Sorgum (Shorghum bicolor) Varietas Unggul, Tanam Sekali Panen Empat Kali:Temuan Suprihartono
Tuesday, 31st December, 2019 | 1472 Views

KINI SUDAH ADA sorgum varietas unggul baru, dimana untuk tanam sekali saja bisa panen empat kali dengan hasil 6 ton per hektare (ha) atau sebanyak 24 ton per ha dalam setahun. Para petani sawit rakyat (PSR) yang lahannya akan tanam ulang atau replanting tidak khawatir lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat tanam ulang (peremajaan) yang hasilnya baru bisa dipetik setelah tiga atau empat tahun. Tanam sela dengan sorgum (Shorghum bicolor) bisa dilakukan terintegrasi sawit (Elaeis guineensis) oleh petani karena tidak ada kompetisi dua jenis tanaman untuk mengambil unsur hara.

 

       Pernyataan di atas disampaikan oleh Direktur Utama (Dirut) PT Jasindo Kreasi Mandiri (JKM) Suprihartono,SP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com  sebelum melaksanakan panen sorgum perdana di Desa Laut Tador, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), baru-baru ini. Suprihartono adalah inventor sorgum yang dipanen itu dan menamai temuannya dengan sebutan sorgum bioguna dengan seri 1,2,3,4 hingga Bioguma-5.

         Menurut Suprihartono, penanaman perdana sorgum varietas baru Bioguma di lahan seluas 34,5 hektare (ha), di mana seluas 15 ha berada di Desa Laut Tador, Tebing Syahbandar, milik perusahaan kelapa sawit PT Paya Pinang Grup adalah untuk meringankan para petani sawit rakyat atau PSR. Para PSR sangat cemas atau khawatir melakukan peremajaan atau replanting tanaman sawit mereka.

       “Sebab, apabila sawit yang telah tua atau berumur lebih dari 20 tahun itu ditebas (ditebang), padahal masih ada tandan yang bisa didodos (dipetik) walaupun sangat sedikit, maka penghasilan petani akan nol atau tidak ada sema sekali selama sekitar tiga tahun enam bulan penunggu pertumbuhan sawit baru. Paling cepat sawit muda mulai berbuah pada umur tiga tahun atau tiga tahun enam bulan. Itupun hanya berbuah sedikit atau tandan kecil,” demikian cerita Suprihartono.

      Dia juga bertutur bahwa ke depan para petani tidak usah lagi khawatir atas peremajaan kebun sawit mereka. Tanaman sorgum bisa langsung dibudidayakan di sela tanaman sawit. Begitu pohon sawit yang tua ditebang, lahan langsung diolah dan sorgum bisa ditanam dengan ukuran 75 centimeter (cm) kali 25 cm atau disesuaikan dengan letak tanaman sawitnya.

Bermula Dari Keluhan Petani

    Suprihartono mengatakan bahwa pembudidayaan sorgum dengan memilih tempat di perkebunan sawit dipicu oleh keluhan dan kebingungan para petani sawit rakyat atau PSR yang lahannya terkenan program peremajaan. Untuk menyiasati hal itu ditentukanlah komoditas sorgum sebagai tanaman sela. Kalau ditanam jenis kacang-kacangan berarti tidak bisa menghasilkan input untuk biaya makan dan kebutuhan para petani sehari-hari.

      “Tanaman sorgum itulah yang bermanfaat untuk membantu perekonomian masyarakat petani sawit. Sebab, tanaman sorgum kalau ditanam umurnya hanya sekitar empat bulan untuk dipanen. Dan salama 12 bulan atau setahun bisa panen tiga kali. Tanaman sorgum sangat ekonomis,” ungkap Suprihartono sembari menambahkan bahwa sorgum bisa meningkatkan mutu hayati kebun kelapa sawit tersebut.

       Kenapa gerangan demikian? Ada masalah apakah rupanya? Suprihartono dengan bersungguh-sungguh menyebutkan bahwa penyakit kelapa sawit yang paling berbahaya yang belum ada obatnya di seluruh dunia adalah GANUDERMA, dimana kalau sudah terserang penyakit itu para petani dan pengusaha akan rugi banyak.

Ganu T Atau Ganu Derma Tono

            Apa pula ini? Ternyata penemu varietas unggul baru (VUB) sorgum BIOGUMA yang bernama Suprihartono, Sarjana Pertanian (SP) itu juga menemukan obat kelapa sawit yang ampuh. Melalui PT Jasindo Kreasi Mandiri (JKM), dia menemukan racun ganoderma yang diberi nama Ganoderma Tono atau Ganu T. Selama ini ketika lahan ditanami sorgum tidaklah monokultur, padahal sorgum sangat bisa tumbuh secara heterogen.

     Pada keadaan lain selama ini hanya sawit dan kacangan yang ada dan hal itu adalah monokultur. Nah, setelah pertanaman heterokultur, kenyataannya bisa memperkaya mutu hayati mikrobiologi tanah. Jadi, inilah nilai tambah baik secara  ekonomis maupun secara lingkungan, di samping melalui tanaman sorgum tanah akan semakin gembur.

      “Artinya untuk budidaya sawit tidak mengganggu kesuburan tanaman sawit. Dengan akar serabut, tanaman sorgum tidak berkompetisi mengambil sumber hara di dalam tanah. Sorgum Bioguma-1 hingga Bioguma-4 yang punya karakter sendiri-sendiri memiliki peningkatan pada masing-masing sesuai namanya. Kenyataannya memang ada angka signifikan peningkatan produksinya. Sorgum ini kami kembangkan untuk seluruh petani Indonesia. Bukan hanya untuk petani kebun sawit saja. Siapapun yang berminat terhadap tanaman sorgum ini boleh membudidayakan benih sorgum kami. Saya sebagai penemu varietas ini tidak akan membatasi masyarakat kita dari lapisan manapun untuk menanam sorgum ini. Sebab, mutu tanaman ini makin disempurnakan untuk mendukung ketahanan pangan nasional,” demikian penegasan Suprihartono.

Untuk Persediaan Benih

         Hal panen dari 34,5 ha sorgum Bioguma tersebut akan diperuntukkan menjadi persediaan benih. Benih yang dihasilkan akan ditandai dengan tempelan atau lebel  kuning. Artinya, ini langsung dari pemulia atau “penemu” yang bekerja sama dengan pihak Dinas Pertanian Provinsi Sumut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sumut serta Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Prov. Sumut. Selain itu juga bekerjasama dengan pihak PT Biogen Scientific untuk pengadaan benih bersertifikat.

         Menurut Suprihartono, hampir semua unsur tanaman sorgum mempunai nilai ekonomi tinggi. Contohnya, batang sorgum menghasilkan nira untuk gula yang lebih baik daripada enau (aren, Arenga pinnata). Lainnya adalah bahan baku minyak hayati (biofuel) sebanyak 200 mililiter (ml) yang dihasilkan oleh satu batang sorgum varietas Bioguma itu termasuk ampasnya untuk pakan ternak, bahan baku kertas dan briket.

       Disebutkan pula bahwa kalau lahan perkebunan terutama kelapa sawit bisa terintegrasi dengan sorgum tentulah ketahanan pangan nasional makin kuat. Kalau dengan tanaman kacangan untuk menutupi lahan agar rerumputan tidak tumbuh nilai ekonominya tidak akan ada. Tetapi, dengan sorgum BIOGUMA, selain untuk musuh gulma juga sekaligus berfungsi lipat ganda, seperti untuk pakan ternak, gula dan bahan baku minyak bakar kendaraan bersahabat lingkungan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang