PPL Sopian Saeful Anwar: Kacang Hijau Bisa Panen 13 X Asal Tidak Ada Genangan
Tuesday, 20th October, 2020 | 1322 Views

 

SEBAGIAN TANAMAN KACANG hijau (Vigna radiata) milik petani di Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur baru panen dua kali kemudian mati karena tergenang air musim hujan. Dari kebiasaan petani menanam kacang hijau, panen bisa sampai 10 kali. Atau bahkan sampai 13 kali panen baru dicabut untuk persiapan pertanaman padi. Penyebab utamanya adalah pertanaman yang terlambat, yaitu sudah di Juli yang semestinya pada Juni seusai panen padi.

     Demikian keterangan Koordinator Penyuluh Pertanian Lapanan (PPL) Kecamatan Sukalyu, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Sopian Saeful Anwar,SP kepada Media Pertanian online www.sembadapangan di Kantor PPL Kecamatan Sukaluyu, baru baru ini. Sopian didampingi oleh PPL Cecep Zenaludin, SP serta PPL Dewi,SP dan Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Yona Afarela,SP.

      Sekarang, menurut Sopian, karena musim tanam mundur, petani bertemu cuaca disaat musim penghujan, dimana kacang hijau membutuhkan lahan yang kering agar bisa berbuah terus-menerus. Namun, sebaliknya karena datang hujang tanaman kacang hijau mengunin dan tidak berbunga lagi. Jadi, panen berhenti di situ. Hanya dua kali. Jadi, petani belum sampai tuntas menghitung profitas kacang hijau karena belum tuntas panennya.

    “Karena pertanaman kita kemarin itu pada bulan Juli akhir yang berarti mundur dan berkejaran dengan musim penghujan datang sementara kacang hiaju itu tanaman yang tidak tahan genangan air, pada tahun lalu ada juga petani kita yang tanam kacang hijau tapi musimnya benar-benar musim kemarau, sehingga hasil panen sangat memuaskan. Bisa panen 13 kali hingga menjelang musim tanam padi berikutnya. Saat ini panen hanya dua kali. Daun menguning dan tidak berbunga lagi lalu mati,”demikian Sopian.

Harga Tetap Stabil

    Menurut Sopian Saeful Anwar, pada saat panen pertama dan kedua yang lalu harga di tingkat petani mencapai 12.000 rupiah per kilogram (kg). Dan para petani pun sudah senang menerima harga tersebut. Sebab petani menanam kacang hiju itu sebenarnya tidak ada ruginya. Sebab, pada komoditas kacang hijau tidak ada panen muda sebagaimana kacang kedelai. Semua kacang hijau harus dipanen tua, sehingga harga yang didapat petani tetap tinggi.

     Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Cecep Zenaludin, SP menambahkan bahwa dari dulu untuk kacang hijau harganya tidak pernah di bawah 10.000 rupiah per kilogram. Dengan demikian, para petani pun tetap untung kalau membudidayakan kacang hijau. Dan kenyataannya, para petani kelabakan memenuhi permintaan dari wilayah Cianjur sendiri. Belum lagi permintaan dari wilayah Jakarta-Bekasi-Depok-Bogor-Tangerang atau Jabedebota.

     “Wah, petani sesungguhnya gembira dan bahagia melihat kenyataan banyak permintaan daeri berbagai wilayah. Kalau pun bisa panen normal, permintaan dari Kabupaten Cianjur saja tetap tinggi dan belum tentu bisa dipenuhi,” demikian Cecep.

     Menurut Cecep, di Desa Sukamulya menanam kacang hijau secara swadaya  pada luasan lima hektare. Dari informasi yang disampaikan kepada PPL, para petani mengalami kerugian lantaran tanamannya digenangi air dan akhirnya mati. Para petani membeli sendiri benih dan pupuk, namun belum sempat panen sama sekali.

     “Kalau dihitung tenaga buruh untuk tanam di Cianjur untuk lelaki mencapai 50.000 rupiah sampai tengah hari atau sampai bedug zuhur atau jam 12 siang. Kalau tenaga perempuan mencapai 40.000 rupiah untuk waktu yang sama. Mereka dapat makan siang dan minum teh  atau kopi,” Cecep bercerita seraya menambahkan bahwa petani sangat tertarik menanam kacang hijau lantaran harga yang tetap stabil dan langsung dibeli para konsumen.

     Menurut Dewi, di Kecamatan Sukaluyu para petani mendapat bantuan benih dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seluas 15 ha. Pertanaman tersebut dikelaola oleh lima kelompok tani yang masing-masing beranggotakan 30 orang. Karena animo mayarakat yang sangat tinggi menanam kacang hijau itu pada tahun depan diharapkan bisa menanam pada lahan seluas 25 ha.

     Menyangkut hama organisme pengganggu tanaman atau OPT, menurut Yona Afarela, saat ini tidak terlalu berbahaya. Hama yang ditengarai ada pada kacang hijau adalah penyakit kuning yang merupakan bawaan dari kutu kebul. Si kutu kebul yang bentuknya putih kecil sekali itu menghisap cairan di tanaman  sembari menyebarkan virus. Kutu itu menempel pada batang dan daun tanaman.

    Yona menyebutkan juga bahwa kalau tanaman terkena kutu kebul, maka daun tanaman mengkerut dan pucat kemudian makin kerdil dan layu mati. Dampak dari serangan kutu kebul ini akan menurunkan produksi petani karena dari daunnya saja tanaman sudah rusak, sehingg tidak mampu berfotosintesa dengan baik. Oleh sebab itu dianjurkan kepada petani untuk melakukan pengendalian kalau dari pengamatan sudah terindikasi keberadaan kutu kebul tersebut.

    Selain itu ada juga penyakit bercak cokelat yang menempel pada batang tanaman yang mengakibatkan tanaman membusuk dan patah. Kendati demikian, serang hama ini jarang terjadi karena baru hinggap di daun saja sudah bisa diketahui petani. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang