Petani Jagung Kab.Lebak Dengan Sentuhan Korporasi Melek Teknologi Dan Beruntung
Saturday, 28th December, 2019 | 933 Views

PARA PETANI BEBEERAPA desa di Kecamatan Gunung Kencana , Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kini telah mengecap pengetahuan sekaligus pengalaman budidaya jagung (Zea mays) dengan memanfaatkan inovasi teknologi dan kemitraan dengan korporasi. Sebelum tersentuh keorganisasian atau kelembagaan petani untuk bermitra dengan perusahaan, para petani tidak tahu-menahu budidaya jagung, pengolahan pupuk organik, benih varietas unggul, penanganan hama serta pemanfaatan teknologi bertani.

            Hal itu terpotret pada saat Rapat Evaluasi dan Pemantauan di Desa Bulakan, Kecamatan Gunung Kencana oleh para pejabat dari instansi terkait. Evaluasi tersebut dilakukan bersama oleh pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Banten, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP), Provinsi Banten, Sekretatriat Perencanaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP), Kementerian Pertanian serta Direktorat Perlindungan Tanaman, Ditjen TP. Selain itu juga dilibatkan para penyuluh serta  mantri tani desa.

            Diketahui secara transparan bahwa lahan petani termasuk milik PT Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) di Kecamatan Gunung Kencana, Lebak selama ini belum pernah ditanami komoditas pangan, seperti jagung termasuk usaha tani. Artinya, lahan milik PT Perhutani itu belum dimanfaatkan optimal untuk produksi pangan jagung. Situasi yang dihadapi warga di wilayah ini adalah belum pernah membudidayakan jagung serta usaha korporasi. Pemanfaatan atau pengenalan teknologi terkait itu juga belum pernah.

            “Bahkan para petani di sini bergerak sendiri-sendiri. Belum pernah berorganisasi dan belum pernah mengenal pasar komoditi jagung atau pangan lainnya. Pada gilirannya dampak negatif dari situasi itu adalah bahwa daya saing petani dan wilayah desa sangat rendah dibandingkan dengan desa-desa di sekitarnya,” demikian keterangan Kepala Seksi Perencanaan, Ditjen Tanaman Pangan Puji Astuty,SP,MP. Ia didampingi oleh Staf Seksi Perencanaan Andrie Januar, AMd.

            Dalam program Pemerintah Pusat, budidaya jagung di Kecamatan Gunung Kencana yang terdiri dari beberapa desa, antara lain Desa Bulakan, Gunung Kendeng, Kramat Jaya dan Tanjung Sari Indah telah dijadikan sebagai Proyek Percontohan Jagung Nasional. Proyek percontohan tersebut dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan memanfaatkan lahan PT Perhutani Provinsi Banten. Lahan yang sudah ditanami sejak 2018 mencapai 1.000 hektare (ha). Para petani menerima bantuan benih, pupuk serta alat mesin pertanian berupa traktor. Bahkan juga sarana prasarana produksi berupa embung dan bak penampung air.  Untuk tahap pertama pihak PT Perhutani Provinsi Banten menyediakan lahannya seluas 3.000 ha.

            Dari pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Banten, menurut Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Ir Sobirin, para petani di Kecamatan Gunung Kencana sudah mendapatkan manfaat besar seusai menerima kehadiran perusahaan di desa mereka. Perusahaan yang dilibatkan dalam budidaya jagung tersebut selain pihak PT Perhutani adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) yang akan membeli dan menampung semua produksi jagung petani. Para pihak yang terkait dengan itu termasuk pemerintah provinsi, kabupaten dan dinas-dinas serta perusahaan maupun pihak kelompok tani yang tergabung di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) telah menandatangani nota kesepahaman budidaya dan pembelian jagung petani.

            Memang kenyataannya kini di Gunung Kencana telah ada usaha tani, di mana para petani yang mulai bersemangat berorganisasi itu menanami lahan PT Perhutani secara tumpang sari antara kayu putih dengan jagung. Hasilnya juga menggembiarkan, di mana setiap hektare menghasilkan jagung antara 5 ton per ha hingga 9 ton per ha. Dari prodoksi panenan itu para petani mendapatkan hasil sebesar 3.150.000 rupiah per bulan per petani.

            Hitungannya adalah harga jagung saat ini mencapai 3.500 rupiah per kilogram (kg). Apabila dikalikan volume 6 ton atau 6.000.000 kg per ha didapat 21.500.000 rupiah per ha. Untuk biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah 12.000.000 rupiah per ha, sehingga didapat keuntungan sebesar 9.500.000 rupiah per ha per panenan tiga bulanan. Artinya, dalam sebulan bisa mendapatkan sebesar 3.150.000 rupiah.

            “Hal ini menarik perhatian petani. Ini memang menguntungkan karena rupiah yang mereka dapat jauh melebihi upah buruh kayu putih atau upah di ladang,” ujar Puji.

            Dari lingkungan para petani juga diperoleh keterangan utuh bahwa pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya jagung maupun pola usaha atau korporasi muncul dan menggembirakan. Para petani sudah dapat menerima teknologi budidaya jagung, penggunaan dan pemanfaatan alat mesin pertanian, pengendalian organisme   pengganggu tanaman (OPT) serta pengetahuan manajemen organisasi pertani melalui kelompok tani.

            Setelah berorganisasi dengan membangun kelompok tani menjadi lembaga untuk maju bersama dan bermitra dengan korporasi, para petani memahami kehadiran kepastian pasar jagung untuk pakan ternak dengan kebutuhan yang sangat banyak. Para petani pun makin bersemangat untuk menanam jagung karena ternak terutama unggas sangat memerlukan jagung untuk pakannya, sehingga dihasilkanlah TELUR dan DAGING untuk konsumsi masyarakat luas.

         Dampak ikutannya setelah para petani membentuk organisasi dalam LMDH yang kemudian bermitra dengan korporasi itu adalah peluang untuk bersaing dengan wilayah lain. Ini berdampak positif terhadap desa lain karena masyarakatnya sangat ingin meniru atau mencontoh para petani yang telah berorganisasi itu untuk menanam jagung.  Ke depan pertanian desa berbasis korporasi akan terus dikembangkan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang