Kab.Cianjur: Masa Tanam Padi Terlambat Hampir Dua Musim Tanam Air Tidak Cukup
Wednesday, 15th January, 2020 | 939 Views

HAMPIR DUA MUSIM tanam keterdediaan air terutama untuk tanaman padi dan tanaman yang lain yang membutuhkan air belum mencukupi. Menyangkut persoalan pertanaman yang belum kunjung bisa dilakukan, berikut ini penjelasan dari Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian, Perkebunan, Pangan dan Hortikultura, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar) Ir Heni Irianti,MAP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com belum lama berselang.

 

 

         Dengan perkembangan ikilm selama 2019 yang didominasi iklim kering yang cukup panjang, di Kabupaten Cianjur  kekurangan air. Ini telah dimulai sejak Mei 2019  hingga November atau hampir dua musim tanam. Keterediaan air khusunya untuk tanamn padi  dan tanaman yang lainnya belum dapat mencukupi.

        Sebagai akibat supply atau pasokan air yang tidak ada ke sawah, maka kondisi sawah sampai saat ini banyak yang diberakan atau dibiarkan tanpa olah. Contohnya, di wilayah Cianjur Utara, Kecamatan Ciranjang, Bojong Picung dan Haur Wangi  terdapat lahan sawah seluas 5.799 haktere (ha). Daerah ini notabenenya pengairan teknis dan merupakan daerah sentra padi sampai November ini masih belum ada pertanaman, padahal pada tahun sebelumnya meskipun ada kekeringan, pada Oktober dan November sudah ada aktivitas petani serempak tanam  daerah ini.

      Kebutuhan air untuk daerah tersebut dipasok oleh irigasi Cihea dari Bendung Cisuruk yang berada di Kecamatan Bojong Picung, keberadaan bendung tersebut  sangat surut. Untuk kebutuhan tanaman padi tidak cukup. Hanya cukup  untuk tanaman mentimun di beberapa lokasi yang dekat ke sumber air. Untuk wilayah Cianjur tengah dan selatan yang termasuk pada indeks pertanaman (IP)-100, IP-200 dan IP-300 sebagian masih kering.

        Sementara ini sawahnya masih diberakan.  Sarana prasarana pompa air juga tidak menolong banyak karena sumber airnya kering. Hanya beberapa titik air yang sumber airnya berasal dari mata air yang ada di sekitar sawah bisa disedot pompa untuk tanaman jagung. Untuk tanaman padi mengandalkan  dari rembesan air  pegunungan  dan hal itu hanya berlangsung di beberapa tempat.

       Memang pada awal November pernah  turun hujan beberpa kali, tetapi hujan hanya di beberapa lokasi atau tidak merata se Kabupaten Cianjur. Lokasi yang terkena hujan disambut oleh petani ke sawah dengan melakukan aktivitas semai dan olah tanah. Turun hujan sudah terhenti lagi, bagi petani yang sudah semai padi kondisinya terkena kekeringan, dimana pertumbuhannya menguning.

      Kendati demikian, semoga hujan bisa secepatnya turun pada akhir November ini untuk mengejar target tanam  November 2019, yaitu luas tambah tanam (LTT) 17.252 ha. Tetapi, kenyataannya belum merata, padahal kalau hujan turun cukup, insya Allah target tersebut bisa tercapai karena sebagian petani sudah mulai mengolah sawah tadah hujan dan lahan  lahan kering.

Bendungan Desa Cinerang Untuk 2.680 Ha

    Dan seiring dengan perkembangan pembangunan di wilayah Cianjur Utara, untuk mempertahankan ancaman terhadap lahan sawah karena fungsinya bergeser menjadi perumahan dan daerah industri, strategi perluasan areal tanam tersebut terganggu. Karena alih fungsi lahan berpotensi di wilayah Cianjur selatan, tepatnya di Kecamatan Cidaun, yaitu di Desa Cinerang terdapat sumber air yang cukup banyak dan dapat mengairi kurang lebih 2.680 ha.

        Di sana harus dibangun terlebih dulu bendungan dan sodetan dengan panjang saluran  sekitar 15 kilometer (km). Kewenangan untuk pembangunan bendungan tersebut adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PPUPR) atau pemerintah pusat. Untuk itu masyarakat sangat berharap pembangunan bedungan dan sodetan tersebut bisa dilaksanakan pada kuartal pertama 2020 mendatang. Masyarakat sekitar dengan rela ikhlas sudah siap menghibahkan sebagian lahan mereka untuk mengalirkan air ke persawahan para petani.  

       Tetapi, kendati ada keterlambatan tanam karena tidak cukup air, ketersediaan pangan masih aman. Harga beras masih stabil, yaitu harga beras premium 11.000 rupiah per kilogram (kg), beras medium  I  10.500 rupiah per kg dan beras medium II 9.500 rupiah per kg. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang