Kabid Penyuluhan Dinastan Kab.Subang: Kalau Penyuluh Satu Orang Satu Desa Surplus Padi Pasti Lebih Tinggi
Sunday, 6th September, 2020 | 1151 Views

KENDATI SATU PENYULUH pertanian membina dua atau tiga desa, khusus Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat tetap surplus gabah hingga 60 persen. Artinya, wlaupun penyuluh pertanian kurang, tetapi hasil pertanian padi tetap surplus. Bagaimana pula kalau penyuluh satu orang untuk satu desa? Waa….surplusnya pasti lebih tinggi lagi.

      Dasar pertanian moderen telah disuluhkan kepada para petani yang berhimpun di 2.560 kelompok tani yang ada di Kabupaten Subang. Walaupun ada yang mengikuti suara hatinya karena berpengalaman bertani secara turun-temurun, tetapi hampir semua kelompok tani menerima pikiran bagaimana cara meningkatkan produksi pangan terutama padi.

       “Karena kami para penyuluh adalah agent of development tentu kami telah menjadi bagian dari transfer teknologi, sehingga beragam informasi teknologi kekinian kami bagikan kepada para petani. Kami berupaya keras mengajak dan melibatkan kaum muda untuk bertani karena sudah ada teknologi yang bisa dimanfaatkan. Jadi, para pemuda yang mau bertani tidak lagi harus mencangkul, tetapi mengendalikan dan memanfaatkan teknologi. Kami telah membuka jalan untuk itu,” ungkap Kepala Bidang Penyuluhan dan Sumber Daya, Dinas Pertanian Kabupaten Subang Sulaiman Sidik, STP,MSi kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya baru-baru ini. Dia didampingi oleh Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Subang Amas Sutarmas,SP.

     Menurut Sidik, dalam pertanian moderen pendampingan para penyuluh sangat penting, sehingga tingkat adaptasi para petani terhadap teknologi betul-betul memadai. Para penyuluh sudah atau harus memahami bahwa sukses itu hanya bisa diraih kalau pendampingan berkelanjutan. Artinya, para penyuluh hadir secara tatap muka dalam kurun waktu yang memang telah disepakati dengan petani.

        Selanjutnya disebutkan bahwa perubahan iklim saat ini terhadap pola tanam dan minat petani untuk mengolah tanah tidak terlalu terpengaruh secara signifikan. Sebab, Kabupaten Subang hujan turun secara normal. Selain itu sumber air tanpa henti masih tersedia dan irigasi ada secara memadai.

       “Selama halodo atau kemarau Subang aman saja. Pada musim halodo petani tetap tandur atau menanam. Pada musim gadu atau penghujan ya tetap tandur. Sampai kondisi itu tanaman tetap aman dan kami hanya berupaya mengamankan produksi untuk ketahanan pangan nasional,” Sulaiman Sidik menambahkan.

     Dia menegaskan bahwa para penyuluh sudah punya komitmen penuh agar produksi padi Kabupaten Subang stabil, sehingga para penyuluh harus dekat dengan petani. Permasalahan yang dikeluhkan petani secepat mungkin dan sedapat mungkin diselesaikan. Atau dicari pemecahannya, entah itu menyangkut pada taraf budi daya atau hulu hingga hilirnya, seperti pascapanen dan pemasarannya.

Manajemen Penyuluh

      Menurut Amas Sutarmas, saat ini Kabupaten Subang memiliki baku lahan teknis dan tadah hujan seluas 84.000 hektar (ha). Lahan itu itu hampir merata di sebanyak 30 kecamatan dan 20.300 desa. Aktivitas pertanian dikelola sebanyak 2.650 kelompok tani, tetapi yang aktif berkontribusi terhadap pertanaman dan produksi padi hanya sekitar 30 persen.

       “Selebihnya tetap kami bina dan dampingi, sehingga kelas atau golongan kelompok taninya bisa ditingkatkan dengan aktivitas yang sesuai untuk pertanian moderen,” demikian Sutarmas.

          Untuk pendampingan, katanya, panduan pada Sistem Informasi Manajemen Penyuluh atau yang lazim desebut SIMLuh sudah diterapkan di lingkungan petani. Dengan demikian, para petani sudah dilibatkan dalam pertanian moderen. SIMLuh itu antara lain mengusung penerapan teknologi informasi maupun inovasi teknologi dalam usaha tani.

       “Ada benih padi varietas unggul baru yang produktivitasnya tinggi dan tahan terhadap hama, ada alat dan mesin pertanian untuk mengolah tanah, pemakaian pupuk secara terukur, memanen dan mengolah gabah menjadi beras. Petani juga dilibatkan mengikuti Program Usaha Agribisnis Pedesaan atau PUAP, sehingga diupayakan keuntungan memihak kepada para petani,” Amas Sutarmas menjelaskan.

     Dia juga menambahkan bahwa di sektor pertanian telah diperkenalkan lima jurus kemampuan kelompok tani. Kelima jurus tersebut adalah kemampuan merencanakan kegiatan, kemampuan melaksanakan, kemampuan evaluasi, kemampuan kerjasama dan kemampuan pengumpulan modal usaha. Contohnya, kemampuan membuat Rencana Definitif Kelompok atau RDK dan Rencana Definitif Kerja Kelompok. Semua itu dikaitkan dengan kelembagaan kelompok atau gabungan kelompok maupun kelembagaan penyuluh. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang