Kuwu Cibulan: Bergotong Royong Terima UPH Perempuan Muda Petani BKC Gotong Royong Ready Go International 2023
Tuesday, 24th November, 2020 | 988 Views

PEREMPUAN MUDA PETANI Desa Cibulan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat (Jabar) tetap fokus sebagai sentra kedelai Indonesia di Kabupaten Kuningan. Kendati ada virus korona para petani perempuan itu terus semangat bergotong royong untuk maju. Dewasa dan kanak maupun tua muda di Bumi Kedelai Cibulan (BKC) bertekat tinggalkan kemiskinan dan ready go international pada 2023 mendatang.

      Pernyataan di atas disampaikan oleh Iwan Gunawan, SIP,MSi. Dia adalah Kuwu (Kepala Desa) Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan. Sepanjang 2020 ini petani Desa Cibulan telah menanam kedelai atau Glycine max pada lahan bekas galian pasir seluas 200 hektare (ha). Saat panen yang lalu sangat menggembirakan petani.

     Produktivitas pada panen yang lalu mencapai dua ton setiap hektare (ha), tetapi ada juga yang hanya 1,5 ton per ha. Memang tidak sama karena kondisi lahan yang bekas tambang pasir yang unsur haranya sangat rendah. Harga kedelai pada panen yang lalu mencapai 6.000 rupiah per kilogram (kg), tetapi ada juga yang berharga 7.000 rupiah per kg. Dengan harga 6.000 rupiah saja per kg petani sudah senang, apalagi mencapai 7.000 rupiah per kg.

     Menurut Iwan Gunawan, kendati tidak merata hasil banyak saat panen pertama dan kedua hal itu dinilai tidak masalah karena lahan pertanaman bekas tambang pasir adalah kawasan marginal yang memang tidak subur. Namun, penanaman yang begitu luas oleh ‘calon’ petani yang belum berpengalaman sama sekali sudah membuktikan bahwa petani di Cibulan ini semangat menanam kedelai dan  gotong royongnya yang luar biasa untuk maju bersama memanfaatkan lahan-lahan bekas galian pasir itu.

 Maju Setelah Dibantu UPH

      Dia menambahkan bahwa setelah panen yang lalu para petani diberi bantuan oleh Kementerian Pertanian berupa unit pengolahan hasil atau UPH untuk tempe dan tahu. Semua sudah berjalan dengan baik meskipun belum maksimal. Ada beberapa hal yang perlu diurus para petani, yaitu perizinan  makanan olahan ke Badan Pusat Obat dan Makanan (BPOM) kabupaten.

       “Kalau menyangkut perizinan lain, seperti Pengolahan Industri Rumah Tangga atau PIRT dari Dinas Perindustrian serta Dinas Kesehatan sudah selesai dan pihak yang berwenang berjanji pada pertengahan Desember 2020 mendatang sudah bisa diambil. Hal itu telah menambah semangat para petani yang sedang giat-giatnya untuk berkembang,” Iwan Gunawan menjelaskan.

     Disebutkan pula bahwa para pengurus Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar yang ada di Desa Cibulan telah mengirim beragam contoh atau sampel makanan olahan ke BPOM dan sedang diuji. Contohnya, susu kedelai dan dodol. Kalau menyangkut tempe dan tahu disebutkan cukuplah hanya menyandang PIRT itu. Dengan kondisi demikian, para petani-petani muda itu tiap hari mendiskusikan pola pemasarannya.

   Sebab, Iwan menyebutkan, apabila pemasaran hasil olahan hanya di desa dan sekitar Desa Cibulan tentu saja tidak memenuhi harapan. Selain itu juga tidak sesuai dengan nilai bantuan UPH yang begitu besar. Jadi, semua teknologi yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan dukungan pemasaran yang baik dan kuat.

    “Pemasaran harus kuat, sehingga alat atau fasilitas UPH yang ada tidak satupun yang mubazir. Melalui bantuan aparat desa bersama KWT dan kelompok kerja yang ada dan Gapoktan Cinta Asih, saat ini sudah dijajaki untuk memasok tempe dari kedelai petani termasuk susu kedelai ke rumah sakit dan juga ke lembaga pemerintah yang lain.

     Selain itu juga para wanita desa telah  berkomunikasi dengan pengelola toko oleh-oleh yang ada di Kabupaten Kuningan. Memang sudah ada yang bersedia menampung produk olahan kedelai dari Desa Cibulan,” demikian cerita Iwan Gunawan sembari menambahkan anggota Gapoktan Cinta Asih saat ini mencapai 220 orang dan semuanya wanita muda.

Didukung Pihak Pusat

    Menurut Iwan, beberapa lembada dan kementerian dari Pusat sangat mendukung produk olahan dari Desa Cibulan.  Dari pusat telah meminta contoh-contoh makanan olahan dari Desa Cibulan dan kenyataannya masih diminta lagi sebagai contoh untuk disertakan pada berbagai kegiatan pameran makanan olahan. Contohnya, dodol, kue bronis serta susu kedelai.

      Disebutkan pula bahwa dengan keuletan dan inovasi-inovasi yang dilakukan para perempuan di KWT Sinar di Desa Cibulan berbagai turunan dari bahan baku kedelai lokal telah memasuki pasar nasional. Sementara pengelolaan secara global untuk pengolahan produk berbahan baku kedelai petani dinamai BUMI KEDELAI CIBULAN atau BKC dan nantinya nama ini akan dipakai sebagai cap dari semua produk Desa Cibulan.

    Kepala (Kuwu) Desa Cibulan Iwan Gunawan berharap para petani perempuan yang masih muda itu tetap fokus dan tetap bersemangat gotong royong memegang kebersamaan dalam upaya mengolah kedelai Cibulan. Sekaligus juga para perempuan Desa Cibulan mengharapkan pemerintah  pusat masih berkenan membimbing dan membina para petani agar bisa memahami kegiatan dari hulu hingga hilir tentang komoditas kedelai hasil petani Indonesia. Artinya, kedelai yang diolah itu bukan impor yang bersifat genitically modified organism atau GMO yang akan merusak kesehatan. *sembada/rori/henry

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang