggal menunggu air hujan turun. Apabila hujan turun beberapa kali para petani akan segera menabur benih.
Sunarno menambahkan, karena pola tanam yang dipakai adalah tabela, maka benih yang digunakan mencapai 35 kilogram (kg) untuk setiap hektare. Bantuan benih dari pemerintah hanya 25 kg, sehingga petani akan menambahkan 5 kg lagi. Bahkan petani membeli benih 10 kg menambahkan yang 25 kg agar benih yang ditabur itu bisa maksimal mengisi lahan yang tersedia. Namun, itu tergantung dari keadaan yang dihadapi petani. Sebab, bisa saja dicukupkan bantuan pemerintah yang 25 kg tersebut.
Selanjutnya Ketua Kelompok Tani Harapan Desa Sungai Pinang Wardoyo mengemukakan, atas nama para petani menyampaikan terima kasih atas kunjungan kerja pihak Kementerian Pertanian melakukan monev ini. Para petani sudah siap menerima kiriman bantuan benih dari pemerintah, lahanpun juga sudah siap untuk ditanami karena petani sudah melakukan olah tanah beberapa waktu yang lalu.
Ketua Gapoktan Pinang Mas Suryanto mengatakan bahwa kondisi alam yang ada saat ini telah menunda tanam selama sebulan lebih. Berarti kalau benih datang pertengahan November dan hujan tercurah dalam jumlah yang mencukupi, tanam benih akan segera dilaksanakan oleh petani yang tergabung pada 11 kelompok tani di Desa Sungai Pinang dan satu kelopok tani di desa sebelah, tetapi menjadi kesatuan kelompok tani di Desa Sungai Pinang.
Ikan Nila Jadi Hama
Menurut Suryanto, di wilayah itu baru bisa dua kali musim tanam atau panen dalam setahun. Untuk musim tanam (MT)-1 petani melakukan tanam pindah atau melalui persemaian pada April hingga September. Kemudian untuk MT-2 Oktober hingga Maret dilakukan dengan pola tabela. Khusus MT-1 para petani mempersiapkan benih berlabel hingga 50 kg untuk satu hektare, dimana sebagian untuk cadangan atau berjaga-jaga menyulam kalau benih di persemaian dimakan keong mas.
“Tidak mungkin mulus saja waktu penyemaian. Kalau mulus-mulus saja tanpa ada gangguan dari organisme pengganggu tanaman atau OPT berupa keong mas itu benih 30 kg sudah cukup. Jadi, sebagian itu kami gunakan jika ada kerusakan di persemaian. Atau untuk penyulaman di sawah ketika sudah ditanam karena banyak keong mas,” katanya.
Beranggotakan 25 petani dengan garapan lahan seluas 30 ha, Ketua Kelompok Tani Maju Sejahtera Desa Sungai Pinang Sariman mengatakan bahwa saat musim tanam yang lalu terdapat ikan nila yang menjadi hama atau OPT. Ikan yang menjadi organisme pengganggu tanaman atau OPT itu memakan padi di saat padi mulai tumbuh sampai berumur 1 bulan. Kendati demikian, apabila daun padi sudah besar dan keras gangguan sudah berkurang bahkan terhenti.
“Ikan itu datang ketika air mulai pasang. Begitu air surut, semua ikan juga pergi ikut arus air yang datang dari sungai. Untuk ikan nila pengganggu ini dibasmi petani dengan menyebar racun di air. Caranya bisa disemprotkan ke dalam air yang ada di sawah kemudian ikan itu akan mati,” demikian Sariman.
Pada kesempatan yang sama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sungai Pinang Dwi Rahmayanti,SPt mengatakan bahwa para petani sangat mengharapkan ada bantuan pompa untuk menghadapi musim kemarau seperti saat ini. Kendati sumber air ada dari aliran Sungai Komering, jaraknya cukup jauh, sehingga harus diambil dengan selang dan pompa.
“Tetapi, walaupun petani belum mempunyai pompa di kelompoknya, kami telah melakukannya dengan meminjam pompa kepada pihak Balai Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura maupun kepada pihak Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman. Nah, apabila ada bantuan pompa dan selang tentu kami siap melaksanakan pertanaman sampai MT-3. Memang kami belum pernah mencoba karena keterbatasan peralatan,” demikian Rahmayanti seraya menambahkan bahwa yang tergabung di Gapoktan Pinang Mas sebanyak 23 kelompok tani dengan jumlah keseluruhan 250 petani.
Menyambangi petani di Desa Sungai Dua yang juga Kecamatan Rambutan terkait dengan kesiapan tanam, menurut Ketua Gapoktan Sobolia Bambang Irawan, para petani yang tergabung pada dua kelompok tani dengan jumlah 51 orang itu sudah menunggu benih. Para petani yang menggarap lahan tadah hujan seluas 51 ha itu semua telah mengolah lahannya dan benih siap ditabur. Hal kesiapan tanam tersebut juga dianggukkan oleh Ketua Kelompok Tani Selat Kandis II Aleksander. *sembada/rori/henry
populer
HEMAT KAMI KINI condong untuk mengatakan bahwa frase mimpi tidak lagi saat tidur. Bisa saja saat kerja atau saat minum kopi. Atau saat bergurau
Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang