Era Baru Pengembangan Industri Pangan dan Produk Pangan (Food and Product Food)
Sunday, 18th November, 2018 | 986 Views
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Dr Hendriadi (Foto:sembada/dok)

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Dr Hendriadi (Foto:sembada/dok)

PANGAN DAN PRODUK PANGAN mempunyai sumbangan besar pada perekonomian nasional, berpengaruh terhadap inflasi. Industri pangan dan minuman menjadi penyumbang kedua terbesar Pendapatan Domestik Bruto non migas.

Industri ini menyumbang 6,14 Persen PDB non migas pada tahun 2017 dengan pertumbuhan 8,3 persen. Oleh karena itu pengembangan industri mamin harus dijadikan prioritas dalam pembangunan ketahanan pangan. Industri pangan dan produk pangan khususnya yang berbasis tepung-tepungan saat ini masih  banyak menggunakan bahan baku impor.

Dalam lokakarya International Plant Industry di Universitas Jember (Unije), Jawa Timur, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Dr Agung Hendriadi mengatakan bahwa pada 2018 impor gandum dan terigu diperkirakan lebih dari 11 juta ton atau meningkat rata-rata 12,2 persen per tahun.

“Di sisi lain Indonesia mempunyai potensi besar menghasilkan tepung singkong, jagung dan pati  sagu. Produk tepung lokal tersebu dapat dijadikan bahan baku industri FPF. Untuk itu saya mengajak semua pihak melokalkan bahan baku industri FPF. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya perubahan kebiasan (habit movement) baik di sisi hulu, usaha tani,  maupun sektor paling hilir, yaitu meningkatkan konsumsi  produk pangan yang berbahan baku lokal,” tambah Hendriadi.

Perubahan usaha tani ini,menurut Agung Hendriadi, dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani. Produktivitas singkong misalnya harus mampu mencapi 50 ton per hektare (ha). Dengan produktivitas diatas 50 ton, petani dapat menjual singkongnya sekitar  1.200 rupiah per kilogram (kg) dan sudah mendapatkan untung besar. Dengan harga singkong kurang dari 1.200 rupiah kg akan dihasilkan tepung mocaf dengan harga sekitar 5.000 rupiah per kg. Harga tersebut bisa bersaing atau minimal sama dengan terigu untuk industri.

Apabila produktivitas singkong lebih dari 50 ton perha, harga tepung mocaf bisa lebih rendah lagi. Melihat peluang tersebut kita bisa mendapatkan inovasi dan teknologi budidaya singkong yang mempunyai provitas 80 ton per ha. Sementara itu  BKP akan  merumuskan kebijakan agar  FPF dapat  meningkatkan penggunaan komponen bahan baku lokal. Untuk itu semua stakeholders untuk mulai mewujudkan gerakan melokalkan bahan baku lokal. *sembada

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang