Menyelamatkan Bumi dan Menjaga Keragaman Hayati PPM UNAS Kumpulkan Para Ilmuwan
Friday, 18th June, 2021 | 622 Views

PERSATUAN BANGSA-BANGSA atau PBB memanfaatkan momentum Hari Lingkungan idup Sedunia untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan serta mendorong perhatian dan tindakan politik di tingkat dunia.

   Sebagai sebagai tak terpisahkan dari masyarakat akademis, pihak Pusat Pemberdayaan Masyarakat Universitas Nasional (PPM-Unas) menghimpun setiap aksi sosial yang mendukung upaya penanganan krisis dalam berbagai bidang. Isu lingkungan yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat juga meKnjadi fokus penanganan PPM-Unas.

    Bekerja sama dengan pihak Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Komda DKI Jakarta khususnya bidang Pengembangan Taman dan Hutan Kota, PPM-Unas terpanggil untuk ikut berperan serta mengedukasi masyarakat dalam aksi lingkungan. Pihak PPM-Unas proaktif  menggugah kepedulian dalam merawat dan menjaga kehidupan ekosistem yang berkelanjutan.

    Ketua PERAGI Komda DKI Jakarta Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH,MH dan Wakil Rektor Bidang PPMK Unas Prof Dr Ernawati Sinaga,MS,Apt sama-sama berharap kerjasama ini sebagai upaya menyadarkan masyarakat. Sebab, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Selain itu kerjasama itu dapat diadakan secara berkelanjutan agar tetap bisa membantu dan ikut melestarikan penghijauan dengan program-program yang lebih membumi.

    Ketika membuka secara resmi pelaksanaan kegiatan itu Ernawati Sinaga menyebutkan bahwa edukasi mengenai isu lingkungan yang masih perlu disampaikan secara bertahap kepada masyarakat luas. Diharapkan semua lapisan harus mengelola lingkungan ini dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati kita. Adapun tema kegiatan itu adalah Pengelolaan Lingkungan Berbasis Keanekaragaman Hayati dan Permaculture untuk Mendukung Kehidupan Ekosistem Berkelanjutan.

   Komite Nasional MAB Indonesia dan Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Prof Dr Ir Y. Purwanto,DEA mengungkapkan bahwa keanekaragaman hayati apabila dapat dikembangkan akan bisa menjadi sumber kehidupan untuk saat ini dan masa depan. Selain keanekaragaman hayati, Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya yang luar biasa. Apabila diidentfikasi bisa menjadi gagasan yang luar biasa dan dapat diakui dunia seperti subak Bali.

   “Kita harus identifikasi pengetahuan lokal untuk kita tampilkan ke dunia, sehingga ini menjadi kebanggaan bangsa. Kuncinya adalah apapun yang kita miliki, kita kembangkan dalam biodiversity sebetulnya untuk sumber kehidupan kita dan untuk masa depan. Biodiversity for the future karena pada masa yang akan datang biodiversity akan menjadi sumber energi,” ujar Purwanto sembari menambahkan bahwa hal yang dapat kita lakukan adalah merawat keanekaragaman hayati.

  Senada dengan yang disampaikan Pusat Kajian Tumbuhan Tropika Universitas Nasional Prof Dr Dedy Darnaedi,MSc mengatakan untuk merawat keanekaragaman hayati berarti setiap individu wajib menyelamatkan bumi. Bahkan hal itu terutama bagi Indonesia yang dinyatakan sebagai mega biodiversity country oleh Pusat Pengawasan Konservasi Dunia PBB.

   Dia menambahkan bahwa upaya yang dapat dilakukan yaitu restorasi ekosistem dengan hal reklamasi, reboisasi, revegetisasi, reintroduksi dan restorasi. Semacam mission statements, harus dibuat. Artinya, selama ini sumber daya alam diambil begitu saja, sehingga harus dikembalikan agar terjadi keberlangsungan kehidupan berkelanjutan secara ekosistem.  Setiap orang harus mengupayakan untuk bersahabat dengan alam, memulai dari yang paling kecil di lingkungan rumah kita. Menanam pohon, menyiram dan merawatnya dengan kasih sayang.

Mendukung Kehidupan Berkelanjutan

    Selaku Ketua Pelaksana Seminar yang juga Kepala PPM-Unas Ir Etty Hesthiati,MSi juga mengundang narasumber muda Founder Sendalu Permaculture Gibran Tragari  dengan tujuan sebagai satu bentuk sosialisasi dari aksi nyata untuk ikut berpartisipasi mendukung kehidupan ekosistem yang berkelanjutan.

   Menurut Gibran, permaculture bagi dirinya ialah, “Bagaimana kita mendesain sistem kehidupan kita dengan menggunakan sumber daya alam yang ada, itu (berkaitan) dengan etika dan prinsip yang baik. Bukan sekadar teknik dan metode tapi kearah etika dan prinsip-prinsipnya. Dalam menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem yang berkelanjutan juga diperlukan kesadaran kita dalam memperlakukan bumi. Setidaknya ada tiga etika permaculture yang disampaikan Gibran. Tiga etika yaitu peduli bumi, peduli sesama manusia dan berbagi adil atau berlau seadanya atau berkecukupan.

Mengomentari paparan para narasumber Ir Anggia Murni mengungkapkan bahwa apa yang dipakai para penghuni bumi saat ini bukanlah untuk manusia yang hidup saat ini semata, tetapi harus ditinggalkan dengan baik untuk anak cucu di masa mendatang. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini setidaknya diikuti oleh 150 peserta dan dipandu oleh Lukman Hakim, SSi, MSc. *sembada/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang