Petani Jagung Perlu Saling Bermitra Dengan Petani Peternak
Saturday, 28th December, 2019 | 960 Views

KINI SUDAH WAKTUNYA para petani jagung saling bermitra atau bersinergi dengan petani peternak agar terjadi simbiose yang saling menguntungkan. Petani jagung beruntung, petani peternak beruntung dan bahkan konsumen juga akan beruntung. Sebab, hampir 90 persen jagung yang dihasilkan petani adalah untuk pakan ternak terutama unggas petelur dan pedaging.

 

 

Hal tersebut ditegaskan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Drh I Ketut Diarmita kepada wartawan Media Pertanian online www.sembadapangan.com menjawab pertanyaan peluang petani jagung bersinergi dengan petani peternak. Hasil panen jagung (Zea mays) sangat melimpah yang bisa dimanfaatkan secara maksimal, seperti pucuk tanaman jagung dan bonggolnya.

“Pucuk dan bonggol jagung itu juga baik untuk pakan ternak sebagai tambahan. Itu dengan mudah bisa diolah. Limbah dari pabrik jagung juga bisa diolah untuk bahan pakan ternak yang bergizi tinggi, sehingga  petani jagung mendapatkan hasil yang bagus. Semua pihak mendapatkan hasil yang wajar yang juga berdampak pada konsumen di pasar yang membeli telur maupun daging dengan harga yang wajar pula,”demikian Diarmita seusai melakukan Panen Raya Jagung Hibrida Berbasis Korporasi Petani di Desa Bulakan, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Banten, belum lama berselang.

Selanjutnya Ketut Diarmita berujar bahwa pemerintah sangat  memperhatikan petani jagung agar tidak merugi, dimana mereka bisa mendapatkan harga yang baik dan bagus  serta jauh dari tengkulak. Karena ulah tengkulak kenyataannya banyak merugikan petani. Dan sepanjang harga jagung petani masih di atas 3.000 rupiah untuk setiap kilogram masih menguntungkan petani jagung.

Kebutuhan Industri Pakan

Dia menambahkan pula agar petani menanam jagung pada luasan beberapa hektare, sehingga kelebihan atau keuntungannya lebih banyak. Dengan demikian, harapan pemerintah petani peternak juga bisa membeli jagung untuk kegunaannya sebagai bahan pakan ternak. Harapannya, petani peternak juga mendapatkan harga jagung dengan harga yang wajar, sehingga petani petrnak yang menjual telur produksi mereka kepada konsumen  juga bisa dijual dengan harga yang terjangkau pula. Artinya, harga telur di pasaran tidak mahal.

Sebelumnya Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mengungapkan bahwa jagung merupakan komoditas pangan strategis kedua setelah pagi. Dasi sisi utilitasnya, pemanfaatan jagung lebih kompleks dibandingkan padi karena di Indonesia jagung tidak saja dimanfaatkan sebagai komsumsi langsung untuk pangan. Namun, juga akan dimanfaatkan oleh industri pakan, peternak ayam petelur serta industri benih.

Untuk kebutuhan jagung industri pakan pada 2019 ini diperkirakan sebesar 8,6 juta ton. Ini ditambah  dengan kebutuhan jagung peternak mandiri sebesar 2,9 juta ton. Hal ini menjadi pendorong perkembangan agribisnis jagung di Indonesia dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan petani serta motor penggerak pembangunan di pedesaan.

Menurut Ketut Diarmita, melalui pengembangan kawasan jagung berbasis korporasi ini diharapkan kerjasama yang makin kuat antara kelompok tani maupun lembaga masyarakat des hutan (LMDH) yang berbudidaya jagung dengan pihak Perum Bulog dan industri pakan ternak. Dengan demikian, stabilitas harga jagung akan terjaga dan minat petani untuk membudidayakan jagung juga terus terpelihara dengan semangat yang tinggi dalam mendukung ketahanan pangan Indonesia. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang