Kadis TPHP Tanah Laut Ir Achmad Mustahdi: Untuk 17.200 Ha Lahan Rawa Kini Siap Tanam Tak Lupa Varietas Padi Lokal Selain VUB
Monday, 11th November, 2019 | 884 Views

SERING TERNGIANG DI pikiran di manakah nasi yang dihidang pada pinggan penganan dulu itu? Histori budaya ‘permakanan’ masa silam dengan nasi saja plus garam atau kerupuk dengan nasi itu masihkah bisa dilukiskan kepada anak cucu bahwa moyangnya memegang prinsip kearifan? Masih adakah? “Oh…masih. Masih. Masih ada. Kami mempertahankan kearifin lokal dengan TIDAK MEMUSNAHKAN tanaman padi setempat. Di lahan pertanaman rawa yang makin gencar diperbincangkan, seluas 20 persen dari hamparannya kami tanami jenis padi setempat atau local paddy plant tanpa henti. Kami tak lupa itu,” ungkap Achmad Mustahdi. Kepada Media Pertanian online www.sembadapangan.com di kantornya baru-baru ini  Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalsel Ir Achmad Mustahdi,MM bercerita soal rawa dan tanaman untuk itu. Dia didampingi Kepala Seksi Serealia, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Ir Urip Haryadi. Berikut tuturannya. Selamat menyimak.

       Setelah ada Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Rakyat atau SERASI kami sudah melakukan dua kali tanam di kawasan tersebut. Satu kali pertanaman jagung dan sekali padi. Di Kecamatan Kulo sudah dapat indeks pertanaman (IP) 180. Bukan IP 200. Maksudnya adalah pertanaman untuk padi varietas unggul baru (VUB) 80 persen dan seluas 20 persennya untuk varietas lokal dengan tujuan perbanyakan. Kini seluas 17.200 hektare (ha) di 64 desa yang meliputi sembilan kecamatan telah siap tanam. Seluas 90 persen pada minggu pertama November ini telah selesai diolah. Turun hujan gerimis beberapa kali langsung tanam.

        Kendati demikian, nanti pada tanam yang ke dua 100 pesen untuk lokal semua. Sebab, kami tidak meninggalkan padi lokal karena beras lokal lebih mahal daripada varietas unggul baru atau VUB, seperti Ciherang, Mekongga atau Inbrida Padi Irigasi (Inpari) dan Inbrida Padi Rawa atau Inpara. Padi lokal atau benih lokal itu adalah Siyam atau Siam rasa berasnya pera atau tidak pulen dan harganya mencapai 12.000 rupiah per kilogram (kg).

        Oleh karena itu tanaman daerah tidak kami tinggalkan pada pertanaman Program SERASI di lahan rawa. Kami menyisipkannya di antara varietas unggul yang kami tanam pada Oktober. Namun, karena tahun ini musim kemarau panjang, masa tanam padi mundur menunggu hujan. Biasanya panen padi Februari dan selesai panen petani langsung tanam varietas lokal yang akan dipanen pada Agustus.

 

Teruji Handal Tapi Berumur Lama

     Tahap pertama tanam itu 80 persen varietas unggul 20 persennya untuk perbanyakan varietas lokal. Jadi, di pinggiran satu hamparan yang luas itu petani tanam varietas lokal. Proses tanam kedua varietas tersebut adalah bersamaan, namun varietas unggul lebih dahulu panen karena umurnya cuma 95 hari. Kalau varietas lokal ini dipanen belakangan karena umur panen lebih dari 8 bulan. Pertanaman kedua varietas lokal oleh petani secara menyeluruh 100 persen, artinya seluruh lahan akan ditanami varietas lokal. Profitasnya saat panen adalah 4 ton hingga 5 ton per ha.

        Tanaman padi lokal selama ini sudah adaptif atau telah mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan lingkungan. Varietas lokal tersebut sangat toleran terhadap air asin karena telah berdekatan dengan laut. Selain itu varietas lokal yang pera itu dikenal berkemampuan tinggi melawan penyakit. Beras pera lebih disukai oleh masyarakat etnis Banjar, tetapi banyak orang Banjar yang suka nasi pulen lantaran telah lama tinggal di kampung orang lain. Walaupun seperti itu kalau sekarang tergantung campuran nasinya. Kalau ikan asin dengan sambal atau ikan tawar digulai dengan kunyit jahe dan santan? Aah…itu sedap. Mantap disantap walau nasi pera. Dan makannya pasti banyak. Haaahaahaa…haaa!

      Kalau dipertanyakan kenapa tidak menanam padi lokal saja karena toh harganya lebih tinggi dari yang unggul? Atau mengapa harus padi, tidak saku atau sorgum atau jagung misalnya. Sesungguhnya bisa dengan mudah dijawab, tetapi juga sulit menjelaskannya. Padi itu adalah komoditas strategis karena menyangkut hajat orang banyak. Selain itu padi atau beras itu adalah bermuatan politis.

       Selain keunggulan padi lokal dari segi kehandalan terhadap lingkungan dan penyakit yang sudah teruji, adakah ilmuwan atau pemulia kita yang sanggup mempersingkat waktu panennya yang sangat panjang umurnya hampir 8 bulan menjadi enam bulan atau tiga bulan? Contoh kasus, setelah varietas ungul baru atau VUB dipanen, padi lokal itu dipindahkan lagi dari perbanyakan anakan yang sudah tumbuh selama tiga bulan ke lahan yang 80 persen ditumbuhi padi unggul tersebut. Makanya 80 persen tanaman unggul diselingi 20 persennya oleh tanaman lokal karena  tiga bulan tanam awal padi lokal baru proses perbanyakan anakannya saja.

 

Tanah Laut Paling Siap

         Program SERASI di tempat kami ada di sembilan kecamatan  tersebar di 64 desa dengan 115 Unit Pengelolan Kegiatan dan Keuangan atau UPKK. Pada tahapan pertama telah dikerjakan infrastruktur  berupa saluran, pintu air, gorong-gorong dan tanggul. Tahap awal itu dilaksanakan pada April dan Mei  2019 yang lalu. Memang pekerjaan tidak bisa dipercepat karena pertanaman masih berlangsung, sehingga harus menunggu panen.

        Itulah sebabnya baru pada Agustus program bisa dilaksanakan dengan sempurna dengan memasukkan alat berat. UPKK itu terdiri dari beberapa kelompok tani, dimana kelompok tersebut dibentuk pada saat dibentuk program serasi. Sebab, uang yang disalurkan dari pusat untuk program itu langsung diserahkan kepada petani melalui rekening bank. Semua pengerjaan dalam program itu diawasi berbagai pihak termasuk penyuluh pertanian lapangan atau PPL. Proyek tersebut dikerjakan oleh petani sendiri. Upah mereka pekerja diatur sendiri karena hasilnya memang untuk mereka.

         Kabupaten Tanah Laut merupakan daerah paling cepat dan paling siap dari tiga kabupaten utama melaksanakan program SERASI. Memang kenyataannya demikian, karena kami paling cepat mengolah tanah dan  siap tanam secara keseluruhan.  Pada musim tanam Oktober sudah kami kejar untuk progam serasi. Target harus ditanam dua kali dan harus panen. Tadinya IP-0  harus 1 persen  yang IP-1 persen menjadi 2 persen  kemudian produktivitas  tadinya 4 ton per ha harus menjadi 5 ton per ha. Itu sasarannya. Sebab, prinsip kami di kabupaten adalah bahwa program serasi ini harus dua kali IP.  Kemudian peningkatan produktivitas. Kalau tanam pada Desember berarti IP-2 lepas atau tidak terkejar. Berarti target tidak tercapai.

        Semua kita saat ini tidak bisa melawan alam, dimana hujan belum tercurah. Jadi, untuk menanam mau tidak mau harus menunggu hujan turun. Saat itulah musim tanam dilakukan. Kami harus menyesuaikan pertanaman dengan kondisi alam. Kalau benih sudah siap di rumah petaninya, apapun jenisnya harus segera tanam apabila hujan telah turun. *sembada/henry/rori

komentar

You must be logged in to post a comment.

plaza kemitraan

  JUDUL TERSEBUT DI atas sangat menarik disimak. Bahwa para petani punya utang atau hutang sudah jamak diketahui. Tetapi, misalnya mengapa Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Pengantar Redaksi: KONON SAAT INI di Indonesia tidak ada daerah atau desa yang menerapkan pertanian hamparan luas dengan pola pengolahan tanah hingga pemasaran. Satu-satunya yang