Kabid TP Dinas Pertanian Kab.Cianjur: Kami Tak Akan Nyerah, Kami Kejar LTT Walau Belum Hujan
Saturday, 7th December, 2019 | 1031 Views

SATU DI ANTARA sentra pangan Provinsi Jawa Barat (Jabar) adalah Kabupaten Cianjur. Kendati kemarau berkepanjangan hingga minggu ketiga November ini, pihak Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur tidak akan menyerah mengejar pertanaman. Para petani bersedia kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Cianjur merealisasi luas tambah tanam atau LTT  hingga 17.000 hektare (ha) sembari menunggu hujan curah. Selagi percaya mujizat bisa saja curahan hujan teratur dan merata.

      “Ya betul. Kami terganggu oleh iklim kemarau yang panjang saat ini. Datang gerimis beberapa kali lalu terhenti. Hujan sekali turun lalu tak muncul lagi. Akibatnya pengolahan lahan sawah terbengkalai karena air tidak ada. Benih yang disemai menguning lalu mati. Walaupun seperti itu kami berupaya keras mewujudkan LTT seluas 17.000 ha pada November 2019 ini,” ungkap Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura, Kabupaten Cianjur, Jabar Ir Heni Irianti,MAP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya di Cianjur, baru-baru ini.

       Heni bercerita bahwa kini tersedia benih varietas baru yang dihasilkan oleh para doktor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Balai Pengkajian Tknologi Pertanian (Baltbangtan BPTP) Lembang, Jabar. Varietas baru tersebut adalah Rindang dan Nawacita serta Inbrida Padi Irigasi (Inpari) 42. Potensi produktivitasnya di atas rata-rata yang ada saat ini.

    “Benih yang disimpan sekarang di kantor Dinas Pertanian belum pernah kami tanam di Kabupaten Cianjur. Kami akan laksanakan pertanaman secara terpisah-pisah di sepanjang pinggir jalan Cianjur-Bandung yang mudah dilihat siapa saja pada total luasan 40 ha. Volume benih yang ada sekarang mencapai 1,6 ton saja,” demikian Heni dengan nada prihatin lantaran belum bisa bertanam secara massal.

Kecamatan Ciranjang Wajah Pertanian Cianjur  

      Menurut Heni Irianti, lahan seluas 40 ha yang akan ditanami benih baru tersebut mencakup Kecamatan Cikarang Tengah, Kecamatan Suka Luyu, Kecamatan Haur Wangi dan Kecamatan Ciranjang. Sambil menunggu hujan untuk pertanaman yang merata di seluruh daerah Cianjur benih baru itu diupayakan bisa selesai tanam pada spot-spot yang ada airnya. Lantaran hanya semacam demplot, maka tidak memerlukan lahan yang luas dengan pola pengairan yang intensif. Khusus di desa mandiri benih di Kecamatan Tanggeng untuk ditangkarkan menjadi benih baru lagi.

        “Kalau hasilnya bagus tentu akan menjadi benih baru pada musim tanam berikutnya. Sebagian dai jenis benih varietas baru itu akan disebar kepada para petani di Kecamatan Ciranjang. Tahap demi tahap pertanaman benih-benih baru itu sejak mulai tebar tanam sampai vegetasi berikutnya dan hingga panen akan diamati intensif dan dikawal terus-menerus agar hasilnya diyakini bisa menjadi benih pada pertanaman berikutnya,” Heni menambahkan.

        Ia menyebutkan bahwa ketiadaan air itu lebih disebabkan saluran irigasi Cihea tidak berfungsi alias kering. Semestinya pada Oktober lalu dan November ini petani sudah tanam serentak di seluruh kabupaten dengan luasan ratusan hektare. Namun, hal itu tidak terjadi karena tidak ada air di saluran irigasi, padahal target tanam pada November ini adalah 28.000 ha sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Cianjur dan itu dominan ada di Kecamatan Ciranjang.

        ”Namun, apa daya kami hujan belum kunjung turun, sehingga realisasi tidak mencapai target. Pada Oktober tidak ada pertanaman sama sekali. Memang ada beberapa penanaman pada titik tertentu, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Masalahnya air sangat sulit walaupun ada irigasi sekunder dan tertier. Pertanaman padi di wilayah Cianjang adalah wajah atau muka Kabupaten Cianjur. Wilayah Ciranjang yang menjadi wajah Cianjur itu meliputi Kecamatan Suka Luyu serta Bojong Picung dan belum ada yang ditanami karena kekeringan,” katanya seraya menambahkan bahwa pertanaman yang sudah dilakukan petani di lahan sawah hingga 19 November 2019 baru mencapai 5.454 ha dari perkiraan 10.172 ha dalam November. Angka luasan ini sangat jauh dari harapan maupun target.

       Kenapa daerah Cianjang disebut wajah pertanian Cianjur? Ternyata di daerah itu ada saluran irigasi tekhnis dan airnya selalu terjamin. Tetapi, saat ini hal itu terbalik seratus persen dan tidak seperti yang diharapkan karena sumbernya kering, sehingga kebutuhan air tidak bisa terpenuhi untuk tanam padi. Kalau untuk palawija, seperti ketimun bisa-bisa saja. Jadi, jangan dianggap ada air sedikit mengalir atau tergenang lantas bisa tanam padi. Itu tentu tidak bisa.

     Di Saluran Irigasi Teknis Cihea airnya hanya sebatas mata kaki atau sekitar 20 centimeter, padahal walaupun tidak sampai banjir, airnya bisa sampa ketinggian empat meter. Di sisi lain keberadaan Sungai Citarum yang menjadi tumpuan harapan para petani di wilayah Ciranjang yang meliputi empat kecamatan dan daerah Cianjur pada umumnya juga mengalami kekeringan. Hal yang sama juga terjadi pada Sungai Cisuruk yang sebelumnya mengaliri Kecamatan Bojong Picung, airnya tidak ada lagi.*sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang